Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Momen

27 Juli 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TURKI
Pelaku Bom Bunuh Diri diidentifikasi

Seorang mahasiswa berusia 20 tahun diidentifikasi sebagai pelaku peledakan bom bunuh diri yang menewaskan 32 orang di Suruc pada Senin pekan lalu. Menurut pemberitaan media, mahasiswa itu bernama Seyh Abdurrahman Alagoz. Lelaki beretnis Kurdi ini berasal dari Provinsi Adiyaman dan dilaporkan punya keterkaitan dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Para pejabat Turki memang menuding kelompok militan yang belakangan mendeklarasikan Negara Islam atau Islamic State itu sebagai otak di balik serangan di Suruc. Tapi banyak kalangan di Turki berpendapat pemerintah belum cukup bertindak mendukung kaum Kurdi dalam perjuangan melawan ancaman ISIS di sepanjang perbatasan dengan Suriah—hal yang dibantah pemerintah.

Sejauh ini sudah berlangsung banyak aksi protes di seluruh negeri. Para peserta mengecam kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan Suriah. Sempat timbul kecurigaan bahwa pemerintah sedang berupaya mencegah berlangsungnya aksi demonstrasi lebih lanjut. Hal ini terjadi ketika, pada Rabu pekan lalu, akses ke Twitter diblok setelah ada putusan pengadilan yang melarang penyebaran foto kejadian di Suruc.

Pihak berwenang Turki mengatakan uji DNA memastikan bahwa pelaku peledakan bom bunuh diri itu adalah Seyh Abdurrahman Alagoz. Menurut Semure Alagoz, putranya yang pernah kuliah di Universitas Adiyaman itu pergi ke luar negeri bersama kakaknya enam bulan lalu. Tapi, kepada Reuters, sang ibu mengaku tak mengetahui apa saja kegiatan mereka, kecuali bahwa mereka bilang baik-baik saja.

Seorang pejabat senior menyatakan yakin pelaku peledakan bom bunuh diri itu—dia tak menyebut nama—tahun lalu pergi ke Suriah atas bantuan sebuah kelompok yang memiliki hubungan dengan ISIS.

KUBA
Era Baru Amerika-Kuba Dimulai

Amerika Serikat dan Kuba resmi memasukkan masa-masa pahit hubungan mereka ke buku sejarah, Senin pekan lalu. Hal ini ditandai oleh pembukaan kedutaan besar masing-masing. Menteri Luar Negeri Kuba Bruno Rodriguez Parrilla secara khusus terbang ke Washington untuk mengibarkan bendera negaranya.

Bersama Parrilla, menurut CNN, hadir dalam acara itu delegasi yang terdiri atas diplomat, seniman, dan veteran revolusi Kuba. Mereka merayakan terobosan diplomatik itu bersama 500-an tamu.

Seremoni serupa di Kedutaan Besar Amerika di Havana baru bisa diselenggarakan bulan depan. Para diplomat Amerika di sana sebenarnya sudah mempersiapkan segala sesuatu—dari kartu nama baru hingga tanda kedutaan. Tapi acara resmi, pesta, dan pengibaran bendera masih menunggu kedatangan Menteri Luar Negeri John Kerry. Kunjungan ini akan menjadi perjalanan pejabat Amerika setingkat menteri yang pertama ke Kuba sejak 1959.

Hubungan kedua negara itu putus pada 1961, ketika Presiden Fidel Castro mengancam akan mengusir diplomat Amerika karena mencampuri urusan dalam negeri Kuba. Sejak itu berbagai peristiwa ikut memperburuk keadaan, misalnya rencana invasi Amerika ke Teluk Babi, deklarasi Castro bahwa revolusinya adalah revolusi sosialis, dan berulangnya rencana dinas intelijen Amerika (CIA) untuk membunuh Castro.

Namun pemulihan hubungan diplomatik Amerika dan Kuba tak serta-merta menjadi solusi bagi banyak masalah yang timbul sejak masa itu. Hal ini disadari oleh Presiden Raul Castro. "Sebuah tahap baru akan dimulai, panjang dan kompleks, dalam perjalanan menuju normalisasi," katanya pekan lalu. "Hal itu menuntut kemauan untuk mencari solusi terhadap masalah yang menumpuk selama lebih dari 50 tahun serta melukai hubungan antara negara dan rakyat kita."

YUNANI
Parlemen Dukung Pengetatan Lanjutan

Perdana Menteri Alexis Tsipras memperoleh tambahan "amunisi" untuk memastikan berlanjutnya program bantuan bagi Yunani. Dalam pemungutan suara yang berlangsung pada Kamis dinihari pekan lalu, parlemen negara itu menyetujui beberapa tindakan tambahan dalam program reformasi ekonomi yang dituntut para kreditor.

Pemungutan suara beberapa saat setelah bank sentral Eropa menginjeksikan tambahan dana untuk keperluan darurat itu memastikan 230 anggota parlemen setuju Yunani menerapkan tindakan pengetatan lebih jauh. Mereka yang menentang hanya berjumlah 63 orang. Mantan Menteri Keuangan Yanis Varoufakis, yang sebelumnya lantang menolak, ikut di antara para pendukung.

Menurut The Guardian, dengan hasil voting itu, Tsipras kembali menunjukkan diri mampu mengatasi perlawanan dari partainya sendiri, Syriza. Dari partai ini, jumlah yang menentang atau abstain hanya 36 orang, berkurang tiga orang dibandingkan dengan voting sebelumnya. Varoufakis berdalih di antara tindakan-tindakan yang diputuskan dalam pemungutan suara itu termasuk reformasi yang diusulkannya.

Berbekal persetujuan parlemen itu, pemerintah Tsipras bisa kembali melanjutkan pembicaraan formal dengan para kreditor tentang paket bantuan tiga tahun bernilai 86 miliar euro.

Sebelum pemungutan suara berlangsung, Tsipras mendesak anggota parlemen untuk mendukung program penyelamatan ekonomi itu demi menghindarkan Yunani dari kebangkrutan dan dikeluarkan dari keanggotaan Uni Eropa. "Kita menetapkan pilihan sulit dan kita semua kini harus beradaptasi dengan situasi baru," katanya seraya berulang kali menegaskan bahwa dia juga tak menyukai banyak hal dari program reformasi itu tapi tetap akan menjalankannya sebaik-baiknya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus