PEKING baru saja berpesta ria menyambut tahun kuda. Tahun baru
imlek itu untuk pertama kalinya diperingati di daratan Cina
sejak Revolusi Kebudayaan mengobrak-abrik semua yang berbau
"lama" dan "kontra revolusioner." Udara pesta ternyata tidak
saja bertiup di jalan-jalan dan toko-toko keperluan sehari-hari,
tapi hembusan itu terasakan juga kesejukannya dalam
gedung-gedung pemerintahan dan politik.
Di tengah kesibukan mengganyang "komplotan empat" - pimpinan
Chiang Ching, janda ketua Mao - Kongres Nasional Cina
bersiap-siap melakukan sidang mereka yang ke lima. Ketika
persiapan sedang berlangsung, Peking dilanda berita mengenai
rehabilitasi sejumlah tokoh lama yang pernah menjadi korban
pengganyangan "Revolusi Kebudayaan" dan "komplotan empat."
Salah seorang yang kabamya bakal mendapatkan rehabilitasi itu
adalah Peng Chen, bekas walikota Peking dan tokoh penting partai
yang digusur oleh "Revolusi Kebudayaan." Setelah lama tidak
diketahui di mana beradanya Peng Chen, 68 tahun, kini telah
muncul di Peking.
Korban Pertama
Peng Chen merupakan seorang teoritikus ortodoks Marxis dan
sangat anti Uni Soviet. Ia merupakan salah satu tokoh tinggi
yang jadi korban pertama "Revolusi Kebudayaan". Ia mendahului
kejatuhan Presiden Liu Shaochi, bahkan mendahului pula kejatuhan
Teng Hsiao-ping. Peng Chen pun merupakan orang yang paling dekat
dengan Teng Hsiao-ping. Para pengamat berpendapat, andaikata
Peng Chen benar-benar direhabilitir, ini merupakan rehabilitasi
orang terpenting setelah Teng Hsiaoping.
Sementara itu kabar lain yang diterima melalui siaran radio yang
berasal dari Urumchi (ibukota propinsi Sinkiang) diketahui bahwa
Saifudin telah dipecat dari seluruh jabatannya di propinsi itu.
Sejak lebih dari sepuluh tahun terakhir ini Saifudin telah
menjadi orang yang paling tinggi kedudukannya di propinsi yang
terletak di perbatasan. Sebelum digusur, kedudukannya memang tak
tanggung-tanggung: Sekretaris Pertama Partai Propinsi, Ketua
Komite Revolusioner Sinkiang, Sekretaris Pertama Daerah militer
dan Komisaris Politik Militer untuk daerah itu.
Siaran mengatakan bahwa Saifuddin telah digantikan oleh Wang
Feng, orang yang baru tujuh bulan ditempatkan di sana dan
menjadi wakil Saifuddin. Penggantian itu, menurut siaran
tersebut, didasarkan atas "instruksi penting" pusat partai di
bawah pimpinan Ketua Hua Kuo-feng. Menariknya, alasan
pemberhentian Saifuddin ini mirip dengan alasan-alasan yang
dikemukakan dalam pergantian pimpinan daerah di propinsipropinsi
Kansu, Anhwei dan Heilingkiar beberapa waktu yang lalu.
Di samping punya kedudukan penting di propinsinya, Saifuddin
yang berusia 64 tahun dan punya banyak pengikut di daerah
asalnya itu, juga berkedudukan sebagai anggota pengganti
politbiro. Para wartawan asing di Peking melaporkan pula bahwa
Saifuddin tak tampak hadir dalam suatu konperensi politik yang
bersifat nasional di Peking barubaru ini. Padahal hampir seluruh
anggota politbiro hadir dalam konperensi tersebut dan diketahui
pula bahwa Saifudin pada waktu ini sedang berada di Peking.
Kalau benar Saifudin kehilangan pula kedudukan politbironya,
maka ia akan merupakan orang dengan kedudukan tinggi pertama
yang menjadi korban pembersihan atas "Komplotan empat" janda Mao
dan kawan-kawannya.
Kedudukan Saifudin berada di "ujung tanduk" sejak tujuh bulan
yang lalu, ketika Wang Feng diangkat sebagai wakilnya. Wang Feng
ini dikenal sebagai "orang dekat" Teng Isiao-ping. Di awal
tahun 60-an ia berkedudukan sebagai gubernur daerah otonomi
(tempat suku-suku minoritas) Ninghsia Hui dan Kansu, ketua Badan
Masalan-Masalah Suku Minoritas Wilayah Barat Daya dan Wakil
Ketua Dewan Masalah-Masalah Minoritas Nasional. Wang terlempar
dari kedudukan-kedudukan itu pada masa Revolusi Kebudayaan. Ia
direhabilitasikan tujuh bulan lalu. Kedudukan pertama sejak ia
dikembalikan adalan wakil Saifudin. Dalam masa tujuh bulan
terakhir ini Saifudin jarang sekali muncul, baik di ibukota
maupun di daerannya. Tugas-tugas administratip kebanyakan
dikerjakan oleh Wang dan seorang tokoh tua lain, Jenderal Liu
Chen. Walaupun demikian Saifudin masih terpilih juga sebagai
anggota pengganti dalam politbiro. Ini mungkin untuk menariknya
secara berangsur-angsur dari peredaran di daerahnya. Ia pun
duduk pula sebagai anggota komite sentral.
Hanya tiga bulan setelah ia diangkat menjadi salah satu anggota
pengurus pusat partai itu, dalam Harian Rakyat muncullah sebuah
artikel tentang sedang meluasnya "subversi Uni Soviet" di
Sinkiang dan pujian untuk "kawan Saifudin' serta peringatan
bahwa daerah Sinkiang harus siaga dalam menghadapi "kaum
revisionis Uni Soviet." Sejak itu, kelihatannya nasib politik
Saifudin sudah ditakdirkan dan ia jarang muncul di muka umum.
Pemunculan di muka umum, terutama di hadapan para wartawan asing
merupakan indikasi apakah seorang tokoh di RRC "masih terpakai"
atau sudah "masuk kotak". Menjelang akhir tahun 1977 ia
ternyata lebih sering berada di Peking ketimbang di Urumchi.
Saifudin berasal dari keluarga pedagang mampu suku bangsa Uigur
di kota Artush, distrik Kashgar. Ia memperoleh pendidikan
dasarnya di Sinkiang, kemudian belajar ilmu politik pada
Universitas Tashkent di Uni Soviet. Di sana, katanya, ia
bergabung ke dalam Partai Komunis Uni Soviet. Di samping politik
ia pun mempelajari hukum, lancar berbahasa Rusia.
Konsultasi Politik
Setelah kembali di Sinkiang, ia menggabungkan diri ke dalam
Gerakan Pembebasan Uighur. Masa itu merupakan zaman kacau,
karena kedatangan warlord Ma Chung-ying. Ia terpaksa
menyeberangi perbatasan dan mengungsi ke wilayah Uni Soviet, dan
kemudian tinggal untuk beberapa tahun di Afghanistan.
Ketika Uni Soviet mengundurkan diri dari Sinkiang dan
dikembalikannya wilayah tersebut ke tangan perintah Kuomintang,
ia kembali dan giat lagi dalam politik.
Dalam hulan Nopember 1944 di Sinkiang pecahlah "Pemberontakan
Ili".Cerakan ini sangat anti dominasi Cina mendapat simpati dari
Uni Soviet dan bertujuan mendirikan negara bebas yang dinamakan
"Republik Turkestan Timur". Saifudin diangkat sebagai menteri
pendidikan dalam gerakan tersebut. Akhirnya tercapai kompromi
antara pemerintah nasionalalis dengan para pemberontak untuk
membentuk pemerintah koalisi. Pemerintah semacam ini tak berumur
panjang dan segera saja Saifudin menjadi tokoh gerakan anti Cina
di wilayah ini. Itu terjadi pada tahun 1947 hanya dua tahun
sebelum kaum komunis berkuasa.
Ketika persiapan berdirinya RRC dilaksanakan pada bulan
September 1949, Saifudin memimpin delegasi propinsinya. Dalam
Rapat Konsultasi Politik ia hadir sebagai "undangan istimewa".
Di muka rapat itu ia mengutarakan pendiriannya serta sekali lagi
menyatakan bahwa "Gerakan Lli" adalah suatu gerakan pembebasan
dan bukan suatu pemberontakan orang-orang Sinkiang yang bukan
Cina melawan dominasi Cina.
Sejak itulah Saifudin memperoleh kepercayaan penuh dari para
penguasa komunis RRC dan bintangnya membumbung terus. Ia menjadi
anggota Partai Komunis Cina pada tahun 1950 dan terpilih sebagai
anggota pengganti Komite Sentral pada kongres PKC ke-8, anggota
Komite Sentral dalam kongres ke-9. Berturut-turut ia pun
terpilih sebagai anggota pengganti Politbiro dalam kongres
partai yang ke-9 dan ke- 10.
Belum jelas benar apa alasan pemecatannya. Tapi Kantor Berita
Hsinhua ada menyiarkan tuduhan bahwa "Komplotan empat" telah
melakukan campur tangan terhadap kebijaksanaan partai mengenai
suku-suku minoritas. Katanya, Chiang Ching dan kawan-kawannya
telah memaksakan apa yang disebut mereka itu sebagai
"perubahanperubahan" baik dalam bahasa maupun dalam adat
kebiasaan suku minoritas. "Komplotan empat," tulis sinhua,
"telah melakukan hal-hal yang mengakibatkan kekacauan di
wilayah-wilayah hangsa minoritas."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini