BERITA kita mengenai Idi Amin Dada kali ini akan kita mulai pada
adegan menghilangnya sang presiden seumur hidup dengan cara
misterius awal pekan silam. Selepas menghadiri sidang keuangan
pemerintahannya, Amin bepergian ke suatu tempat yang tak
diketahui letaknya. Keadaan menjadi semakin tegang ketika mobil
yang dipergunakan pemimpin unik itu ditemukan dalam keadaan
rusak dengan sejumlah lubang bekas ditembus peluru. Tewaskah
Amin'? Mula-mula tidak ada kepastian. Seluruh polisi dan tentara
Uganda diperintahkan mencari Amin.
Entah bagaimana caranya, tapi seorang wartawan kulit hitam dari
Amerika tiba-tiba saja bisa mengadakan kontak lewat telepon
dengan Amin. Kontak yang dilakukan dari Kampala itu tidak
sanggup memastikan tempat Amin berada. Pokoknya lewat
pembicaraan telepon itu Amin menyatakan dirinya dalam keadaan
sehat wal afiat dan segar bugar serta sedang asyik menikmati
bulan madunya dengan sarah yang dikawininya di tahun 1975.
"Sampaikan salam saya ke dunia barat", begitu antara lain Idi
Amin berpesan. Kepada wartawan Amerika itu ia juga mengemukakan
rencananya untuk "berjuang menyatukan Atrika setelah berbulan
madu selama tiga pekan". Dan selama berbulan madu itu, untuk
sementara, Amin "tidak ingin jadi sumber berita".
Ternyata tidak sampai tiga minggu - bahkan cuma tiga hari - Amin
sudah keluar dari persembunyiannya di sekitar danau Victoria.
Keadaan darurat di Uganda ternyata telah memaksa Amin untuk
beraksi lagi. Ketika masih menghilang, para pengamat politik di
Afrika sudah menduga akan terjadi pembersihan di Uganda. Kata
seorang diplomat di Nairobi: "Kalau Amin sedang melakukan
kebiasaan menghilangnya itu berarti akan terjadi pembersihan di
Uganda".
Dugaan diplomat itu tidak meleset. Kantor berita Kenya,
Kenyan News Agency, memperkirakan sejumlah 300 orang terbunuh
dalam pembersihan terakhir Amin itu. Termasuk yang dibunuh
adalah kepala staf tentara Uganda, Isaac Lumago dan Sam
Makakamwa yang pernah jadi menteri perhubungan. Amin dengan
segera memberikan bantahan terhadap berita pembantaian itu. Yang
diakuinya adalah penangkapan terhadap sejumlah pelarian Uganda
yang menyusup kembali "setelah dilatih oleh kaum imperialis dan
Zionis". Kata Amin, "tidak ada satu negara pun di dunia ini yang
bisa mentolerir pemasukan senjata secara gelap ke dalam
negerinya".
Pada kesempatan menjelaskan keadaan dalam negerinya setelah
menghilang beberapa hari itu, Amin juga mengumumkan
komentar-komentarnya mengenai masalah Afrika serta campur tangan
Amerika Serikat di sana. "Dubes Andrew Young tidak punya hak
bicara mengenai kebijaksanaan Amerika di Afrika. Lagi pula ia
itu kan cuma diplomat boneka". Meski memaki Young, Amin tidak
membenci Amerika. Ia bahkan memuji Carter "yang telah mengangkat
seorang berkulit hitam menjadi duta besar".
Sampai awal pekan ini, kepastian mengenai apa yang sesungguhnya
terjadi di Uganda masih sulit diperoleh. Seorang tentara Uganda
berpangkat mayor yang melarikan diri ke Tanzania menyebutkan
adanya usaha pembunuhan terhadap Amin. Bahkan sebuah komplotan
perampasan kekuasaan dikabarkan nyaris menggulingkan Amin.
"Rencana itu gagal karena rahasia bocor ke telinga Amin", kata
Mayor tersebut. Segera saja Amin bertindak. Dan tindakannya yang
paling fantastis - selain pembersihan manusa, tentunya --
adalah perintah penghancuran terhadap lima pesawat tempur Mig,
"untuk mencegah agar pesawat itu tidak sampai dipakai oleh
pemberontak", kata sebuah sumber di Kampala.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini