GERAKAN itu bermula di sebuah warung, dan di samping idenya, ada
hal lain yang diharap bisa laku: Dipo Alam ternyata bisa dagang
kaos oblong bergambar Ali Sadikin. Kaos itu dijual kepada
Senat-Senat Mahasiswa Ul dengan harga Rp 300. Dan senat
menjualnya lagi dengan harga Rp 350. Dari hasil penjualan itu,
Dipo membeli kaos baru dan memproduksi lagi. Sampai pekan lalu,
menurut Dipo, sudah terjual 100 lusin lebih.
Selain potret sedada Ali Sadikin yang berdasi, kaos itu juga
ditulisi di depan dan belakangnya. Antara lain: Dia Terbaik,
Kita pilih Pemimpin Terbaik.
Kaos itu ternyata bikinan Dipo sendiri, dengan cara sablon.
Digarap cuma sehari, hari Minggu 19 Juni, ia bisa memproduksi 20
biji. Lantas dibagikan buat anak-anak UI yang ikut pawai HUT
450 DKI. Tapi kemudian ide itu makin berkembang ketika Dipo
ketemu Bambang Sulistomo.
"Sekarang anak-anak Bandung, Yogya, Surabaya, Padang dan Aceh
sudah menyampaikan permintaan mendapatkan kaos itu", ujar Dipo
di rumahnya, kawasan Kalibata. "Maunya sih, dikirim. Tapi kami
nggak punya uang". Dan kalau orang-orang di luar kampus juga
minta, tentu saja bisa dimaklum.
Cuma menurut Dipo, hal itu bisa "menjatuhkan". Maksudnya, kalau
tukang becak misalnya juga memakainya, mereka mengira mahasiswa
tak akan mau memakai lagi. Dari segi fashion hal itu memang
merugikan. Tapi dari sudut politis, tentunya menguntungkan,
seperti kata Dipo, "idenya malah tersebar".
Dipo ternyata memang pendisain. Ia sekarang pekerja sambilan
(part timer) pada perusahaan iklan PT Hikmat and Chusen.
Sebelumnya, 1970-1973, ia kerja sendiri. Tapi sekaligus juga
memasarkan pakaian hasil disainnya. Berhenti kuliah, ketika itu
selain bekerjasama dengan butik milik artis Rima Melati & Sumi
Hakim, juga berusaha sendiri, menycwa ruang di salon kecantikan
milik Martha Tilaar, Menteng.
Sekarang, mahasiswa FIPIA (Fakultas Ilmu Pasti dan Alam) UI ini
sedang menyiapkan skripsi berjudul Suplai Lemak Pada Kulit Yang
Didapat Dari Kosmetik.
Rabu 29 Juni ini ia mempertahankan papernya depan ahli-ahli
kosmetik, konsumen, dermatolog dan ahli kimia kosmetik. Memang
hampir semua orang tak menduga Dipo Alam punya perhatian dalam
hal kosmetik dan tatabusana. Tapi sekarang maunya apa? "Sampai
umur 30 nanti, saya akan malang-melintang dulu", jawabnya. "Baru
setelah itu akan menentukan pilihan". Terjun ke dunia politik
atau sebagai disainer? "Sekarang ini mendingan mendisain politik
daripada mendisain pakaian", ujarnya tertawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini