Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Momen

15 November 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INGGRIS
Tuntutan Mengadili Bush

Organisasi Amnesti Internasional minta bekas Presiden Amerika Serikat George W. Bush diadili atas restu yang diberikannya dalam simulasi penenggelaman yang dikecam sebagai penyiksaan di sebuah penjara. "Menurut hukum internasional, siapa pun yang terindikasi melakukan tindak penyiksaan harus diadili," ujar Direktur Senior Amnesti Internasional Claudio Cardone, Rabu pekan lalu. "Tidak terkecuali bagi mantan presiden George W. Bush."

Dalam memoar yang diterbitkan dengan judul Decision Points, Bush menjelaskan alasannya merestui simulasi penenggelaman terhadap tiga tahanan, yaitu untuk menerapkan program percobaan intelijen. Dia juga menyatakan sudah berkonsultasi dengan pengacaranya bahwa yang dilakukannya tidak menyalahi undang-undang.

Bush mengemukakan dalam memoarnya, simulasi penenggelaman dilakukan terhadap tahanan bernama Abu Zubaydah, seorang tokoh Al-Qaidah yang ditangkap di Pakistan pada 2002. Abu Zubaydah adalah tahanan yang terlibat dalam rencana pengeboman Bandara Internasional Los Angeles.

INGGRIS
Mahasiswa Protes Biaya Kuliah

Lima puluh ribu mahasiswa dan staf pengajar Inggris berunjuk rasa menentang kenaikan biaya kuliah yang akan diterapkan oleh pemerintah Inggris pada 2012, Rabu pekan lalu. Kenaikan biaya kuliah itu mencapai 9.000 pound sterling (US$ 14 ribu) atau tiga kali lebih besar dari biaya sebelumnya.

"Kenaikan itu tidak berpihak pada pemuda yang berasal dari latar belakang kurang mampu," ujar Frances O’Grady dari Trade Union Congress. Dalam unjuk rasa tersebut, para demonstran merusak dan melemparkan batu ke gedung kantor Partai Demokrat Liberal Inggris.

Masyarakat merasa kesal karena Partai Demokrat Liberal Inggris, sebagai partai pemenang pemilu, pernah menjanjikan menghapuskan biaya pendidikan. Namun, dengan kenaikan biaya kuliah ini, partai tersebut dianggap cedera janji. Dalam unjuk rasa yang berlangsung rusuh itu, delapan orang terluka parah, baik dari pihak demonstran maupun polisi.

IRAK
Koalisi Baru Terbentuk

Setelah berdebat selama delapan bulan, Jalal Talabani dari kelompok Kurdi dan Nouri al-Maliki dari kelompok Syiah sepakat membentuk koalisi baru di Irak, Rabu pekan lalu. Namun pemilihan keduanya sebagai presiden dan perdana menteri diwarnai aksi walk out pendukung bekas perdana menteri Iyyad Alawi dari kelompok Sunni.

"Kami tidak dapat mendukung pemerintah yang mengizinkan kekerasan dalam menjalankan kekuasaannya," kata Haydar al-Mullah, salah seorang pendukung Iyyad Alawi. Aksi walk out dilakukan pendukung Alawi setelah mereka gagal menyampaikan aspirasi mengenai pelepasan tahanan dan pencabutan diskualifikasi bagi tiga calon partai aliansi yang menyatakan setia kepada Saddam Hussein.

Terpilih kembalinya Maliki sebagai perdana menteri dinilai Presiden Amerika Barack Obama sebagai keputusan yang terbaik. Meskipun begitu, pemerintah Obama terus ditekan oleh publik agar berperan lebih intens di belakang layar agar pendukung Alawi dari Partai Sunni dapat memindahkan dukungannya kepada Maliki.

RUSIA
Mata-mata Top Kabur

Kepala operasi intelijen Rusia, Kolonel Shcherbakov, dituduh bertanggung jawab atas terungkapnya identitas mata-mata Rusia yang tertangkap di Amerika Serikat, Juni lalu. Penangkapan mata-mata Rusia itu dianggap sangat menghina Moskow dan merusak hubungan dengan Washington.

Pengungkapan identitas mata-mata itu dianggap sebagai tindakan pengkhianatan pertama kali yang dilakukan oleh intelijen senior Rusia sejak kejatuhan Uni Soviet. Menurut surat kabar Kommersant, Shcherbakov telah melakukan spionase terhadap Amerika secara ilegal, yang berarti tidak kebal secara politik. Wakil Ketua Komite Keamanan Parlemen Rusia, Gennady Gudkov, menyatakan tindakan ceroboh Shcherbakov ini menjadi kemenangan bagi Amerika dan kekalahan bagi Rusia.

Shcherbakov diketahui kabur sehari setelah penangkapan mata-mata Rusia di Amerika. Menurut seorang pejabat Kremlin, kaburnya Shcherbakov karena dia tahu tim penyerang Rusia sudah bersiap membunuhnya. "Kami tahu di mana dia," ujar pejabat Rusia yang enggan disebut namanya.

AMERIKA
Pengurangan Nuklir Terancam Gagal

Rencana kerja sama pengurangan nuklir yang ditandatangani Presiden Amerika Barack Obama dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev terancam gagal. Ancaman ini datang dari pihak oposisi Partai Republik, yang berkeras bahwa kebijakan pengurangan nuklir dapat membatasi kepemilikan senjata bagi Amerika Serikat.

"Kami mengalami banyak kontroversi dalam hal ini," ujar Sekretaris Negara Ellen Tauscher, Senin dua pekan lalu. Gambaran kegagalan reduksi nuklir ini disampaikan Tauscher ketika melakukan pembicaraan dengan pihak Rusia, dalam pembaruan perjanjian di US Institute for Peace.

Diakui oleh Tauscher, kegagalan penandatanganan kerja sama yang rencananya dilakukan akhir tahun ini akan mempersulit Amerika untuk mengontrol kegiatan nuklir Rusia. Kemenangan Partai Republik dalam pemilu sela pekan lalu mempersulit Obama untuk mengamankan pengesahan perjanjian yang secara formal baru akan dimulai pada Januari.

JEPANG
Awasi Angkatan Laut Cina

Jepang mendirikan pos militer baru di Pulau Yonaguni, yang merupakan pulau terujung Jepang, guna memantau aktivitas Angkatan Laut Cina di perairan timur Laut Cina. Rencananya, 200 tentara akan dikirim ke pulau itu. "Sehingga bisa dilakukan pengawasan radar terhadap operasi Angkatan Laut Cina," ujar salah satu pejabat pertahanan Jepang.

Pejabat Jepang berkesimpulan meningkatnya aktivitas Angkatan Laut Cina karena kurangnya stasiun pemantau di daerah tersebut. Meski tidak memiliki pos pantau di perairan timur Laut Cina, Angkatan Udara Jepang tetap melakukan pemantauan dari udara.

Kedua negara mengklaim kepemilikan pulau-pulau yang ada di Laut Cina Timur. Jepang menyebutnya sebagai Pulau Senkaku, sedangkan Cina menyebutnya Diaoyu. Hubungan kedua negara semakin panas setelah ada insiden tabrakan antara kapal nelayan Cina dan dua kapal patroli Jepang di perairan tersebut. Jepang menahan kapten kapal Cina selama 17 hari, sebelum melepaskannya.

Cheta Nilawaty (AP, AFP, BBC, Reuters)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus