SUDAH berlangsung tiga bulan, perpecahan dalam tubuh organisasi
gerilyawan Al-Fatah belum juga bisa dibereskan. Pemimpin PLO
Yasser Arafat menganggapnya serius sambil tetap menuding Libya
dan Suriah sebagai biang keladinya. Abu Musa sang pemberontak
justru membantah campur-tangan semacam itu. Menempuh hidup
sederhana, ia bersiteguh pada tiga tuntutan: perombakan
organisasi yang mendasar, mengandalkan perjuangan bersenjata dan
pengabdian penuh pada perjuangan rakyat Palestina.
Di markasnya di Hammara, Lembah Bekaa, Abu Musa menerima David
Hirsch dari mingguan The Gardian untuk sebuah wawancara.
Petikannya:
Mengapa pemberontakan baru terjadi sesudah Arafat mengangkat dua
perwira yang tidak terpuji itu?
Pemberontakan terjadi bukan karena pengangkatan. Sebenarnya ada
akar politik yang lebih dalam. Sesudah pengungsian keluar
Beirut, pelbagai usul ditawarkan: rencana perdamaian Reagan,
Fez, dan konfederasi dengan Yordania. Semuanya tidak
menguntungkan perjuangan dan pasti tidak akan menuju negara
Palestina merdeka. Saya yakin tidak satu rencana pun bakal
terwujud. Tanpa perjuangan bersenjata, suara kami tid^.k akan
bergema di Amerika Serikat.
Percayakah Anda akan adanya pembebasan menyeluruh atau
pembebasan wilayah Tepi Barat saja?
Tanah air ialah kesatuan menyeluruh, tidak tcrpecah-pecah.
Karena itu harus ada pembebasan Palestina yang komplit, bukan
sebagian-sebagian. Tapi kami tidak keberatan untuk membebaskan
dulu sebagian wilayah, lalu menegakkan pemerintah yang berdaulat
di sana. Itu bukan berarti adanya damai dan pengakuan bagi
Israel. Perjuangan kami akan jalan terus hingga pembebasan
komplit tercapai.
Kalau begitu Anda tidak menyetujui d.plomasi Arafat selama 10
tahun terakhir?
Ya, sejak 1974, ketika Program Politik Darurat dicanangkan.
Waktu itu kami menilainya sebagai awal kemunduran yang bisa
menelantarkan cita-cita nasional. Memang itulah yang terjadi.
Anda bermaksud kembali ke Piagam Nasional yang disahkan Dewan
Nasional Palestina di tahun 1964?
Ya, kami bertanggung jawab pada Piagam Nasional yang menegaskan
"tidak ada rujuk damai, tidak ada pengakuan, tidak ada
perundingan (dengan Israel)." Ikrar kami: Negara Palestina harus
ditegakkan di seluruh wilayah Palestina.
Percayakah Anda akan negara yang tidak berkiblat pada agama?
Itulah tuntutan kami sejak mula: sebuah negara yang terbuka
untuk semua agama.
Tanpa mengusir orang-orang Yahudi?
Tidak, mengapa mesti mengusir? Kami tidak menghalau Yahudi yang
sejak mula memang tinggal di Palestina. Tapi mereka yang pindah
ke Palestina bersama-sama kebangkitan negara Israel, bukanlah
orang Palestina.
Jadi mereka harus pergi?
Ya, ke tempat asal mereka, negara-negara di Eropa. Mereka warga
negara sana, adalah hak mereka juga untuk kembali ke sana. Hanya
Yahudi asli berhak disebut orang Palestina. Yang lain bukan,
jadi biarkan mereka pergi.
Bagaimana dengan metode Arafat, cukup demokratik?
Arafat 100% individualis. Dia sama sekali tidak menghiraukan
kepemimpinan kolektif. Untuk hal-hal penting pun, dia tidak
berkonsultasi dengan anggota Komite Eksekutif PLO. Contoh:
pertemuan dengan jenderal Zionis, Matititahu Peled, atau kontak
dengan Presiden Mesir Mubarak. Puncaknya terjadi dalam kunjungan
terakhir ke Amman. Arafat bersetuju dengan Raja Hussein dari
Yordania tentang perlunya delegasi bersama Palestina-Yordania
untuk dialog dengan AS dan Israel, berdasarkan Rencana Reagan.
Tapi dokumen itu tidak sampai ditandatangani Hussein, karena
ditolak Komite Eksekutif. Namun Arafat benar-benar menyusun
dokumen tersebut dengan Raja Hussein.
Apakah Arafat meninggalkan perjuangan bersenjata?
Ya, dia tinggalkan dalam pertemuan Fez. Akibatnya sekarang
terpaksa berurusan dengan Rencana Reagan.
Bagaimana dengan keputusan meninggalkan Libanon?
Bukan hanya keputusan, juga tindakan. Tiap hari gerilyawan
dikirimkan ke luar Libanon dan tidak ada yang dibolehkan
kembali. Sebagian terpencar masuk Suriah, dari Yaman, Sudan,
Aljazair, hanya untuk menengok keluarga mereka. Tapi Arafat
menahan gaji para gerilyawan kecuali jika mereka keluar Libanon.
Sebelum pemberontakan meletus, Arafat sudah tidak menyalurkan
gaji, pangan, bahan bakar, dan logistik lainnya pada kami. Jadi,
tatkala kami menentang pengangkatan Haj Ismail dan Abu Hajim,
ini bukan karena sekadar mencari alasan. Kami tahu Arafat
bermaksud meninggalkan Libanon. Ini berarti tidak akan ada lagi
perlawanan bersenjata mulai dari Aljazair sampai ke Yaman.
Apakah pendudukan Israel atas wilayah Libanon merupakan peluang
baik untuk memerangi Israel?
Ya, lebih baik dari peluang-peluang sebelumnya. Tentara Israel
kini terpencarpencar, dalam banyak kelompok kecil. Dan mereka
bukan manusia super. Terbukti dalam perang Libanon. Bangsa Arab
pun bisa membuktikan bagaimana prajurit Israel mengisap ganja,
mencuri, berdagang, dan menyelundup. Persis orang awam biasa.
Tentara yang begini pasti bisa dilawan.
Apakah Arafat memerlukan banyak uang untuk mempertahankan
kebijaksanaannya?
Sekarang uang adalah senjata Arafat satusatunya. Berjuta-juta
dibagikan pada gerilyawan, tokoh terkemuka, walikota, dan
suku-suku. Arab Saudi telah menyumbang ratusan juta yang
digunakan hanya untuk melembekkan, bukan menggalakkan revolusi.
Korupsi begini memang tidak tercatat dalam buku.
Nampaknya reaksi orang Palestina tidak menguntungkan Anda.
Simpati lebih tertuju kepada Arafat.
Benar. Tapi ini bukan berarti mereka menolak pendapat-pendapat
kami. Reaksi itu berpangkal pada sikap Suriah. Orang Palestina
biasanya merapatkan barisan jika merasa ada intervensi Arab dari
luar.
Gerakan Anda dituduh memperoleh bantuan Suriah.
Kami memperjuangkan cita-cita kami, bukan cita-cita Suriah. Jika
Suriah menolak Reagan, berarti Suriah memperkuat kami bukan
sebaliknya. Tahun 1976 saya menentang masuknya Suriah ke Libanon
karena saya pikir hal itu akan melemahkan Palestina. Tapi ketika
saya lihat Suriah menentang Reagan, saya pun bisa menghargai
sikap mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini