Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Dipo, the disigner

Kaos oblong bergambar ali sadikin didesain dan di produksi dipo alam, mahasiswa fipia-ui. banyak dipesan mahasiswa daerah lain. dipo punya perhatian terhadap kosmetik dan tata busana.

2 Juli 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GERAKAN itu bermula di sebuah warung, dan di samping idenya, ada hal lain yang diharap bisa laku: Dipo Alam ternyata bisa dagang kaos oblong bergambar Ali Sadikin. Kaos itu dijual kepada Senat-Senat Mahasiswa Ul dengan harga Rp 300. Dan senat menjualnya lagi dengan harga Rp 350. Dari hasil penjualan itu, Dipo membeli kaos baru dan memproduksi lagi. Sampai pekan lalu, menurut Dipo, sudah terjual 100 lusin lebih. Selain potret sedada Ali Sadikin yang berdasi, kaos itu juga ditulisi di depan dan belakangnya. Antara lain: Dia Terbaik, Kita pilih Pemimpin Terbaik. Kaos itu ternyata bikinan Dipo sendiri, dengan cara sablon. Digarap cuma sehari, hari Minggu 19 Juni, ia bisa memproduksi 20 biji. Lantas dibagikan buat anak-anak UI yang ikut pawai HUT 450 DKI. Tapi kemudian ide itu makin berkembang ketika Dipo ketemu Bambang Sulistomo. "Sekarang anak-anak Bandung, Yogya, Surabaya, Padang dan Aceh sudah menyampaikan permintaan mendapatkan kaos itu", ujar Dipo di rumahnya, kawasan Kalibata. "Maunya sih, dikirim. Tapi kami nggak punya uang". Dan kalau orang-orang di luar kampus juga minta, tentu saja bisa dimaklum. Cuma menurut Dipo, hal itu bisa "menjatuhkan". Maksudnya, kalau tukang becak misalnya juga memakainya, mereka mengira mahasiswa tak akan mau memakai lagi. Dari segi fashion hal itu memang merugikan. Tapi dari sudut politis, tentunya menguntungkan, seperti kata Dipo, "idenya malah tersebar". Dipo ternyata memang pendisain. Ia sekarang pekerja sambilan (part timer) pada perusahaan iklan PT Hikmat and Chusen. Sebelumnya, 1970-1973, ia kerja sendiri. Tapi sekaligus juga memasarkan pakaian hasil disainnya. Berhenti kuliah, ketika itu selain bekerjasama dengan butik milik artis Rima Melati & Sumi Hakim, juga berusaha sendiri, menycwa ruang di salon kecantikan milik Martha Tilaar, Menteng. Sekarang, mahasiswa FIPIA (Fakultas Ilmu Pasti dan Alam) UI ini sedang menyiapkan skripsi berjudul Suplai Lemak Pada Kulit Yang Didapat Dari Kosmetik. Rabu 29 Juni ini ia mempertahankan papernya depan ahli-ahli kosmetik, konsumen, dermatolog dan ahli kimia kosmetik. Memang hampir semua orang tak menduga Dipo Alam punya perhatian dalam hal kosmetik dan tatabusana. Tapi sekarang maunya apa? "Sampai umur 30 nanti, saya akan malang-melintang dulu", jawabnya. "Baru setelah itu akan menentukan pilihan". Terjun ke dunia politik atau sebagai disainer? "Sekarang ini mendingan mendisain politik daripada mendisain pakaian", ujarnya tertawa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus