BILA hari-hari terakhir ini serangan Irak terhadap Iran makin menggebu, orang Iran bilang itu untuk menggagalkan pemilu 8 April ini. Sampai pekan lalu, menurut sumber resmi masing-masing, perang kota telah menghabiskan 120 rudal yang meledak di Teheran. Dan sekitar 60 rudal yang jatuh di beberapa bagian Kota Baghdad. Toh pemilu tetap dilangsungkan. Dua hari sebelum hari pencoblosan, Ayatullah Khomeini menganjurkan agar rakyat datang dan memilih sesuai dengan haknya. "Saya sendiri akan turut memilih, apa pun yang terjadi," katanya. Seperti diketahui, ini pemilu ketiga dalam sejarah Republik Islam Iran, untuk memilih 270 anggota Majelis (parlemen) dari sekitar 1.500 orang calon. Semula banyak yang menyangsikan kegunaan pemilu, mengingat negara masih dalam keadaan perang. Tapi, duta besar Iran untuk Indonesia, Sayyid Husein Mirfakhhar, mengatakan kepada Syafiq Basri dari TEMPO bahwa sekarang ini negaranya sedang menikmati masa yang, paling stabil dalam sejarah Iran. "Hampir seluruh rakyat kami mendukung pemerintah," katanya. Kestabilan itu antara lain, tambahnya, ditunjukkan oleh pemerintah Islam Iran yang tak punya utang kepada siapa pun, atau negara mana pun. Dan inilah pemilu yang sepi kampanye, karena partai-partai dibubarkan Imam Khomeini, Juni tahun silam. Pembubaran itu didasarkan pada pendapat bahwa sebagian besar rakyat Iran terdiri atas Muslim. Dengan demikian, tak perlu ada golongan-golongan yang bertarung lewat partai. Sebagai gantinya, di Iran sekarang berdiri satu partai sangat besar di bawah nama Hizb yang berarti Hizbullah atau Partai Allah. Tapi ini tak lalu berarti konflik. Konflik tersebut berkisar pada peranan pamerintah dalam kehidupan ekonomi. Golongan radikal menginginkan suatu sistem perekonomian terpusat dengan peranan negara yang besar untuk mengaturnya. Sedangkan yang konservatif lebih menyukai pasar bebas dan campur tangan pemerintah yang seminimal mungkin. Namun, pada 21 Maret lalu, tcrjadi suatu perkembangan baru. Beberapa mullah radikal tiba-tiba memisahkan diri dan mengumumkan daftar nama calon-calon anggota Majlis yang mereka dukung. Segera saja, mahasiswa dan buruh radikal serta sebagian besar menteri dalam kabinet mendukung mereka. Jaksa Agung Hojatolislam Khuiniha yang memimpin faksi tersebut mengumumkan bahwa tindakan itu disokong oleh Imam. Inikah cara Ayatullah Khomeni menyelamatkan kekuatan radikal? Bisa jadi begitu. Sebab, golongan radikal tampaknya mengalami perpecahan di dalam. Presiden Hojatolislam Khamenei dan Ketua Majlis Hashemi Rafsanjani yang biasanya berpendirian radikal justru berpihak kepada golongan moderat dan konseratif. Ini jelas tindakan yang tfdak direstui oleh Imam. Dasar perpecahan dalam golongan radikal yang muncul ke permukaan, kedua belah pihak saling tuduh bahwa lawan-lawan mereka keluar dari ajaran Imam dan mengkhianati mostazafin, mereka yang tertindas secara ekonomi, kebudayaan, dan politik. Apa pun yang terjadi dalam satu partai besar di Iran kini, keputusan terakhir ada di tangan pemilih sendiri. Tapi sudah bisa diduga, tak akan banyak kejutan yang akan keluar dari pemilu yang terkontrol yang hasilnya belum diumumkan itu. A.D. & Sharif Imam Jomah (Teheran)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini