Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Perang Gaza Membuat Ekonomi Lumpuh, Orang Kaya Langsung Jatuh Miskin

Perang Gaza telah mengakibatkan orang kaya di Gaza jatuh miskin. Dosen bergelar professor digaji Rp4.8 juta.

5 Januari 2025 | 08.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seorang anak berjualan di pasar terbuka dekat reruntuhan rumah dan bangunan yang hancur akibat serangan Israel saat gencatan senjata sementara antara Hamas dan Israel, di kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza tengah, 30 November 2023. Warga Gaza yang pulang ke rumahnya saat gencatan senjata membanjiri pasar dadakan ini. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Perang Gaza telah membawa dampak buruk bagi perekonomian warga Gaza. Ekonomi menjadi lumpuh total, banyak orang kaya raya yang memiliki usaha - jatuh miskin. Rata-rata orang-orang di Gaza fakir dan miskin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mahmoud Hasyim Anbar, Dekan Fakultas Tafsir & Ulumul Quran Universitas Islam Gaza, menceritakan golongan terpelajar, termasuk akademisi sepertinya menjadi incaran tentara Zionis karena dianggap akan melahirkan para pejuang kemerdekaan Palestina.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Saya sebagai akademisi dan doktor, saya merupakan incaran tentara Israel. Jika saya masih di sana, mungkin anak-anak, dan isteri saya akan dibunuh dengan senjata. Mereka akan membunuh seluruh keluarga,” kata Anbar, seperti diwartakan  Antara, Sabtu 4 Januari 2024.

Para dosen biasanya mengajar selama 15 jam setiap minggu. Dosen yang mengajar mahasiswa S-2, mengajar selama 12 jam setiap pekan. Sedangkan dosen yang menyandang gelar profesor, hanya mengajar selama 9 jam dalam setiap pekan.

Akan tetapi, sejak eskalasi serangan Israel, kampus Universitas Islam Gaza dengan taman-taman yang indah tersebut, kini hampir keseluruhan infrastrukturnya sudah rata dengan tanah. Laboratorium yang menunjang pembelajaran sudah tidak bisa lagi digunakan karena tentara Israel tidak hanya menargetkan Hamas, namun juga fasilitas sipil.

Serangan tentara Israel yang dahsyat dan bertubi-tubi, membuat sebagian besar warga Gaza tinggal di pengungsian dan hidup dalam keterbatasan. Tidak ada tempat yang layak untuk buang air, ketersediaan makanan dan minuman yang sangat terbatas, hingga ekonomi yang lumpuh total.

Banyak orang-orang yang kaya jatuh miskin, bahkan profesor yang biasa mendapat gaji USD1.500 (Rp24,3 juta) atau lebih setiap bulan dan rutin, sejak serangan 7 Oktober 2023 hanya mendapat USD200-300 (Rp3,2-4,8 juta) menyesuaikan kondisi kampus.

Beruntung, situasi ini tak lantas membuat para mahasiswa menghentikan keinginan melanjutkan sekolah. Pihak kampus lantas memutuskan melanjutkan pengajaran secara daring, baik bagi mahasiswa yang berada di Gaza maupun yang berasal dari Indonesia.

Komunikasi antara para mahasiswa untuk jenjang pendidikan Strata-1, Strata 2, hingga Strata-3, utamanya dilakukan melalui WhatsApp serta media sosial Facebook dan Instagram, sesekali menggunakan platform pertemuan daring Zoom.

“Walaupun pengungsian dan kondisi yang sangat sulit, tetap mereka berusaha untuk bisa belajar secara online bersama dosen-dosen. Bahkan mereka dibebaskan dari biaya per semester. Walhasil, kondisi ini para dosen pun berpengaruh pada gaji pengajar di Universitas Islam Gaza.

“Kami berdoa kepada Allah, semoga perang ini segera berhenti dan mereka bisa melanjutkan kuliah sebagaimana mestinya di kampus,” kata Anbar.

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus