AKHIRNYA perdana menteri yang diheLl bohkan menyimpan tiga geisha itu jatuh. Dengan wajah agak tegang, Sosuke Uno, perdana menteri itu, menyatakan mengundurkan diri sebagai PM Jepang, Senin pekan ini. Mengenakan jas dan dasi biru tua, ia menjelaskan niatnya itu di markas besar Partai Demokratik Liberal (PDL), partai berkuasa di Tokyo. 'Karena seluruh tanggung jawab terletak di pundak saya, maka saya memutuskan untuk mengundurkan diri," ujarnya, yang menurut orang Jepang kata-kata itu mengesankan Uno tak merasa bersalah. "Semoga, pengganti saya segera terpilih." tambahnya. Langkah mundur itu diambil Uno setelah PDL mengalami kekalahan besar dalam pemilu majelis inggi, Ahad pekan ini. Partai terkuat yang berkuasa sejak Perang Dunia II ini ternyata hanya meraih 36 dari 45 kursi yang ditargetkan. Sementara itu. Iawannya. Partai Sosialis Jepang (PSJ) secara mengejutkan berhasil meraih 46 kursi Walhasil PDL hanya menguasai 10 dari seluruh kursi majelis tinggi yang jumlahnya 252 kursk sedangkan PSJ menempatkan 66 anggotanya. seperti dlketahui. pemilu kali inimemilih separuh anggota majelis tinggi untuk masa jabatan 6 tahun Menurut Uno, pemilu kali ini merupakan masa paling sulit bagi PDL. Suhu kampanye, katanya selalu diwarnai isu-isu yang meruntuhkan nama PDL Selain skandal Reeruit yang menghebohkan itu, pemberlakuan pajak konsumsi 3O menyebabkan ibu-ibu rumah tangga merasa jengkel terhadap PDL. Begitu pula dengan kebijaksanaan PDL yang membebaskan pasaran dalam negeri Jepang terhadap hasil pertanian luar negeri, yang menyebabkan partai berkuasa ini kehilangan suara kaum petani. Itu sebabnya, "kami merasa perlu mendengar suara rakyat dan melakukan introspeksi diri," kata Uno. Itu semua masih ditambah dengan terungkapnya skandal seks PM Sosuke Uno dengan 3 bekas geisha. Maka, cukup babak-belurlah kali ini PDL. Popularitas pemerintahan Uno yang baru berusia 50 hari merosot drastis. Makin hilangnya dukungan rakyat ini sangat disadari pula oleh kalangan PDL sendiri. Dalam pernyataan yang dikeluarkan seminggu sebelum pemilu, partai yang telah berkuasa lebih dari 40 tahun itu menyatakan bahwa rakyat Jepang begitu menyadari pentingnya pemilu kali ini. Sebab, "pemilihan kali ini merupakan pilihan apakah Jepang menuju liberalisme atau sosialisme tanpa kebebasan." Itulah kampanye terselubung. Dengan begitu, PDL mencoba menyugesti rakyat bahwa bila sampai PDL kalah, mereka akah jatuh di tangan pemerintahan yang kurang memberikan kebebasan. Bisa dikatakan, PDL telah kalah sebelum bertanding. Partai ini terlalu mencemaskan makin hal umumnya nama seorang wanita, Takako Doi, pemimpin Partai Sosialis Jepang yang makin hari makin berpengaruh. Hal itu juga tampaknya akan menjadi titik sejarah dalam norma masyarakat Jepang. Yakni lahirnya "kekuatan wanita" dalam dunia politik Jepang. Bayangkan dari sebuah masyarakat yang dulu dikenal mendudukkan wanita sebagai warga negara kelas dua, kini 146 orang wanita Jepang mencalonkan diri dalam pemilu. Suatu rekor tertinggi dalam sejarah politik Jepang dibandingkan sebelumnya, yang hanya mencatat 82 wanita. Dan kini 22 nama di antaranya terpilih sebagai anggota majelis tinggi. "Tampaknya, ibu-ibu rumah tangga merasa perlu mengubah arus politik Jepang," tutur Michiko Matsuura kepada TEMPO. Presiden Liga Pemilih Wanita Jepang ini menjelaskan, faktor utama kekalahan PDL terletak pada kesombongan partai yang melupakan kepentingan rakyat banyak. "Skandal wanita yang dilakukan PM Uno menarik perhatian kaum wanita muda pada urusan politik," tuturnya lagi. Namun, ini semua tak berarti PDL kini kehilangan segalanya. Bahkan para pengamat politik Jepang mengatakan, dalam waktu dekat politik Jepang belum akan bergeser dari garis PDL. Soalnya, PDL masih menguasai majelis rendah, yang memiliki kekuatan mutlak. Hal ini dimungkinkan adanya UUD Jepang pasal 27, yang menjelaskan bahwa "keputusan majelis rendah akan diprioritaskan bila kedua badan eksekutif ini berbeda pendapat mengenai sebuah keputusan" Tapi memang benar kini partai berkuasa ini tak lagi gampang membuat undang-undang, umpamanya undang-undang kenaikan pajak 3% itu. Sebab, sebelum rencana undangundang sah menjadi undang-undang, harus mendapat persetujuan majelis tinggi yang kini sebagian besar anggotanya dari partai oposisi. Menurut Profesor Seizaburo Sato, ahli ilmu politik dari Universitas Tokyo,' bahkan peranan PDL tetap masih penting. "Hanya sikap politiknya yang perlu diperbaiki," katanya. Direktur Eksekutif Institut Internasional untuk Perdamaian Dunia (semacam CSIS) ini kepada TEMPO mengatakan, kebijaksanaan pertanian yang diterapkan PDL hanya memerlukan pendekatan lebih intensif kepada kaum petani. Seizaburo Sato, kini 57 tahun, yang pernah disebut-sebut sebagai arsitek politik bekas PM Nakasone, tak melihat kemungkinan adanya pemerintahan koalisi. Sebab, partai oposisi merasa rugi bila harus berkoalisi dengan PDL. Lalu siapakah calon pengganti Uno? Desas-desus yang beredar di kawasan Nagatacho masih menyebut beberapa nama lama dari PDL. Antara lain Ryutaro Hashimoto, yang kini menjabat Sekjen PDL, dan Masayoshi Ito, yang dulu pernah menolak untuk dicalonkan sebagai pengganti Takeshita. Jago-jago tua seperti bekas PM Takeo Fukuda dan Wakil PM Shin Kanemaru juga muncul namanya. Selain mereka, tak ada calon lain lagi. Sosuke Uno, yang menjabat kursi PM hanya 50 hari, pun tak punya pilihan. "PM yang mengundurkan diri tak akan ikut campur menentukan penggantinya," ujarnya. Siapa pun pengganti Uno, Jepang menghadapi sedikit perubahan politik luar negerinya. Karena PDL tak akan berjalan di jalan mulus lagi - meski keputusan terakhir ada di majelis rendah yang tetap dikuasainya - respon terhadap perkembangan politik internasional akan lebih lambat. Tapi itulah tampaknya yang dikehendaki rakyat Jepang. Mereka, menurut berbagai pengumpulan pendapat, tak lagi menghendaki pemerintahan tunggal PDL yang "penuh skandal dan sombong." Sementara itu, mereka pun tak ingin perubahan radikal dalam politik dan ekonomi, yang memungkinkan Jepang menjadi satu superpower. Pilihan sebagian besar responden adalah Jepang yang diperintah oleh dua partai yang kurang lebih sama kekuatannya. Dan itulah Partai Demokratik Liberal dan Partai Sosialis Jepang.Seiichi Okawa & DP
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini