Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font face=verdana size=1>Amerika Serikat</font><br />Barakuda dari Alaska

Pencalonan Sarah Palin sebagai wakil presiden dari kubu Republik diwarnai setumpuk kontroversi. Mengapa McCain memilih Palin?

8 September 2008 | 00.00 WIB

<font face=verdana size=1>Amerika Serikat</font><br />Barakuda dari Alaska
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Jet pribadi itu terbang dari Anchorage, Alaska, membawa penumpang istimewa: seorang perempuan cantik—ditemani dua pria dan dua remaja. Mereka mendarat di pinggir Kota Dayton, Ohio, beberapa hari sebelum Konvensi Partai Republik di St. Paul, Minnesota.

Kamis malam pekan lalu, Sarah Palin, penumpang istimewa itu, berdiri di hadapan pendukung Republik yang memadati ruang konvensi. John McCain, kandidat Presiden Amerika Serikat dari kubu Republik, tegak di sampingnya dengan wajah sumringah. Sebelum penutupan konvensi, Gubernur Negara Bagian Alaska itu resmi dicalonkan sebagai wakil presiden dari Partai Republik. Bersama McCain, dia akan menghadang Barack Obama-Joseph Biden—calon presiden dan wakil presiden dari Partai Demokrat—dalam pemilu November mendatang.

Dalam pidato resmi pertamanya sebagai calon wakil presiden, ibu lima anak ini tampil penuh percaya diri. Dia mengenakan baju abu-abu model lengan tiga perempat. Rambutnya disasak, lalu ditarik ke belakang. ”Saya orang dari luar Washington, dan akan membaktikan diri melayani negara,” katanya dengan suara lantang, disambut aplaus meriah.

Bekas ratu kecantikan yang pernah menjadi model cover majalah Vogue ini lahir di Sandpoint, kota kecil di Idaho, tapi dibesarkan di Wasilla, Alaska. Rentang hidup dia agaknya bergerak di kota-kota kecil pedalaman. Setelah lulus kuliah jurnalistik di Universitas Idaho, dia langsung bekerja sebagai anggota Dewan Kota Wasilla pada 1992—jauh benar dari hiruk-pikuk Washington. Jabatan Gubernur Alaska dipegangnya sejak Desember 2006.

Setelah pencalonannya, Palin langsung memuji McCain. ”Ada orang yang menggunakan perubahan untuk mendongkrak karier,” katanya, menyindir Obama, yang berkampanye dengan tema perubahan. Tapi, ”McCain menggunakan kariernya untuk mendongkrak perubahan.”

Dia juga mengecam kualitas Barack Obama sebagai kandidat presiden: ”Tidak berpengalaman dan tidak punya tujuan jelas,” ujarnya. Ucapan ini ibarat menepuk air di dulang. Laporan majalah Time edisi dua pekan lalu menuliskan perempuan Alaska ini pun cetek dalam urusan politik tingkat tinggi ala Washington. Kariernya sepanjang usia, ya, di Pemerintah Kota Wasilla. Dia sempat menjadi wali kota—sebelum menjabat Gubernur Alaska.

Sejumlah pengamat berpendapat pilihan McCain pada Sarah Palin sungguh berani. Sebab, wakil presiden—dalam tradisi politik Amerika—adalah jabatan yang mesti dipangku oleh tokoh sekaliber presiden. Bila presiden meninggal, sakit, atau gagal melaksanakan tugas, sang wakil harus siap dan cakap mengambil alih tongkat pemerintahan. Pertanyaannya: dengan pengalaman Bu Palin yang nyaris nol dalam strategi pertahanan dan politik luar negeri—dua wilayah amat penting di level pemerintahan pusat—tidakkah riskan benar menaruh dia pada posisi wakil presiden?

Tapi Pak Tua McCain bukan tanpa perhitungan. Palin diharapkan mampu memikat 18 juta pemilih yang tadinya menyokong Nyonya Clinton—yang tak jadi berduet dengan Obama. Dalam pidatonya di konvensi, Palin tak lupa mengumbar pujian kepada bekas ibu negara itu: ”Tanpa menghargai Hillary, saya tak mungkin melangkah sejauh ini,” ujarnya, disambut aplaus bertalu-talu.

Banyak yang menyebut Palin sebagai pilihan dadakan. McCain dianggap buru-buru banting setir memilih calon yang ditargetkan meraih dua hal sekaligus, yaitu pemilih perempuan yang ”patah hati” karena Hillary masuk kotak, dan pemilih Katolik konservatif yang menjunjung antiaborsi. Walaupun, kisah keluarga Palin yang centang-perenang—suami mabuk, putrinya hamil di luar nikah pada usia 17 tahun—justru bisa menjadi batu sandungan bagi pemilih konservatif.

Runner-up Ratu Kecantikan Alaska 1984 ini rupanya punya kiat menghadapi media yang menyiarkan dengan gencar sisi negatifnya: dia memilih blakblakan. Apalagi nyali Palin dikenal besar sedari muda, sampai-sampai dia dijuluki Nona Barakuda—nama sejenis kuda laut raksasa Karibia yang ganas. Tanpa ragu, dia mengakui kisah keluarganya yang mirip opera sabun.

Menikah 20 tahun silam dengan Todd Palin, pengusaha keturunan Eskimo, ia memiliki lima anak, dua laki-laki dan tiga perempuan. Bristol, salah satu putrinya, yang baru berusia 17 tahun, hamil di luar nikah. Putra bungsunya, Trig, yang belum berusia setahun, menderita Down syndrome.

Dia dikabarkan pernah dililit serangkaian kasus tak sedap, antara lain suap di badan legislatif dan penyalahgunaan wewenang saat menjabat wali kota. Ia disebut pernah memecat seorang pejabat Alaska dengan sewenang-wenang dan memberikan perintah agar mantan iparnya diberhentikan dari dinas ketentaraan karena bercerai dengan adik perempuannya.

Media-media tak lupa pula melaporkan soal Todd Palin. Dia disebutkan pernah tertangkap karena menyetir dalam keadaan mabuk, 20 tahun silam. Beragam cacat cela ini sempat membikin repot kubu McCain. Juru bicara McCain, Tucker Bounds, mengatakan pihaknya sudah mengetahui kondisi keluarga Palin jauh sebelum mereka mencalonkan dia. Kondisi itu, kata Bounds, tidak akan mengubah pencalonan.

Sarah Palin dengan gagah menghadapi semua tudingan: ”Saya tidak menyembunyikan apa pun,” kata mantan pembawa acara olahraga di televisi ini. Soal kisah keluarganya yang penuh sengkarut, dia bilang, ”Sebagaimana keluarga lain, kami punya masa pasang-surut.”

Sejak muda, kapten tim basket saat di sekolah menengah ini dikenal tangguh. Hobinya memancing dan berburu—hasil didikan ayahnya. Dia mengantongi jam terbang lumayan tinggi lewat keanggotaan Asosiasi Senapan Angin Nasional. Dialah gubernur perempuan pertama dalam sejarah Alaska.

Namanya mulai tersohor di Alaska tatkala dia membereskan praktek kolusi di Komisi Konservasi Gas dan Minyak pada 2003. Walau kemudian, Palin justru diduga terlibat rangkaian kasus kolusi. Sikapnya keras dalam banyak hal. Dia ngotot agar dibangun jalur pipa gas alam di Alaska. Ia dikabarkan gemar memecat bawahan yang tidak seirama dengannya sejak menjabat gubernur. Sikapnya yang rapi, berdisiplin, dan tegas membuat Wasilla—kota kecil yang cuma dihuni 5.500 orang—menjadi basis Republik yang terpandang di Alaska.

Nilai-nilai itulah yang membuat McCain kepincut. Dia melukiskan Sarah Palin sebagai ”orang yang amat mengerti saya, yang bisa mengukur apa saja yang ada di dalam otak saya, yang bersama saya akan membawa perubahan bagi negara.”

McCain memang berharap banyak pada Palin lewat kampanye antikorupsi dan antiaborsi yang dicanangkan perempuan Republiken itu. Karena membenci aborsi, Palin dan suaminya memutuskan mempertahankan jabang bayi yang dikandung Bristol.

Sebagai pejabat dari kota kecil banyak yang mengolok-olok keberaniannya melangkah ke Gedung Putih. Kubu Obama pun melancarkan sindiran. ”Bagaimana bisa menguasai persoalan jika selama ini cuma memerintah kurang dari 10 ribu orang?” Tapi Sarah Palin, sebagaimana julukannya—si Barakuda—bukan jenis yang bisa dihardik. Katanya, ”Saya memang tidak punya pengalaman politik 30 tahun. Tapi itu artinya perspektif saya lebih segar dan lebih dekat dengan warga yang akan saya layani.”

Angela Dewi (AFP, AP, BBC, CNN, NYTimes)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus