SUATU malam 14 tahun lalu, barisan tank mengepung Villa Joly.
Presiden Ahmed Ben Bella diseret keluar dari tempat tidurnya.
Sejak itu ia hilang dari pandangan umum, menjalani tahanan rumah
yang tempatnya selalu dirahasiakan. Pekan lalu bekas presiden
itu dibebaskan, tapi pihak resmi tetap merahasiakan di mana ia
berada.
Usia Ben Bella kini 62 tahun, belum terlalu tua untuk aktif
kembali. Dia tentu boleh memajukan permohonan untuk bergabung
lagi dengan Front Pembebasan Nasional, kata seorang jurubicara
FLN. Ben Bella dulu ikut mendirikan FLN itu tahun 1954 sewaktu
gerakan bawah tanah melawan Perancis. Front itulah satu-satunya
partai politik di Aljazair sekarang.
Presiden Benjedid Chadli memerintahkan pembebasan Ben Bella,
demikian APS (kantor berita resmi Aljazair), dalam rangka
perayaan ulang tahun ke-17 kemerdekaan Aljazair. Dosanya di masa
lalu, jika ada, tidak disebut. Tapi, demikian spekulasi di sana,
tipis kemungkinan bagi Ben Bella untuk bisa terjun lagi ke
gelanggang politik negeri itu. Dia sudah terlalu lama
tersingkir. Namanya pun dianggap sudah dilupakan orang.
Ben Bella tadinya seorang presiden yang flamboyan. Berasal dari
keluarga petani, dia sebagai prajurit Perancis dalam Perang
Dunia II pernah mendapat tanda jasa. Namun dia kecewa terhadap
alam kolonial, lantas membentuk Organisation Speciale yang
bertujuan mengangkat senjata melawan Perancis. Ditambah dengan
kehadiran FLN yang dipimpinnya, akhirnya Perancis kewalahan.
Tentara Perancis menangkapnya tahun 1956 ketika dia menuju Paris
untuk berunding dengan PM Guy Mollet. Barulah 6 tahun kemudian
dia dibebaskan. Sementara itu namanya makin harum selama dalam
tahanan, hingga banyak dukungan baginya untuk menjadi presiden
tahun 1962. Adalah Houari Boumedienne, pemimpin Tentara
Pembebasan Nasional, yang sangat membantu pilihan atas diri Ben
Bella.
Kemudian, 19 Juni 1965, adalah juga Boumedienne, Menteri
Pertahanan waktu itu yang menggulingkannya dalam suatu kudeta
tanpa darah. Beberapa waktu menjelang kematian Presiden
Boumedienne (27 Desember 1978), Ben Bella pernah diduga akan
dipanggil dari tempat pengasingannya untuk kemungkinan berkuasa
lagi. Ternyata tidak.
Kolonel Chadli, kini presiden, kabarnya turut terlibat dalam
kudeta 1965 yang membawa Boumedienne ke pimpinan negara. Belum
diketahui apa tujuan Chadli membebaskan Ben Bella. Sudah jelas
bahwa FLN di zaman Boumedienne seakan-akan tertidur. Tapi
belakangan ini kelihatan peranan FLN akan dipulihkan. Sedang
Presiden Chadli yang merangkap jabatan Sekjen FLN bukannya tanpa
saingan. Siapa tahu, Ben Bella mungkin masuk dalam siasatnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini