KAMPALA tak ubahnya kota yang baru diamuk prahara. Dan ini bukan untuk pertama kalinya. Ketika Presiden Idi Amin digulingkan pada 1979, sejumlah besar pengikutnya dianiaya, kekayaan negara dan swasta dirampas. Apa yang baru terjadi Sabtu pekan lalu tak jauh berbeda. Saksi mata melaporkan bagaimana tentara bersama-sama penduduk sipil merampok toko-toko, bar, dan restoran. Sasarannya: minuman keras. Tapi di dua hotel bahkan bola lampu ikut dipreteli. Ceritanya bermula setengah jam menjelang Sabtu tengah hari. Siaran Radio Kampala mendadak terhenti. Ada pengumuman istimewa kepada bangsa Uganda. "Dengan gembira kami mengumumkan terjadinya kudeta militer di Uganda hari ini .... Dengan ini tamatlah riwayat pemerintahan Obote lewat kudeta yang berlangsung tanpa pertumpahan darah." Tidak lama kemudian 30 truk penuh tentara menderu-deru masuk kota, dan mereka terlihat melambai-lambaikan senjata Kalashnikov, buatan Uni Soviet. Sesudah itu, barulah terjadi perampokan. Buntut aksi-aksi perampokan toko dan tembak menembak seru: empat korban tewas. Sekitar pukul 15.00 hari itu baru diumumkan pemberlakuan jam malam, lalu parlemen dibubarkan, para menteri dipecat, UU dibekukan, dan warga sipil diwajibkan tinggal di dalam rumah. Mereka kabarnya terpaksa makan pisang mentah, sedangkan tentara tak henti-henti mereguk minuman keras. Tapi keadaan ini tidak separah di Kota Gulu, basis Brigade X, 243 km di utara Kampala, dan di Jembatan Air Terjun Karuma, 50 k'm di selatan Gulu. Di kedua tempat itu kabarnya telah terjadi pertumpahan darah. Hingga Ahad malam lalu, Kampala masih berantakan. Banyak daun jendela tercungkil, jalan raya tertimbun kotak-kotak kosong serta pecahan botol. Ratusan orang tampak memikul pesawat radio dan televisi hasil curian, lalu beramai-ramai meninggalkan Kampala sementara pada saat yang sama ratusan lainnya memasuki kota. Perampokan akhirnya mereda bersama dua kebakaran yang bisa dijinakkan. "Saya sudah sampai di Kampala," ucap Brigjen Basilio Olara Okello, 65, pemberontak yang menggulingkan Presiden Milton Obote. "Kepada rakyat saya serukan supaya tenang," tambahnya. "Langkah-langkah ini kami ambil demi persatuan." Okello tiba di Kampala, Senin pekan ini, dari basisnya diluar kota. Ia langsung memeriksa barisan kehormatan dan siap untuk upacara pengambilan sumpah sebagai presiden Uganda. Pada saat itu, hadir beberapa tokoh oposisi di zaman Obote, juga kaum gerilyawan yang sudah berjuang melawan presiden tersebut sejak empat tahun silam. Dalam seragam upacara, Okello, yang beragama Katolik, mengangkat sumpah setia kepada negara dan 14 juta penduduk Uganda. Sementara itu, bekas presiden Obote, 61, dikabarkan tiba di Kenya dalam pengasingan yang kedua kali, sesudah ia digulingkan untuk kedua kalinya pula. (Pertama kali Obote digulingkan Idi Amin, 1971, sesudah menjadi presiden 1966-1971). Mengapa Dr. Milton Obote yang berusaha keras memajukan Uganda mesti tersingkir juga? Bukankah ia lebih baik dibandingkan Idi Amin? Lagi pula, berkat bantuan Barat, ia berusaha membangun ekonomi Uganda. Tentu saja, cucu kepala suku Langi ini tidak mungkin sukses hanya dalam tempo lima tahun - sejak Pemilu 1980 - apalagi pemerintahnya harus menghadapi perang gerilya yang dilancarkan Yoweri Museveni, bekas menteri pertahanan yang dulu ikut menggulingkan Idi Amin. Namun, celakanya, Obote dianggap sama bobrok dengan Idi Amin. Benarkah? Obote berasal dari suku minoritas Langi di utara Uganda, itulah hambatan nya yang pertama. Ia memusuhi orang-orang suku mayoritas Buganda asal selatan, bahkan menghancurkan wilayah pertanian mereka yang subur di daerah segitiga Luwero. Dalam likuidasi lawan-lawannya, Obote - seperti dikatakan pemberontak Musenevi membunuh 300.000 orang. "Kekejaman seperti itu belum pernah terjadi, juga tidak dimasa Idi Amin," kata seorang pengamat. Sekalipun begitu, Obote tidak sempat menumpas gerilyawan yang dipimpin Musenevi, sebaliknya gerakan ini muncul sebagai ancaman serius terhadap kekuasaan Presiden. Dalam pada itu, obote terlanjur menganakemaskan orang-orang Langi, sukunya sendiri. Padahal, ia bukan tidak tahu sentimen kesukuan sangat menentukan stabilitas politik di negara mana saja di Afrika Hitam. Malang bagi Obote, atas pertimbangan kesukuan pula ia mengangkat Brigjen Smith Opon Acak sebagai kastaf angkatan darat. Padahal, jabatan itu sepantasnya diberikan pada Okello, perwira yang lebih senior. Okello tidak terpilih karena ia keturunan suku Acholi. Padahal, bersama-sama suku Langi, Acholi justru merupakan tulang punggung angkatan bersenjata Uganda. Okello bersama anak buahnya lalu melakukan desersi, lari ke Gulu. Ia bersedia meletakkan senjata asalkan Brigjen Smith Opon Acak dibebas tugaskan. Tapi Obote tidak mengacuhkan tuntutan Okello. Bentrok bersenjata antar tentara akhirnya tak terelakkan lagi. Bagi Okello sendiri, perjuangan bersenjata bukanlah petualangan baru. Awal tahun 1970-an - dari basisnya di Sudan - ia meningkatkan pemberontakan terhadap Idi Amin. Ketika diktator ini dapat ditumbangkan, Okello pun muncul sebagai pahlawan nasional Uganda. Bahkan Idi Amin, yang kini dalam pengasingan di Arab Saudi, ikut memuji Okello, dan menawarkan diri untuk membantu penguasa baru. Isma Sawitri Laporan Kantor-Kantor Berita
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini