ORANG yang kali ini menarik perhatian di Beijing adalah Peng
Zhen. Ia lahir tahun 1902 di prophlsi Shansi, Barat Daya Peking.
Mula-mula ia aktif dalam gerakan mahasiswa dan buruh, kemudian
masuk partai komunis Cina pada tahun 1920. Selama tahun 30-an
Peng kerja sama di bawah tanah dengan Liu Shaoqi di daerah
kekuasaan Kuomintang. Di masa Perang Anti Jepang Peng diangkat
sebagai Wakil Dekan Sekolah Partai di Yenan dan sesudah 1945
menjadi ketua Biro Timur Laut. Sejak 1949 sampai 1955 Peng
menjabat sebagai Sekretaris Komite Kota Peking dan kemudian ia
diangkat sebagai walikota Peking dan terpilih sebagai anggota
Politbiro.
Peng memainkan peranan penting dalam penekanan Gerakan
Pendidikan Sosialis di awal tahun 60-an -- suatu oposisi
terselubung terhadap Mao Zedong. Ketua Mao kemudian membalasnya
dengan mengerahkan pemuda dalam "Revolusi Kebudayaan," yang
mengganyang tokoh-tokoh partai yang berkuasa.
Serangan pertama terhadap politik Mao Zedong dimulai dengan
diterbitkannya tulisan Wu Han, ketika itu wakil Walikota Peking,
bawahan Peng Zhen. Wu Han dalam tahun 1961 menerbitkan tulisan
bertemakan kisah yang diangkat dari sejarah. Dengan kiasan ia
menyerang tindakan Mao memecat Marsekal Peng Teh-huai. Baru 4
tahun kemudian Mao membalas serangan itu melalui sebuah tulisan
juga. Tulisan itu mengeritik Wu Han berdasarkan tema yang ia
pilih, dan diterbitkan atas usaha Chiang Ching, isteri Mao di
Shanghai.
Itulah awal Revolusi Kebudayaan. Istilah "kebudayaan"
menyelubungi maksud sebenarnya dari gerakan pembersihan yang
dimulai dengan sangat hati-hati oleh Mao, karena menyadari
kekuatan lawannya.
Peng Zhen pun menyadari kekuatan Mao, dan memainkan peranannya
dengan hati-hati. Ia pura-pua mendukung gerakan kebudayaan ini.
Ia mengorganisir sebuah kelompok di Peking untuk mengawasi dan
mengatur pelaksanaan gerakan ini, -- tapi dengan caranya
sendiri. Untuk itu ia menyusun suatu pedoman kerja yang kemudian
dikenal dengan "Gagasan Pebruari."
Mao membalas dengan mengedarkan "Edaran 16 Mei." Di situ untuk
pertama kali Peng dikritik terbuka dengan menyebut namanya. Mao
mencapnya sebagai, "tampaknya kiri tapi esensinya kanan." Tidak
lama kemudian Peng diambil oleh Pengawal Merah dan disekap dalam
tahanan. Tidak lama setelah itu Peng diseret di depan sebuah
"pengadilan rakyat" dan dengan tangan terikat, bertekuk lutut
dan dikalungi tulisan menghina di lehernya. Ia dipaksa
mendengarkan kritik berkepanjangan yang dilontarkan terhadapnya.
Peng tidak dihukum mati, karena Mao agaknya beranggapan ia lebih
berharga hidup sebagai "contoh kesesatan" daripada mati sebagai
"pahlawan". Ia dilucuti dari segala jabatannya dan kemudian
menghilang. Banyak orang menduga bahwa ia telah meninggal bahkan
kematiannya sudah pernah diberitakan. Tapi laporan kemudian
menyebutkan Peng sedang bekerja di sebuah pertanian negara dekat
Peking.
Awal tahun ini untuk pertama kali Peng Zhen muncul di muka umum
dalam satu resepsi yang diadakan Hua Guofeng untuk merayakan
Tahun Baru Cina. Hadir juga dalam resepsi itu janda almarhum Liu
Shaoqi, Wang Kuang-Mei, yang selama 12 tahun disekap dalam
penjara.
Peng Zhen tidak lama kemudian diangkat sebagai ketua Komite
Hukum KRN. Kini iapun dicalonkan sebagai Wakil Ketua lembaga
itu. Mungkin pengalaman pahitnya selama diperlakukan Mao telah
memberinya pelajaran untuk mengusulkan tata hukum yang terjaga
dari kesewenang-wenangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini