Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

internasional

Anwar Ibrahim Turun Gunung

Seberapa besar peluang Anwar Ibrahim dan Mahathir Mohamad dalam pemilihan umum Malaysia?

13 November 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Malaysia

Anwar Ibrahim Turun Gunung

Anwar Ibrahim, pemimpin koalisi partai oposisi Pakatan Harapan, turun gunung ke Negara Bagian Perak dalam pemilihan umum Malaysia pada 19 November mendatang. Pemimpin Partai Keadilan Rakyat itu selama ini menjadi anggota parlemen dari Port Dickson.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perak menjadi salah satu medan pertempuran utama dalam pemilihan umum. Jumlah kursi parlemen yang diperebutkan di sana sebanyak 24 dari total 222 kursi, terbesar keempat di antara 13 negara bagian di negeri jiran. Pemilihan umum nasional dan negara bagian juga terjadi serentak di Perak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perak juga menjadi sorotan karena Ahmad Zahid Hamidi, Presiden Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), akan berusaha mempertahankan kursinya di Bagan Datuk. Anwar nanti akan bersaing di daerah Tambun dengan Aminuddin Hanafiah dari UMNO, Ahmad Faizal Azumu dari Bersatu, dan Abdul Rahim Tahir dari Pejuang, partai politik baru yang didirikan oleh mantan perdana menteri Mahathir Mohamad.

Pemilihan umum nanti akan memilih anggota parlemen. Partai yang menguasai mayoritas kursi di parlemen berhak membentuk pemerintahan dan memilih calon perdana menteri. Hingga kini hanya Pakatan Harapan yang secara jelas menyebut Anwar sebagai calon perdana menterinya. Partai lain belum bersikap jelas.

Barisan Nasional, koalisi partai pimpinan UMNO, belum menyebut nama. Namun Ahmad Zahid Hamid menyatakan mantan perdana menteri Ismail Sabri Yaakob tetap menjadi kandidat perdana menteri koalisi ini.

Gerakan Tanah Air, koalisi partai pimpinan Pejuang, juga belum menyebut kandidat. Koalisi ini terdiri atas Pejuang, Parti Bumiputera Perkasa Malaysia (Putra), Barisan Jemaah Islamiah Se-Malaysia (Berjasa), dan Partai Perikatan India Muslim Nasional (Iman).

Survei Universiti Utara Malaysia pada awal November ini menemukan bahwa Muhyiddin Yassin, pemimpin koalisi partai Perikatan Nasional, menduduki posisi pertama pemimpin yang paling dipercaya. Dalam survei itu, menurut MalaysiaNow, Muhyiddin dipilih oleh 20 persen responden. Anwar menduduki peringkat kedua dengan dukungan 19,2 persen responden. Adapun Najib Razak, mantan perdana menteri yang kini dipenjara dalam kasus korupsi 1MDB, mendapat 11,3 persen. Ismail Sabri Yaakob hanya mendapat 9,5 persen dukungan, kalah oleh Mahathir Mohamad dengan 10,2 persen dukungan.


Iran

Mahasiswa Bersatu Menentang Pemerintah

Unjuk rasa anti-pemerintah di berbagai penjuru Iran terus berlangsung dan kini memasuki pekan kedelapan. Tak ada tanda-tanda protes berakhir meskipun pembubaran paksa dan penangkapan terus terjadi. Demonstrasi yang diawali protes atas meninggalnya Mahsa Amini di tahanan polisi pada September lalu itu telah berubah menjadi gerakan menentang pemerintah.

Mahasiswa dari berbagai kampus kini ikut memprotes. Mereka makan bersama di luar kafetaria sebagai simbol perlawanan. Kafetaria, yang sebelumnya memisahkan antara ruang lelaki dan perempuan, itu ditutup setelah mahasiswa menjebol tembok pembatas ruang.

Mahasiswa juga berpawai sambil membawa poster. “Seorang mahasiswa mungkin mati, tapi tidak akan menerima penghinaan,” teriak mereka di Shahid Chamran University di Kota Ahvaz, Provinsi Khuzestan, dalam sebuah video online yang diverifikasi oleh AFP. Demonstrasi tak berhenti meskipun polisi sudah menahan sekitar 300 mahasiswa.

Motor polisi terbakar selama protes atas kematian Mahsa Amini, di Teheran, Iran 19 September 2022. WANA (West Asia News Agency) via REUTERS// File Foto

Gerakan mahasiswa punya posisi penting di Iran. Ketika Shah Iran Mohammad Reza Pahlavi digulingkan dalam Revolusi Islam pada 1979, mahasiswa mendukung pemimpin revolusi Ayatullah Khomeini. Namun mahasiswa mulai memprotes rezim baru pimpinan Khomeini ketika banyak aktivis mahasiswa yang diculik atau dibunuh. Ketegangan memuncak hingga Dewan Revolusi menutup semua universitas pada 1980.

Mehdi Jafari Gorzini, analis politik Iran yang hidup di pengasingan, menilai mahasiswa sekarang telah mengalami radikalisasi karena modernisasi di kampus, terbukanya akses ke dunia luar, dan berbagai dorongan reformasi yang ditanggapi kebrutalan polisi. “Jelas bagi generasi ini bahwa selama ini semuanya sia-sia, tidak mungkin ada dialog dengan para mullah. Maka radikalismelah yang kita alami sekarang ini,” kata Gorzini kepada DW.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus