Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Murtaza diadili

Bukan pertama kali ini benazir bhutto harus menghadapi salah seorang keluarganya diadili. kini adiknya diadili untuk perkara 16 tahun lalu.

13 November 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BILA tak ada halangan, Mir Murtaza Bhutto bakal hadir di Pengadilan Tinggi Karachi Sabtu pekan ini. Meski ia adik kandung Perdana Menteri Benazir Bhutto, Murtaza tetap dihadapkan ke meja hijau dengan sejumlah tuduhan. Yakni, terlibat pembajakan maskapai penerbangan Pakistan Airlines yang menewaskan seorang korban, dan sejumlah aksi teror di sejumlah kota besar Pakistan pada tahun 1981. Aksi berdarah itu dilakukan Murtaza sebelum hidup di pengasingan di Suriah dan Eropa, 16 tahun lalu. Persidangan hari itu merupakan kelanjutan dari sidang sebelumnya, Kamis pekan lalu. Ketika persidangan dibuka, beberapa jam setelah Murtaza tiba dari Dubai, pekan lalu itu, ia sengaja disembunyikan untuk menghindarkan kerusuhan oleh 3.000 pendukungnya. Konon, 3.000 orang itulah yang juga menjemputnya di Bandara Karachi. Ketika itu pihak keamanan sempat menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan pendukungnya itu. Sementara itu, Nusrat Bhutto, ibu kandungnya, sempat didorong petugas sebelum menghadiahkan ciuman dan mengalungkan jimat keberuntungan di leher anaknya, yang langsung ditahan begitu menuruni tangga pesawat Ethiopian Airlines. Bagi Benazir, yang baru sebulan berkuasa, kehadiran Murtaza, 39 tahun, memang bisa merugikan. Murtaza yang tangannya berlumur darah itu akan dijadikan titik tolak kelompok oposisi untuk menjatuhkan Benazir, kelak. Lagi pula, Benazir tak ingin negerinya terus-menerus dicap sebagai salah satu negara sarang teroris. Dan sejak kematian ayahnya, Zulfikar Ali Bhutto, tahun 1979, Benazir menentang jalan kekerasan lebih suka jalan konstitusional. Itulah sebabnya, mengapa pemerintah Pakistan selalu menghalangi kepulangan Murtaza. Pesawat khusus Suriah yang semula mengangkutnya, yang sempat dua kali mengitari Karachi, tak diizinkan mendarat di ibu kota Pakistan itu. Murtaza pun ditawari tak akan diadili bila bersedia kembali enam bulan lagi. Namun, sang adik tetap saja ngotot. ''Saya tetap kembali meski mereka menggantungku di Bandara Karachi,'' katanya. Ini karena ia harus hadir Ahad ini, dalam upacara pengambilan sumpah sebagai anggota parlemen Provinsi Sind, kursi yang dimenangkan Partai Rakyat Pakistan, partainya Benazir, dalam pemilu Oktober. Kalau tidak, kedudukannya digantikan calon yang lain.DP

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus