Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Nona Marvel yang Muslimah

Marvel Comics meluncurkan karakter superhero remaja muslim. Mencerminkan pergeseran persepsi.

25 November 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Superhero baru akan muncul pada awal tahun depan. Kali ini sang jagoan berwujud gadis Amerika Serikat berusia 16 tahun keturunan Pakistan dan beragama Islam. Namanya Kamala Khan. Julukannya Nona Marvel. Orang tuanya imigran Pakistan kolot yang tinggal di New Jersey.

Kamala Khan memang hanya ada di dunia imaji rekaan Marvel Comics—penerbit komik terkemuka yang berbasis di Amerika Serikat. Maka Nona Marvel pun menjadi anggota baru jagoan Marvel sebelumnya: Captain America, Iron Man, Spider-Man, dan Hulk, antara lain. Ia akan memulai petualangannya pada Januari 2014 dan muncul dalam edisi bulanan komik itu sejak 6 Februari 2014.

Laiknya superhero, Khan memiliki kekuatan super. Sebagai Nona Marvel, bagian tubuhnya dapat membesar dan menyusut, juga bisa berubah bentuk. Dia juga mampu memperpanjang lengan serta kakinya.

Khan digambarkan sebagai gadis yang selalu berusaha mencari tahu identitasnya, dan menggunakan kekuatan supernya dengan penuh tanggung jawab. Dalam kesehariannya Khan adalah penggemar berat buku komik. Sebutan Nona Marvel yang dipilihnya juga milik Carol Danvers—karakter yang dikagumi Khan.

Sebelumnya, Marvel memiliki karakter Nona Marvel yang digandrungi remaja putri. "Itu penghormatan kepada tokoh warisan," kata Sana Amanat, redaktur serial tersebut, yang juga menggarap serial komik Ultimate Spider-Man dan Ultimate X-Men, seperti dikutip Reuters.

Khan lahir dari interaksi antara penulis G. Willow Wilson yang mualaf, Sana Amanat yang beragama Islam, dan editor senior Stephen Wacher. Awalnya adalah perbincangan santai antara Amanat dan Wacker. Amanat menceritakan kisah hidupnya sebagai perempuan muslim di Amerika. Wacker rupanya tertarik. "Ia tertarik pada dilema yang saya hadapi sebagai gadis muda," ucapnya.

Benar, keesokan harinya Wacker menghampiri Amanat. Katanya, "Bukankah menarik jika kita memiliki superhero untuk anak-anak yang masa kecil dan remajanya seperti kamu? Kita harus menciptakan karakter yang dapat menginspirasi mereka."

Tim segera dibentuk untuk menindaklanjuti gagasan ini. Wilson mulai mereka-reka karakter Khan, berusaha memolesnya senatural mungkin. Setelah 18 bulan tim bekerja, karakter Khan pun terwujud.

Khan mewakili figur remaja putri yang cemas, bingung, dan merasa terasing. Dia terimpit antara harapan orang tua dan masalah di sekolahnya. Di lingkup keluarganya, Khan hidup bersama sang kakak yang konservatif, ibu yang sangat membatasi, dan ayah yang sangat mendorongnya sukses di karier akademis.

Dalam kondisi itu, tiba-tiba dia mendapat kekuatan super. "Khan cermin diaspora muslim Amerika dari perspektif otentik. Dia menampilkan sosok anak muda yang mengatasi hilangnya harapan dengan kekuatan yang luar biasa," kata Amanat.

Karakter Khan merupakan sosok yang setia pada hidup; mengalami kecemasan, yang biasa pada remaja; perasaan bingung dan menjadi orang luar; serta berurusan dengan harapan orang tua dan masalah di sekolah. "Itu untuk semua gadis pecandu di luar sana dan orang lain, yang pernah melihat kehidupan di pinggiran," katanya.

Khan superhero remaja muslim pertama dalam sejarah penerbit komik itu. Dalam konteks ruang waktu karakter ini tercipta, Marvel sengaja menampilkan identitas muslim untuk mencerminkan keberagaman pembacanya. "Penting untuk mengisahkan perubahan dunia tempat kita tinggal. Menjadi muslim-Amerika adalah bagian dari itu," kata Amanat. Baginya, karakter itu penting untuk menggali perspektif muslim di Amerika.

Menurut Wilson, karakter komik Kamala Khan tidak bertujuan menyebarkan Islam, tapi ingin mengisahkan perjuangan gadis remaja muslim. "Ini bukan penyebaran agama. Ini benar-benar penting bagi saya menggambarkan sebagai seseorang yang sedang berjuang dengan imannya," ujarnya.

Meski muslimah, karakter Khan tidak banyak mengadopsi simbol Islam, seperti penggunaan hijab. Namun sang superhero juga tidak dibalut busana ketat seperti dilakukan Marvel dalam komik-komiknya terdahulu.

Wilson menjelaskan, Khan tidak hanya memerangi kejahatan. Dia juga harus berjuang di tengah kesulitan sebagai anak imigran di New Jersey, termasuk menyesuaikan diri di sekolah. "Dia memiliki identitas ganda, bahkan sebelum memakai kostum superhero. Seperti kebanyakan anak imigran, dia merasa terpecah antara keluarga dan teman-temannya, yang tidak benar-benar mengerti seperti apa kehidupan keluarganya," katanya.

Secara umum, dunia komik Amerika Serikat sudah terwarnai sentuhan Islam. Pada 2010, DC Comics memperkenalkan tokoh cerita komik Simon Baz, muslim Arab-Amerika, dan Nightrunner, pahlawan muda muslim keturunan Aljazair yang tumbuh di Paris. Sejak meledaknya sejumlah komik dengan karakter muslim, Marvel juga membuat komik serupa, antara lain Dust, dengan tokoh seorang remaja muslim asal Afganistan yang memiliki kemampuan mutan untuk memanipulasi pasir dan debu.

Pemimpin redaksi Marvel, Axel Alonso, mengakui penciptaan Khan untuk menjangkau pembaca yang lebih luas dan lebih beragam. Upaya ini menjaga reputasi suksesnya setelah sejak awal 1960-an mengeluarkan komik terkenal dan melahirkan karakter yang menjadi ikon global.

Di tengah gelombang anti-Islam di negara-negara Barat dan rasisme kelas bawah, tren keterbukaan pada Islam meningkat. Islam terus berkembang di sana. Data lembaga survei untuk kehidupan beragama Pew Forum on Religion & Public Life pada November 2012 menyebutkan populasi muslim bertambah 2,6 juta setiap tahun dan menjadi agama dengan pemeluk terbanyak setelah Protestan dan Yahudi.

Penyumbang terbesar populasi muslim itu adalah kaum imigran dari negara-negara dengan mayoritas penduduk muslim. Dalam sejarahnya, imigran muslim datang sebagai budak. Kini mereka menjalani profesi yang beragam, seperti guru, tentara, sopir taksi, dokter, juga wiraswasta.

Dari sudut pandang Islam dan Amerika Serikat, sejauh ini tanggapan atas karakter Khan umumnya positif. Fatemeh Fakhraie, pendiri Muslimah Media Watch, menyebutkan karakter Khan menjadi jendela untuk mengintip kehidupan muslim di Amerika. "Ini bisa menyeimbangkan persepsi kehidupan muslim di sana," katanya, seperti dikutip Al-Jazeera.

Hussein Rashid dari Departemen Agama Hofstra University, New York, menilai karakter Khan adalah peluang mengenalkan citra Islam yang ramah melalui budaya pop. "Dia lahir di Amerika, generasi sesudah 9/11, dan remaja," ujarnya dalam opininya di CNN.

Setelah serangan ke gedung World ­Trade Center dan Pentagon pada 11 September 2001, komunitas muslim sempat mendapat tekanan meski terbatas pada kelompok-kelompok kecil. Survey Pew pada 2007 menyebutkan 53 persen muslim Amerika mengaku lebih sulit menjadi muslim di sana setelah serangan tersebut. Penilaian publik Amerika kepada Islam pun sempat menjadi cenderung negatif, tapi berangsur membaik hingga kini.

Harun Mahbub (Al-Jazeera, New York Times, Reuters, Telegraph)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus