Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ada polisi porno

Meninggalnya jend. franco menimbulkan kebebasan yang negatif di spanyol, buku & majalah porno dijual di pinggir jalan. pemerintah melarang karena ada protes dari orang tua. polisi mengadakan regu patroli.(ln)

18 Februari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEREGU polisi kota Madrid sibuk menelusuri jalan jalan kota. "Mereka sedang mencari seorang gadis telanjang," kata seorang penonton di pinggir jalam Satuan polisi tersebut diberi nama 'Patroli Porno', dan tugas rnereka menyita buku dan majalah porno yang secara menyolok dipajang di kioskios pinggir jalan. Meninggalnya Jenderal Franco yang disusul dengan keruntuan rezimnya yang puritan, telah menyebabkan berhembusnya "angin kebebasan" di Spanyol. Tapi kebebasan itu ternyata ada "segi negatif"nya. Ini antara lain terlihat pada membanjirnya berbagai majalah dan buku cabul. Masih pula dipersemarak dengan film-film biru. Suatu Dekrit Tapi pemerintah baru sekarang terpaksa mendengar protes para orang tua. Mereka ini berpendapat bahan cabul tersebut akan mempengaruhi akhlak kaum muda dan bisa menyebabkan krisis moral. Berhubung dengan itu, dalam bulan Nopember tahun lalu pemerintah mengeluarkan suatu dekrit yang melarang toko buku dan kios memajangkan majalah atau buku yang memuat gambar perempuan tanpa busana. Gadis telanjang pada kulit muka itu, segera saja lenyap dari etalase. Tapi setelah berlalu, muncul kembali. Pemerintah tidak kehabisan akal. Kementerian Kebudayaan memerintahkan polisi agar suatu regu patroli tetap segera dibentuk. Tugasnya: meronda jalan-jalan jangan sampai peraturan itu dilanggar. Mula-mula polisi semacarn itu dirahasiakan. Tapi suatu ketika, seorang pembaca mengajukan surat keluhan dalam satu koram ia mengaku rasa kesusilaannya tersinggung dengan adanya penjualan kalender-kalender bergambar gadis telanjang di setasiun kereta bawah tanah. Ia melaporkan hal itu kepada pos polisi terdekat. Tapi ia mendapat jawaban dari polisi: "Itu bukan soal istimewa." Membaca tulisan pembaca tersebut kepala polisi kota menulis surat pembaca dalam koran iersebut dan memberikan nomor tilpon 'Patroli Porno.' Sejak itu masyarakat tahu: oh, ada polisi porno teryata. Maya Telanjang Ternyata pula, polisi porno tidak mengenal benar balasan kepornoan. Seorang ahli ilmu psikologi terkenal, Dr Jose Hernandez Bueno, mengatakan bahwa pasukan polisi itu "dibentuk tanpa persiapan matang dan malahan bisa membahayakan. Suatu latihan khusus harus diberikan kepada anggota-anggotanya dalam mengenal perbedaan antara erotisme dengan pornografi terselubung, dan beda antara kedua hal itu dengan pornografi terang-terangan." Apa pula ini. Cerita lain tentang polisi yang kurang mafhum batas kepornoan terjadi juga empat tahun lalu. Syahdan seorang perwira polisi memerintahkan seorang pemilik toko menurunkan sebuah lukisan yang dianggap porno. Peristiwa itu dianggap suatu skandal nasional. Karena ternyata gambar yang harus digulung itu merupakan salinan lukisan Maya Telanjang, karya pelukis Spanyol terkenal, Goya. Dan Maya diakui sebagai harta kesenian Spanyol yang paling berharga. Adapun mengenai penerbitan-penerbitan porno di Spanyol, kendati pengawasan polisi lumayan ketat, persaingan toh tidak kunjung reda. Cara menarik peminat beragam cara. Sebuah majalah bahkan memberikan hadiah istimewa bagi pemenang kwisnya. Mau tahu hadiah itu? Inilah dia: Signorita Susana Estrada, foto model cantik dan terberani (dalam hal buka busana) di Spanyol. Pemenang boleh bersantai dengan sang foto model selama sehari, dan biaya dibayar penuh oleh majalah yang menyelenggarakan kwis. Menurut cerita, salah seorang pemenang kwis itu adalah lelaki yang telah berkeluarga. Namun ikatan perkawinan tidak jadi penghalang untuk santai dengan Susana yang berambut pirang itu. Selepas acara bersantai, Susana yang juga ramah kepada wartawan berkomentar tentang lelaki tersebut: "Ia membohongi isterinya dengan mengatakan bahwa ia harus bepergian ke Madrid untuk urusan dagang. Supaya tidak mudah dikenal orang, janggutnya dicukur. Di restoran, kalau kami makan, ia selalu menyembunyikan mukanya dengan menggunakan serbet." Mengenai apa saja yang terjadi ketika mereka idak berada di muka umum, Susan Estrada tidak memberi keterangan apapun kepada para wartawan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus