Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pengakuan Reagan dan cemooh ...

Presiden reagan didesak untuk memecat sejumlah pembantunya yang terlibat kasus pengiriman senjata as ke iran. khomeini menolak usaha as mengadakan hubungan kembali dengan iran, malahan mencemooh as. (ln)

29 November 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KASUS pengiriman senjata AS ke Iran yang bocor awal November lalu masih berbuntut panjang, dan malah makin ramai. Di AS sejumlah pernyataan Gedung Putih justru semakin membuat bingung dan gusar sebagian besar masyarakat. Ketidakpercayaan terhadap kredibilitas pemerintahan Reagan kian tampak setelah adanya pernyataan-pernyataan staf Gedung Putih dan Reagan sendiri yang bertentangan. Kabarnya, Reagan kini didesak oleh para pendukungnya -- untuk memecat Kepala Staf Gedung Putih Donald Regan, Menlu George Shultz, dan Penasihat Keamanan Nasional Kepresidenan John Poindexter, yang dianggap pemeran utama operasi yang menghebohkan itu. Dalam acara jumpa pers di Gedung Putih, Rabu pekan lalu, Reagan mengaku bertanggung jawab sendiri atas pengiriman senjata ke Teheran. Presiden AS yang tercatat paling populer dan berpenampilan paling menarik itu dalam acara ini tampil tak meyakinkan. Hal ini tampak ketika ia membantah -- diulang sampai 4 kali keterlibatan pihak ketiga dalam kontak rahasia AS-Iran. Padahal, pekan sebelumnya, Donald Regan, Kepala Staf Gedung Putih, dan John Poindexter, Penasihat Keamanan Nasional Kepresidenan AS, jelas-jelas menyebut Israel sebagai pihak ketiga itu. Dua puluh lima menit setelah acara jumpa pers itu, Reagan meralat keterangannya dan membenarkan keterlibatan pihak ketiga. Suasana bertambah ramai setelah Robert McFarlane, pelaku kontak rahasia AS-Iran yang Mei lalu diutus Reagan ke Teheran, melempar "bom" baru dengan menyatakan kebijaksanaan memasok seniata ke Iran merupakan suatu "kesalahan". "Jangan lupa gagasan siapa semua ini. Ini 'kan gagasan Bud (panggilan akrab McFarlane)," ujar Donald Regan seperti dikutip staf senior Gedung Putih kepada Washington Post. McFarlane juga "menembak" Shultz. "Saya berulang kali dan sering kali memberi tahu Shultz akan jalannya operasi. Saya heran ia dikabarkan hanya tahu sedikit," kata McFarlane. Tampaknya, para pejabat pemerintahan Reagan yang terlibat belakangan ini sibuk berusaha cuci tangan dan saling menyalahkan. Kepada rakyat AS, Presiden Reagan sendiri mengakui usahanya selama 18 bulan terakhir melakukan kontak rahasia dan memasok sejumlah "kecil" senjata ke Iran untuk memperbaiki hubungan Washington-Teheran. AS memutuskan hubungan dan memberlakukan embargo senjata atas Iran sejak 1981, setelah kasus pendudukan Kedubes AS dan penyanderaan 52 warga AS selama 444 hari di Teheran. Sejak itu Reagan gencar mendesak negara-negara lain mendukung embargo senjata ke Iran. Karena itulah langkah Reagan memasok senjata ke Iran, apa pun dalihnya, mendapat kecaman keras baik di AS maupun sekutu AS di Timur Tengah dan Eropa. "Penghinaan atas bangsa Arab," kata Raja Hussein dari Yordania yang sedang berkunjung ke Kairo, Ahad lalu, mengomentari ulah Reagan. Presiden Mesir Husni Mubarak dap Raja Hussein, dalam kesempatan itu, sepakat menyatakan kasus tersebut menyebabkan rusaknya citra dan kredibilitas AS di Timur Tengah, "Saya harap AS cepat bertindak, agar tidak kehilangan kredibilitasnya yang mulai ambruk," kata Mubarak. Mesir dan Yordania dikenal sebagai negara Arab "moderat" yang dekat dengan AS. Seluruh negara Arab, kecuali Libya dan Syria, mendukung Irak, yang telah 6 tahun berperang dengan Iran. Di Teheran, Ayatullah Khomeini, pemimpin tertinggi Iran, yang belakangan ini dlkabarkan sakit-sakitan, untuk pertama kalinya memberikan komentar soal kasus ini. "Ledakan hebat di Gedung Hitam," ujarnya melecehkan. Ia juga menyatakan menolak usaha AS mengadakan hubungan kembali dengan Teheran." Terungkap sekarang bahwa mereka yang mengancam dan memutuskan hubungan dengan Iran datang ke sini meminta-minta perbaikan dan meminta maaf," katanya Kamis lalu. Dalam pidato selama 15 menit itu, Khomeini juga "menyemprot" para pengritik pejabat pemerintah dan parlemen Iran yang mempertanyakan soal kasus kontak AS-Iran. "Jangan membeo propaganda asing," katanya. Sebelumnya, Menlu Iran Ali Akbar Velayati dua pekan lalu menerima pertanyaan resmi dari sejumlah mahasiswa. "Kabarnya, ada pihak yang berunding dengan AS. Siapa mereka? Siapa yang memutuskan untuk melakukan kontak," tulis koran Iran Rissalat. Tampaknya, Khomeini berusaha menengahi pertikaian antara sesama pemimpin puncak Iran yang kini gencar bersaing dan berebut kekuasaan. "Jangan membuat-buat adanya kelompok moderat dan kelompok radikal," kata Khomeini. Diduga, pembocoran kontak AS-Iran merupakan bagian dari perebutan kekuasaan antara kelompok pemimpin Iran moderat dan yang radikal. Kelompok moderat, kabarnya, menginginkan perbaikan hubungan dengan AS. Diperkirakan, para pemimpin puncak kelompok moderat, yang diwakili oleh Ali Akbar Rafsanjanilah, yang telah berunding dengan McFarlane di Teheran, Mei silam. "Rafsanjani menemui McFarlane, setahu Khomeini," kata Abolhasan Bani Sadr, bekas presiden Iran, yang kini mengasingkan diri di Prancis. Rafsanjani, diduga, terpaksa mengungkapkan kunjungan McFarlane ke Teheran, kepada sebuah majalah Libanon. Tindakan kelompok radikal itu sendiri, konon, dalam usaha balas dendam, setelah pertengahan September lalu, sejumlah pembantu Ayatullah Montazeri, calon resmi pengganti Khomeini yang radikal dan amat anti-AS, ditangkap pemerintah. Menurut versi Rafsanjani, McFarlane tiba-tiba saja muncul di Teheran meminta berunding, tapi ditolak, kemudian diusir. Iran, yang terancam kebangkrutan ekonomi, memang amat membutuhkan suku cadang persenjataan untuk melanjutkan Perang Teluk, dan menaklukan Irak. Anjloknya harga minyak dan Perang Teluk yang telah berjalan 6 tahun hampir melumpuhkan ekonomi Iran. Produksi minyak Iran kini diperkirakan kurang dari 600.000 barel per hari. Berarti penerimaan minyak Iran (sumber utama devisa Iran) tahun ini di bawah US$ 8 milyar. Padahal, untuk biaya perang saja, Iran harus mengeluarkan US$ 7 milyar per tahun. Farida Sendjaja

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus