SEREGU polisi kota Madrid sibuk menelusuri jalan jalan kota.
"Mereka sedang mencari seorang gadis telanjang," kata seorang
penonton di pinggir jalam Satuan polisi tersebut diberi nama
'Patroli Porno', dan tugas rnereka menyita buku dan majalah
porno yang secara menyolok dipajang di kioskios pinggir jalan.
Meninggalnya Jenderal Franco yang disusul dengan keruntuan
rezimnya yang puritan, telah menyebabkan berhembusnya "angin
kebebasan" di Spanyol. Tapi kebebasan itu ternyata ada "segi
negatif"nya. Ini antara lain terlihat pada membanjirnya berbagai
majalah dan buku cabul. Masih pula dipersemarak dengan film-film
biru.
Suatu Dekrit
Tapi pemerintah baru sekarang terpaksa mendengar protes para
orang tua. Mereka ini berpendapat bahan cabul tersebut akan
mempengaruhi akhlak kaum muda dan bisa menyebabkan krisis moral.
Berhubung dengan itu, dalam bulan Nopember tahun lalu pemerintah
mengeluarkan suatu dekrit yang melarang toko buku dan kios
memajangkan majalah atau buku yang memuat gambar perempuan tanpa
busana.
Gadis telanjang pada kulit muka itu, segera saja lenyap dari
etalase. Tapi setelah berlalu, muncul kembali. Pemerintah tidak
kehabisan akal. Kementerian Kebudayaan memerintahkan polisi agar
suatu regu patroli tetap segera dibentuk. Tugasnya: meronda
jalan-jalan jangan sampai peraturan itu dilanggar.
Mula-mula polisi semacarn itu dirahasiakan. Tapi suatu ketika,
seorang pembaca mengajukan surat keluhan dalam satu koram ia
mengaku rasa kesusilaannya tersinggung dengan adanya penjualan
kalender-kalender bergambar gadis telanjang di setasiun kereta
bawah tanah. Ia melaporkan hal itu kepada pos polisi terdekat.
Tapi ia mendapat jawaban dari polisi: "Itu bukan soal istimewa."
Membaca tulisan pembaca tersebut kepala polisi kota menulis
surat pembaca dalam koran iersebut dan memberikan nomor tilpon
'Patroli Porno.' Sejak itu masyarakat tahu: oh, ada polisi porno
teryata.
Maya Telanjang
Ternyata pula, polisi porno tidak mengenal benar balasan
kepornoan. Seorang ahli ilmu psikologi terkenal, Dr Jose
Hernandez Bueno, mengatakan bahwa pasukan polisi itu "dibentuk
tanpa persiapan matang dan malahan bisa membahayakan. Suatu
latihan khusus harus diberikan kepada anggota-anggotanya dalam
mengenal perbedaan antara erotisme dengan pornografi
terselubung, dan beda antara kedua hal itu dengan pornografi
terang-terangan." Apa pula ini.
Cerita lain tentang polisi yang kurang mafhum batas kepornoan
terjadi juga empat tahun lalu. Syahdan seorang perwira polisi
memerintahkan seorang pemilik toko menurunkan sebuah lukisan
yang dianggap porno. Peristiwa itu dianggap suatu skandal
nasional. Karena ternyata gambar yang harus digulung itu
merupakan salinan lukisan Maya Telanjang, karya pelukis Spanyol
terkenal, Goya. Dan Maya diakui sebagai harta kesenian Spanyol
yang paling berharga.
Adapun mengenai penerbitan-penerbitan porno di Spanyol, kendati
pengawasan polisi lumayan ketat, persaingan toh tidak kunjung
reda. Cara menarik peminat beragam cara. Sebuah majalah bahkan
memberikan hadiah istimewa bagi pemenang kwisnya. Mau tahu
hadiah itu? Inilah dia: Signorita Susana Estrada, foto model
cantik dan terberani (dalam hal buka busana) di Spanyol.
Pemenang boleh bersantai dengan sang foto model selama sehari,
dan biaya dibayar penuh oleh majalah yang menyelenggarakan kwis.
Menurut cerita, salah seorang pemenang kwis itu adalah lelaki
yang telah berkeluarga. Namun ikatan perkawinan tidak jadi
penghalang untuk santai dengan Susana yang berambut pirang itu.
Selepas acara bersantai, Susana yang juga ramah kepada wartawan
berkomentar tentang lelaki tersebut: "Ia membohongi isterinya
dengan mengatakan bahwa ia harus bepergian ke Madrid untuk
urusan dagang. Supaya tidak mudah dikenal orang, janggutnya
dicukur. Di restoran, kalau kami makan, ia selalu menyembunyikan
mukanya dengan menggunakan serbet." Mengenai apa saja yang
terjadi ketika mereka idak berada di muka umum, Susan Estrada
tidak memberi keterangan apapun kepada para wartawan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini