Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kendati kekerasan tentaranya disaksikan seluruh dunia, Israel terus berkilah apa yang terjadi di kapal Mavi Marmara merupakan tindakan membela diri. Sedikitnya sembilan orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka-termasuk dua sukarelawan asal Indonesia-akibat digebuk dan ditembak pasukan komando Israel.
"Mereka menyerang tentara kami dengan senjata api, tongkat, dan pisau," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Dianne Morrison, melalui surat elektronik. Dia menambahkan, sejak awal armada kapal itu sudah diminta berlabuh di Ashdod, Israel. Mereka harus menurunkan muatan mereka di sana dan kemudian bantuan bisa disalurkan lewat penyeberangan darat.
Tapi, menurut Morrison, permintaan itu ditolak. "Sehingga tentara kami perlu menggiring mereka ke Ashdod," katanya. Dia menunjukkan pula bukti kekerasan karena ada perlawanan di kapal Mavi Marmara. "Lima kapal lainnya tak ada perlawanan."
Penyerangan oleh pasukan komando Israel tampaknya sudah direncanakan karena begitu sistematis.
Israel sudah memenuhi kewajiban hukum internasional. Semua kapal dalam misi protes sudah diperingatkan berulang-ulang ketika memasuki wilayah blokade pesisir Gaza. Israel berkali-kali menawari Flotilla berlabuh di Ashdod. Bantuan bisa diturunkan di sana dan ditransfer kepada warga Palestina di Gaza melalui penyeberangan darat. Setiap hari organisasi internasional lain menggunakan jalur ini untuk menyalurkan bantuan. Tapi Flotilla menolak tawaran ini. Sebab, mereka datang untuk urusan politik, bukan kemanusiaan. Ketika peringatan tak diindahkan, Angkatan Laut Israel memaksa mereka berlabuh ke Ashdod.
Saksi mata menyatakan serangan sudah dilakukan sebelum kapal memasuki wilayah blokade, alasan membela diri jadi terasa aneh.
Angkatan Laut Israel tak menembak kapal mana pun dalam konvoi. Sebaliknya, tentara kami, yang menggunakan senjata mainan paintball dan mengantongi pistol untuk perlindungan diri, diserang segerombolan manusia di kapal. Para penumpang menyerang dengan senjata api dan senjata ringan, seperti pisau dan tongkat. Mereka terlihat sudah siap dengan senjata itu sebelum parakomando Israel datang. Ketika sampai di kapal, mereka menyergap. Sebagai reaksi, tentara mempertahankan diri untuk menyelamatkan nyawa mereka.
Pasukan Israel membawa senjata api berarti memang sudah berniat akan digunakan?
Perintahnya, pistol itu tak boleh digunakan, kecuali menghadapi hal yang mematikan. Para penumpang bergumul dengan tentara dan salah satu tentara dilumpuhkan. Mereka mengambil senjata tentara itu dan mendorongnya ke dek bawah yang tingginya 30 kaki. Tentara itu menderita trauma karena cedera kepala. Saat itu pasukan komando minta izin menggunakan pistol. Butuh setengah jam untuk pasukan komando menguasai kapal tersebut. Bentrokan itu mengakibatkan sembilan penumpang tewas serta tujuh tentara Israel luka dan cedera.
Tentara Anda bereaksi begitu keras, sudah seperti menghadapi musuh ketika kapal-kapal masih di perairan internasional?
Berdasarkan hukum internasional, Israel dibenarkan bertindak terhadap Flotilla karena ada konflik bersenjata antara Israel dan Hamas di Gaza. Banyak penyelundupan senjata dan amunisi ke Gaza lewat darat dan laut untuk meneruskan serangan ke Israel. Kami berhak mengambil tindakan apa pun untuk mempertahankan diri, termasuk memblokade perairan untuk mencegah Hamas kembali bersenjata. Israel tak bisa membiarkan perairannya sebagai koridor menjadi wilayah terbuka ke Gaza. Koridor seperti itu akan memberikan ruang penyelundupan senjata dan teroris bebas masuk ke Jalur Gaza.
Mengapa mesti menginterogasi para penumpang kapal?
Pada 1 Juni lalu pemerintah Israel memutuskan mereka dideportasi secepatnya. Semuanya sekarang sudah dalam proses kembali ke negeri mereka masing-masing. Kecuali yang terluka masih dirawat di rumah sakit Israel.
Bagaimana dengan para korban tewas?
Semua jenazah sudah dibawa ke Turki. Pemerintah Turki yang akan mengurus mereka.
Hubungan Israel dengan Turki memburuk. Anda akan mengizinkan kapal Turki masuk wilayah Israel?
Israel berhubungan baik dengan Turki. Pesawat Turki mendarat setiap kali ke Israel. Semua penumpang Flotilla sudah kembali, umumnya menumpang pesawat Turki. Kecuali yang terluka, masih dirawat di Israel.
Israel siap menghadapi sanksi dan penyelidikan dari tim internasional?
Penting bagi komunitas internasional menilai insiden ini berdasarkan fakta yang benar dan dasar hukum internasional. Penumpang di Flotilla mencoba mendelegitimasi Israel dan hak Israel membela diri. Pertanyaan terbaik perlu diajukan, bila ada penyelidikan, apakah komunitas internasional akan mengidentifikasi kebenaran penyebab kekerasan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo