PARTAI Komunis di bekas Uni Soviet masih mencoba bangkit. Dua pekan lalu Kongres Partai Komunis Uni Soviet ke29 masih bisa berlangsung di wilayah Pushkino, 30 km utara Moskow. Fokus pembicaraan adalah mematangkan tuduhan pada Presiden Rusia Boris Yeltsin tentang tidak sahnya pembubaran PKUS tahun lalu. "Cuma pengadilan yang berhak membubarkan Partai," kata Viktor Zorkaltsev, salah seorang aktivisnya. Yeltsin membubarkan PKUS, dan mengambil alih seluruh kekayaannya. Eloknya, pengadilan di Moskow menerima gugatan itu dan mulai menyidangkannya Selasa pekan lalu. Tapi kubu Yeltsin telah dengan cerdik menggunakan sidang meja hijau itu justru untuk mengadili PKUS itu sendiri. Untuk itu tim ahli hukum kubu Yeltsin sudah menyerahkan 36 bundel dokumen rahasia, yang isinya bisa membuktikan bahwa PKUS merupakan organisasi kriminal yang membiayi terorisme internasional, mencuri uang rakyat, dan mendirikan kediktatoran. Salah satu dokumen menunjukkan, selama tahun 19811991 Komite Sentral PKUS mengambil dana negara lebih dari US# 755 juta. Para ahli hukum wakil Komunis di pengadilan mencoba menghadirkan citra positif bagi PKUS. Antara lain disebutkan bahwa PKUS berjasa menjadikan Uni Soviet salah satu negara superkuat. Yang ditunggu bukan hanya oleh orang Rusia, tapi juga dunia internasional, ternyata batal. Yakni hadirnya bekas presiden Uni Soviet dan Sekjen PKUS terakhir, Mikhail Gorbachev, sebagai saksi. Gorby menolak hadir sambil mengecam bahwa "pengadilan PKUS" ini akan memecah-belah masyarakat. Gorby menampik tudingan tindak kriminal PKUS dan pemerintah Uni Soviet. Alasannya, "Kan waktu itu ada Perang Dingin dengan segala kepanjangan tangannya. Seluruh negara besar terlibat dan sama-sama bersalah, termasuk Amerika." Bisa jadi keterbukaan ini memberikan kemenangan bagi PKUS. Seandainya itu terjadi PKUS atau setidaknya Partai Komunis Rusia hidup kembali dan mendapatkan kembali seluruh kekayaan partai justru akan menambah tegasnya demokrasi di Rusia. FS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini