Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Santa Fe - Polisi Amerika Serikat menemukan sejumlah bom racikan terkait dengan penembakan di Sekolah Menengah Umum Santa Fe, Texas, yang menewaskan sepuluh orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sheriff County Harris, Ed Gonzalez, mengatakan polisi juga menggeledah dua rumah dan sebuah mobil terkait dengan Pagourtzis, yang melakukan penembakan menggunakan senapan dan pistol revolver. Ini merupakan peristiwa penembakan ke-22 di Amerika Serikat sejak Januari 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Polisi menemukan sejumlah bahan bom racikan di sekitar sekolah,” kata Greg Abbot, Gubernur Texas, kepada media, seperti dilansir media RTE, Jumat, 18 Mei 2018, waktu setempat. Polisi juga menahan seorang siswa lain terkait dengan peristiwa penembakan ini.
Selain menemukan bom molotov, polisi menemukan panci bertekanan yang miliki pengatur waktu dan dipasangi sejumlah paku. Namun alat memasak ini belum dipasangi bom.
Sekolah Menengah Atas Santa Fe memiliki 1.462 siswa. Pelaku penembakan, Dimitrios Pagourtzis, melakukan aksinya di sebuah kelas seni saat kegiatan belajar baru saja dimulai menjelang pukul 8 pagi.
Saat melakukan aksinya, Pagourtzis sempat berteriak di ruang kelas seni itu. “Kejutan,” ucapnya, lalu melakukan penembakan menggunakan senapan dan pistol revolver kaliber 38.
Saat peristiwa ini, dua petugas yang berjaga di sekolah sempat mencoba melawan Pagourtzis sejak awal peristiwa.
CNN melansir, Pagourtzis mengatakan kepada petugas yang menangkapnya, dia hanya menembak orang-orang yang tidak disukainya. Sedangkan orang-orang yang disukainya tidak ditembak.
“Karena dia ingin kisahnya diceritakan ke publik,” bunyi laporan CNN.
Siswa bernama Rome Shubert menuturkan lewat cuitan, “Saya bersyukur karena Tuhan masih menyelamatkan saya.” Shubert mengatakan sebutir peluru nyaris mengenainya.
Dari sepuluh orang korban tewas, dua di antaranya guru bernama Cynthia Tisdale dan siswa pertukaran pelajar asal Pakistan, yaitu Sabika Sheikh.
Gubernur Abbot menyatakan kita perlu melakukan tindakan lebih dari sekadar berdoa untuk para korban tewas dan luka dalam peristiwa penembakan ini. “Saatnya di Texas kita melakukan aksi nyata, agar tragedi ini tidak terjadi lagi,” ucapnya.