Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

MOMEN

7 Juni 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PAKISTAN
Jaringan Penyerang Masjid Ahmadiyah

Polisi menuding Taliban Pakistan berada di balik serangan ke Masjid Ahmadiyah Lahore pada Jumat dua pekan lalu. Serangan di dua masjid yang tengah dipenuhi jemaah yang menjalankan salat Jumat itu menewaskan sekitar 93 orang. Dua dari tujuh penyerang tertangkap, sedangkan beberapa pelaku lainnya tewas karena serbuan polisi.

Pejabat senior kepolisian di Lahore, Naim Akram, mengatakan salah satu dari tersangka yang telah diinterogasi mengatakan bahwa penyerang bersenjata di Masjid Lahore itu terkait dengan Taliban Pakistan, yang sering melakukan penyerangan selama ini.

Akram menambahkan, tersangka yang masih berusia 17 tahun, Abdullah alias Mohammad, juga menyatakan selama ini orang-orang tersebut telah menjalani pelatihan di wilayah suku Waziristan Utara.

Serangan terhadap komunitas Ahmadiyah itu terjadi secara terpisah di Model Town dan Garhi Shuha di dekat Lahore, kota terbesar kedua di Pakistan. Dua tim pria bersenjata dan beberapa yang mengenakan rompi berisi bom bunuh diri merangsek masuk ke masjid dan menembakkan peluru ke arah jemaah yang ada di masjid.

JERMAN
Presiden Jerman Mundur

Presiden Jerman Horst Kohler, 67 tahun, mengundurkan diri dari tampuk kepemimpinan, Senin pekan lalu. Sebelumnya, dia menjadi target kritik karena penempatan militer di luar negeri dianggap merugikan kepentingan ekonomi negara.

Didampingi istrinya, Eva Luise, Kohler mengumumkan pengunduran dirinya di istana presiden, Bellevue, Berlin. Dalam pernyataannya, Kohler menyampaikan penyesalan atas komentar yang telah dibuatnya beberapa waktu lalu, yang menimbulkan kesalahpahaman beberapa pihak.

Mundurnya Kohler secara mendadak membuat Kanselir Jerman Angela Merkel semakin kelimpungan. Pasalnya, kekosongan di pemerintahan semakin bertambah. Tak mengherankan bila Merkel menyesalkan mundurnya Kohler. ”Saya mencoba membujuk dia untuk mengubah pikirannya, tapi itu tidak mungkin,” katanya.

Untuk mengisi kekosongan, ketua majelis tinggi parlemen yang juga Wali Kota Bremen, Jens Boehrnsen, sementara mengambil alih tugas presiden. Anggota oposisi Sosial Demokrat ini diberi tugas menandatangani rencana undang-undang menjadi undang-undang.

Presiden yang diangkat pada 2004 ini adalah orang pertama yang mengundurkan diri dari tampuk kepemimpinan setelah Perang Dunia. Jerman akan melangsungkan pemilihan presiden baru dua bulan mendatang.

THAILAND
Abhisit Siap Terima Penyelidikan

Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva menyatakan siap menerima hasil temuan penyelidikan dari tim independen atas aksi unjuk rasa kelompok Kaus Merah. Abhisit memastikan, pemerintah tidak akan mengganggu tim pencari fakta bekerja. ”Apa pun hasil penyelidikan tim pencari fakta (dipimpin Deputi Perdana Menteri Suthep Thaungsuban), saya siap menerima itu,” kata Abhisit, Selasa pekan lalu.

Kepala Hak Asasi Manusia PBB Navi Pillay mengatakan pihak independen tengah menyelidiki semua orang yang dianggap bertanggung jawab dalam aksi kekerasan yang mematikan baru-baru ini di Thailand.

Dalam bentrok berdarah antara pemerintah dan kelompok Kaus Merah yang terjadi di Thailand beberapa waktu lalu, Abhisit dituding telah melanggar hak asasi manusia. Kaus Merah adalah penentang Abhisit dan dekat dengan bekas Perdana Menteri Thaksin Shinawatra.

Pemimpin kelompok Kaus Merah, Jatuporn Prompan, mendesak agar Abhisit dan Suthep dibawa ke pengadilan. ”Saya tidak mengharapkan perubahan, tapi saya ingin orang mendengar fakta. Terserah Perdana Menteri dan Wakil Perdana Menteri untuk memutuskan apa yang akan mereka lakukan,” katanya.

JEPANG
Perdana Menteri Mundur

Perdana Menteri Jepang Yukio Hatoyama, 63 tahun, mundur dari kepemimpinannya, Rabu pekan lalu. Pengunduran diri Hatoyama bertujuan meningkatkan kembali citra dan peluang partainya dalam pemilu mendatang, setelah dirinya gagal memenuhi janji kampanye untuk memindahkan pangkalan marinir Amerika Serikat di lepas pantai selatan Pulau Okinawa.

”Sejak pemilihan umum tahun lalu, saya telah mencoba mengubah peta politik yang mengedepankan masyarakat Jepang, agar kehidupan mereka lebih baik. Tapi upaya saya itu tak dapat diterima dan dimengerti,” kata Hatoyama. ”Ini semua karena kegagalan saya sendiri,” dia menambahkan. Mundurnya Hatoyama memberikan peluang besar bagi Menteri Keuangan Naoto Kan, yang selama ini memiliki citra bersih.

Profesor politik Universitas Hitotsubashi di Tokyo, Tetsuro Kato, mengatakan Hatoyama saat ini sudah tidak bisa memberikan harapan bagi warga Jepang dengan kegagalannya tersebut. ”Dia hanya membuktikan dirinya sebagai seorang anak kaya tanpa pengalaman dan keterampilan kepemimpinan. Harapan begitu besar, kekecewaan juga besar,” katanya.

Hatoyama adalah perdana menteri keempat yang mundur dalam empat tahun terakhir.

KOREA SELATAN
Korea Selatan Galang Dukungan

Ketegangan di Semenanjung Korea semakin panas. Korea Selatan melancarkan kampanye untuk meminta pertanggungjawaban dari Korea Utara atas tenggelamnya kapal Cheonan, yang menewaskan 46 pelaut, Maret lalu. Mereka bahkan menerima para pakar dari Rusia dan mengirim utusan ke Amerika Serikat.

Tim pakar dari Angkatan Laut Rusia, Senin pekan lalu, diterjunkan untuk mengkaji temuan hasil penyidikan tim multinasional yang menyimpulkan bahwa kapal selam Korea Utara telah menembakkan torpedo ke Cheonan. Mereka akan berada di Korea Selatan hingga 7 Juni untuk menginspeksi bangkai kapal, mengunjungi lokasi tenggelamnya kapal, hingga mewawancarai anggota penyidik multinasional.

”Kajian yang dilakukan Rusia akan membuat kasus ini semakin jelas. Ini langkah untuk mengumpulkan dukungan internasional,” kata salah satu pejabat Kementerian Luar Negeri Korea Selatan. Negeri ginseng itu berharap Korea Utara mendapat sanksi keras dari Dewan Keamanan PBB.

Meski Korea Selatan telah mendapatkan dukungan dari Amerika Serikat dan Jepang, pihak Korea Utara tetap membantah keterlibatannya dalam kasus tenggelamnya kapal Cheonan. Korea Utara bahkan mengancam akan menyerang Seoul.

Suryani Ika Sari (AP, AFP,Reuters, Guardian)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus