Sebuah kamera mengintip sebuah peristiwa yang menggegerkan India. Di balik kamera itu, Presiden Partai Bharatia Janata (BJP), Bangaru Laxman, dan Jaya Jaitili, pemimpin Partai Samata (salah satu koalisi BJP), menerima uang sogok dari jurnalis berita online, Tehelka.com.
Inilah situs berita yang memang membuat sebuah reportase investigasi—dengan menggunakan sebuah kamera tersembunyi—terhadap praktek korupsi dalam tubuh militer India. Dalam proyek investigasi yang mereka namakan sebagai West End Operation ini, Tehelka.com menugasi reporternya menyaru sebagai eksekutif dari sebuah pabrik senjata fiktif bernama West End International. Pura-puranya perusahaan itu bermarkas di London. Dengan berlagak menawarkan kontrak penjualan senjata dan peralatan militer lainnya senilai US$ 870 ribu, situs berita berlogo cabe merah ini menjebak sang politisi BJP dan perwira militer India itu. Hasilnya, sebuah rekaman video dengan durasi empat setengah jam yang merekam adegan negosiasi antara sang "eksekutif" dan sang perwira militer India. Bahkan kamera itu berhasil merekam adegan Bangaru Laxman saat mengambil uang yang disodorkan Tehelka sebagai uang muka sebesar 100 ribu rupee (US$ 2.170) dan Jaya Jaitili sebesar 200 ribu rupee. "Hari ini akan saya serahkan satu lakh (100 ribu rupee). Hanya sebagai uang muka. Sebagai hadiah tahun baru," ujar sang jurnalis Tehelka.com yang tengah menyamar sebagaimana yang terdapat dalam rekaman video itu. Laxman, yang berpura-pura kaget, masih sempat meminta kepastian pembayaran uang sogok selanjutnya yang tidak lagi berupa mata uang rupee, melainkan dalam bentuk dolar AS.
Celakanya, Laxman dan Jaitili kemudian mengaku uang sogok yang mereka terima sudah dimasukkan ke kas BJP. Maka, badai politik pun melibas kubu koalisi BJP. Musuh bebuyutan BJP, Partai Kongres, segera menyergap kesempatan emas ini. "Tak kan ada maaf. Tak kan ada belas kasihan. Pemerintahan koalisi BJP telah kehilangan hak moral untuk memerintah," ujar Sonia Gandhi, pemimpin Partai Kongres. Korban pun mulai berjatuhan, selain Laxman yang segera mundur dari jabatan Presiden BJP, Menteri Pertahanan George Fernandes pun menyerah terhadap tekanan politik partai oposisi sehingga dia memutuskan mundur.
Suasana politik semakin kacau karena Perdana Menteri Atal Behari Vajpayee pun diminta mundur. Bahkan ruang utama gedung parlemen India menjelma menjadi arena aksi demonstrasi jalanan. Ratusan anggota parlemen dari kelompok oposisi Selasa pekan lalu dengan sengit meneriakkan yel-yel anti Perdana Menteri Vajpayee. "Mundur, mundur," demikian seru mereka bak paduan suara. Sebaliknya, anggota parlemen dari koalisi pemerintahan BJP membalas dengan tak kalah sengitnya dengan ejekan: "Maling teriak maling."
Sekitar 30 anggota parlemen kemudian saling memaki dan baku dorong di pintu masuk ruang pertemuan. Hampir terjadi adu jotos jika petugas keamanan tidak segera melerai. Suasana gaduh di gedung parlemen India itu membuat kegiatan parlemen lumpuh. Di luar gedung parlemen massa partai oposisi membakar atribut BJP. "Kami akan melanjutkan protes hingga pemerintahan yang korup ini jatuh," ujar Mulayam Singh Yadav, Ketua Partai Samarajwadi, di hadapan 350 pendukungnya di luar gedung parlemen.
Bagaimanapun kisruhnya keadaan politik India kini, PM Vajpayee percaya bahwa koalisi BJP tak bakal ambruk. Dia bahkan menantang janda almarhum Rajiv Gandhi itu untuk melakukan voting di parlemen, untuk mengukur dukungan terhadap pemerintahan BJP. Tentu saja Sonia menampik tantangan Vajpayee, karena jelas akan kalah dengan hanya mengandalkan 112 kursi Partai Kongres dari 545 kursi di parlemen. Sebaliknya, dengan aksi jalanan, Sonia bisa dengan leluasa mengeksploitasi skandal penyuapan ini untuk menumpuk amunisi yang akan digunakannya dalam pemilu mendatang. "Aliansi kami sangat kuat dan upaya memecah belah (BJP) bakal sia-sia. Itulah sebabnya mereka (oposisi) turun ke jalan meskipun kami menginginkan bertemu dalam sebuah debat," ujar Vajpayee.
Korupsi dan penyuapan memang hampir menjangkiti seluruh aspek dalam kehidupan rakyat India. Dari hanya permohonan surat izin mengemudi, penerimaan siswa dan mahasiswa baru, hingga untuk mempercepat proses memperoleh sambungan telepon, semuanya butuh uang suap. Tak mengherankan jika analis pertahanan Raul Bedi pesimistis, skandal suap yang mempermalukan Perdana Menteri Vajpayee ini bakal membersihkan moral politisi. "Semuanya bakal kembali normal hanya dalam beberapa pekan atau bulan. Pejabat justru akan lebih berhati-hati menerima uang (suap) dan uang suap yang mereka terima bakal berlipat ganda," ujar Raul Bedi sinis. Artinya, India masih butuh lebih banyak lagi reportase investigasi si Cabe Merah.
Raihul Fadjri (, BBC)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini