SEORANG pejabat teras Partai Komunis Cina bertanya: "Apa yang
akan terjadi kalau saya menggelapkan uang negara beberapa ribu
yuan?" Dua tahun lalu, ketika majalah bulanan partai Bendera
Merah menurunkan artikel itu, semangat mengganyang Komplotan
Empat masih terbatas. Tapi pucuk pimpinan PKC kini dihadapkan
pada keharusan menjawab pertanyaan tadi. Kenapa?
Sebuah poster dinding mendadak muncul pekan lalu di Jalan Xidan,
Beijing, menuduh Wakil Ketua PKC Jcnderal Wang Dongxing
menggelapkan uang negara hampir 7 juta yuan sekitar Rp 2,6
milyar. "Jenderal Wang telah menyalah-gunakan jabatannya sebagai
Wakil Ketua Partai untuk kepentingan sendiri dan anaknya,
denga, membangun villa mewah di Zhongnanhai (kawasan elit di
Beijing, tempat para pejabat tinggi tinggal)," dakwa poster itu.
Di situ Li Qingchun, editor majalah bawah tanah Musim Semi
Beijing membubuhkan tanda tangannya. "Andaikata uang itu
digunakan untuk kepentingan umum, 4 blok apartemen yang bisa
dihuni 1.000 orang pekerja bisa dibangun," ulasnya.
Poster itu kemudian menuntut supaya diadakan penyelidikan
terbuka bagi Wang, dan melucuti keanggotaannya dari Kongres
Rakyat Nasional (NPC). Pucuk pimpinan PKC tentu tidak akan
pusing andaikata yang dituduh adalah para pejabat daerah yang
kurang mempunyai peranan politis. Jenderal Wang -- dulu dikenal
sebagai bodyguard dan sekaligus pendukung utama politik Ketua
Mao selama Revolusi Kebudayaan -- adalah orang ke-5 di pucuk
pimpinan PKC. Peranannya di Komite Sentral urusan Keamanan Dalam
Negeri pada masa lalu kini juga dipertanyakan. Wang jelas telah
melanggar disiplin partai. "Di zaman modern seperti halnya
zaman dulu di Cina, orang sepenting Wang itu harus dihukum
mati," demikian poster itu lagi.
Cerita tentang korupsi di Cina yang melibatkan orang partai
agaknya bukan hal baru. Campur tangan para birokrat partai dalam
pembangunan pelabuhan Luta di Manchuria, misalnya, menyebabkan
banyak pemborosan terjadi. Kisah Luta, yang mengakibatkan
anggarannya bengkak, seperti legenda Mafia New York. Pegawai
kantor pos, penjaga gudang padi.tau polisi stasiun kereta api
-- semua itu sudah mengenal cerita ini.
Industri jasa konstruksi memang tempat yang paling subur
tumbuhnya korupsi. Para pejabat di propinsi Hunan pernah sampai
3 kali menunda pembangunan sebuah pabrik karena biaya yang
semakin membengkak, yang dilaksanakan Hsianghsiang Aluminium.
Pabrik itu hendak membangun fasilitas makan malam para pekerja.
Korupsi kecil-kecilan juga ada. Misalnya, "tanpa sogok anak-anak
tak akan bisa masuk sekolah," kata majalah Insight.
Tapi hal yang pelik di RRC kini ialah korupsi yang berkembang di
lapisan atas partai. Gubernur propinsi Hunan dan Liaoning yang
didakwa melakukan tindak korupsi telah dipecat. Akan isyarat
buruk ini, Presiden RRC Marsekal Ye Jienying, 80 tahun,
berbicara cukup keras pekan lalu di rapat tertutup Kongres
Rakyat. "Para pejabat yang memegang keuangan negara di semua
lapisan harus diawasi secara ketat," kata Marsekal Ye. "Semua
warga-negara, tidak peduli ia anggota atau pimpinan partai
sekalipun, tanpa kecuali, tunduk dan sama derajatnya di bawah
hukum."
Kesadaran hukum, setelah soal hak asasi, kini tampaknya dengan
sadar ditiupkan pucuk pimpinan partai. Kemauan politik telah
diberikan, sesudah 30 tahun lamanya hukum ditabukan, dengan
kampanye besar-besaran. Selama 20 menit sehari Radio Beijing,
dengan peminat yang meluap, menyelenggarakan siaran pengertian
hukum yang berkaitan dengan tindak pidana kriminil. Koran Harian
Rakyat yang beroplah 6 juta eksemplar, memuat banyak artikel dan
ulasan hukum.
"Mereka yang benar, akan mendapat perlindungan hukum, tapi
mereka yang salah akan diadili oleh hukum itu sendiri," kata
Marsekal Ye lagi. Musim Semi di Beijing barangkali akan meminta
banyak korban.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini