Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Momen

8 September 2008 | 00.00 WIB

Momen
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

GAZA
Dokter Mogok

Ratusan dokter dan tenaga medis yang bekerja di Jalur Gaza mogok kerja setelah pemecatan 50 dokter pendukung faksi Fatah pimpinan Presiden Palestina Mahmud Abbas. Aksi yang dimulai Sabtu pekan lalu itu didukung sekitar 2.000 guru yang juga akan mogok hingga Selasa pekan ini.

Hamas, yang menguasai Jalur Gaza sejak 2007, memecat sejumlah dokter yang dinilai pro-Fatah dan mengganti mereka dengan para loyalisnya. Rabu pekan lalu, kubu Abbas menuduh faksi Hamas secara paksa membubarkan pemogokan itu. ”Mereka telah mengirim milisi ke rumah para dokter dan petugas medis, lalu memaksa pergi ke rumah sakit,” ujar Bassam Zakarna, pemimpin serikat pekerja pro-Fatah yang mendukung aksi mogok itu.

Menteri Kesehatan pro-Hamas, Basem Naem, meminta semua pegawai pemerintah berkomitmen dengan pekerjaannya dan tidak mempedulikan seruan mogok. Menurut dia, mogok massal itu bersifat politis dan mengorbankan kepentingan rakyat. ”Kami tidak akan membiarkan kesehatan warga di Gaza terancam,” katanya.

KOREA UTARA
Bangun Reaktor Lagi

Korea Utara dikabarkan merakit kembali reaktor nuklir Yongbyon yang dapat memproduksi materi bom atom. ”Mereka telah mewujudkan kata-kata menjadi tindakan,” kata Yu Myung-hwan, Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Kamis pekan lalu.

Korea Utara berjanji akan menghancurkan reaktor dengan kekuatan lima megawatt hingga Juni sebagai hasil kesepakatan Korea Selatan, Cina, Amerika Serikat, Rusia, dan Jepang, Oktober tahun lalu. Sebagai balasannya, Pyongyang meminta Amerika menghapusnya dari daftar negara pendukung terorisme.

Akhir Agustus lalu, Korea Utara mengancam menghentikan pembekuan reaktor Yongbyon karena Amerika tidak kunjung mencabutnya dari daftar pendukung terorisme. Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika, Sean McCormack, mengatakan Korea Utara tidak berniat menghancurkan reaktornya. ”Mereka hanya memindahkan, lalu memasangnya lagi,” ujar McCormack.

PAKISTAN
Perdana Menteri Diserang

Konvoi kendaraan yang akan membawa Perdana Menteri Pakistan Yousuf Raza Gilani menjadi sasaran penembak jitu di jalan utama menuju bandar udara di Islamabad, Rabu pekan lalu. Kepolisian sudah menangkap tiga tersangka yang diduga terkait dengan kelompok Taliban.

Juru bicara Perdana Menteri, Zahid Bashir, mengatakan dua peluru mengenai mobil antipeluru yang membawa Perdana Menteri. Menurut dia, Gilani selamat tanpa cedera. ”Saya benarkan kabar bahwa iringan kendaraan Perdana Menteri ditembak saat kembali dari bandara Islamabad,” ujar Bashir.

Pernyataan berbeda datang dari aparat kepolisian. Mereka mengatakan Gilani tidak berada di dalam mobil itu. Saat itu konvoi akan menjemput Gilani di bandara Rawalpindi. Menteri Penerangan Sherry Rehman membenarkan keterangan itu. ”Iring-iringan itu akan menjemput Perdana Menteri. Mereka gagal merencanakan serangan,” ujarnya.

Gilani menjadi perdana menteri dari Partai Rakyat Pakistan (PPP) sejak Maret 2008. Ia termasuk anggota senior PPP, yang pernah dipimpin Benazir Bhutto, yang tewas dalam serangan bom pada 27 Desember 2007. ”Pihak yang menyerang itu tidak menginginkan demokrasi,” ujar Gilani.

FILIPINA
Bubarkan Tim Perunding

Presiden Filipina Gloria Macapagal-Arroyo membubarkan tim perunding pemerintah dengan kelompok Front Pembebasan Islam Moro (MILF), Rabu pekan lalu. ”Tidak ada lagi perundingan. Tim ini tidak dibutuhkan karena kami tidak lagi berunding dengan kelompok gerilyawan bersenjata,” kata Jesus Dureza, juru bicara kepresidenan.

Pemerintah dan MILF tadinya akan menandatangani perjanjian perdamaian di Malaysia pada 5 Agustus lalu. Namun rencana itu buyar ketika gerilyawan menyerang penduduk di sejumlah desa di Mindanao.

Kekerasan yang terjadi sejak awal bulan lalu itu menewaskan sedikitnya 58 orang dan menyebabkan 350 ribu warga mengungsi. Aksi penyerangan dan pembakaran di sejumlah desa itu terjadi setelah pemerintah membatalkan perjanjian wilayah otonomi untuk MILF. Mahkamah Agung memutuskan perjanjian otonomi di Filipina Selatan itu tidak sesuai dengan konstitusi.

Sekretaris eksekutif presiden, Eduardo Ermita, mengatakan pembubaran tim perunding itu merupakan hasil rapat kabinet keamanan pada Selasa pekan lalu. Menurut dia, pemerintah akan membentuk tim perunding baru untuk menyelesaikan konflik dengan MILF. Eduardo mengatakan perundingan akan sangat bergantung pada kepatuhan MILF melakukan gencatan senjata serta menyerahkan komandan dan beberapa anggota yang menyerbu desa di Cotabato Utara, Lanao del Norte, dan provinsi lain di wilayah selatan.

GEORGIA
Aliansi Amerika

Wakil Presiden Amerika Serikat Dick Cheney menjadi pejabat tertinggi Amerika yang secara resmi berkunjung ke Georgia sejak terjadi krisis Georgia-Rusia. Dalam pertemuannya dengan Presiden Georgia Mikheil Saakashvili, Cheney mengatakan Amerika akan membantu membangun kembali tatanan demokrasi dan ekonomi Georgia. ”Kami akan menolong Georgia untuk bangkit dan sembuh dari luka,” ujar Cheney, Kamis pekan lalu.

Kunjungan singkat Cheney ke Tbilisi itu menyusul pengumuman tentang bantuan Amerika senilai US$ 1 miliar, plus tenaga kemanusiaan dan rekonstruksi. Amerika sebelumnya memberikan bantuan kepada Georgia senilai US$ 30 juta. Cheney juga berjanji mengembalikan status Georgia sebagai anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). ”Rakyat Georgia adalah bangsa yang berani dan bisa menjadi teman setia Amerika,” kata Cheney.

Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengecam segala bentuk bantuan Amerika, termasuk kunjungan Cheney. Ia menuduh Amerika membantu Tbilisi membangun mesin perang serta mengecam pengiriman bantuan kemanusiaan dengan kapal angkatan bersenjata. Medvedev mengatakan Moskow tidak takut diusir dari kelompok negara makmur, G-8, atau putus hubungan dengan NATO.

BRASIL
Tolak OPEC

Brasil menolak tawaran Iran bergabung dengan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Menteri Energi Brasil Edison Labao, Kamis pekan lalu, mengatakan tawaran itu datang melalui Duta Besar Iran Mohsen Shaterzadeh. ”Brasil belum mempertimbangkan kemungkinan menjadi anggota OPEC saat ini,” kata Labao.

Pada November 2007, negara Amerika Latin itu mengumumkan penemuan ladang minyak baru di lokasi sekitar 250 kilometer dari lepas pantainya yang diperkirakan memiliki kandungan minyak hingga delapan miliar barel. Awal tahun ini, Negeri Samba itu juga menemukan ladang lain yang berpotensi menyimpan minyak hingga 40 miliar barel.

Saat ini Brasil memiliki cadangan minyak 14 miliar barel. Penemuan itu akan menjadikan Brasil setara dengan negara penghasil minyak yang tergabung dalam OPEC, seperti Nigeria. OPEC saat ini beranggotakan 13 negara penghasil minyak terbesar di dunia.

Yandi M.R. (BBC, AFP, AP)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus