Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Penyebab Wakil Presiden Filipina Sara Duterte Dimakzulkan

Pemakzulan Wakil Presiden Filipina Sara Duterte dimulai dari tindakan yang dianggap mengancam akan membunuh Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr.

8 Februari 2025 | 13.01 WIB

Wakil Presiden Filipina dan Menteri Pendidikan Sara Duterte berbicara dalam pengarahan ekonomi setelah Pidato Kenegaraan pertama Presiden Ferdinand Marcos Jr, di Kota Pasay, Metro Manila, Filipina, 26 Juli 2022. REUTERS/Lisa Marie David
Perbesar
Wakil Presiden Filipina dan Menteri Pendidikan Sara Duterte berbicara dalam pengarahan ekonomi setelah Pidato Kenegaraan pertama Presiden Ferdinand Marcos Jr, di Kota Pasay, Metro Manila, Filipina, 26 Juli 2022. REUTERS/Lisa Marie David

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Majelis rendah Filipina memakzulkan Wakil Presiden Sara Duterte pada 5 Februari 2025 yang membuka jalan bagi persidangan langka dan penting di Senat Filipina. Keputusan tersebut membuat Duterte menjadi pejabat senior kedua di Filipina yang dimakzulkan setelah sebelumnya dialami mantan Presiden Joseph Estrada pada 2000.

Pengaduan pemakzulan diterima oleh Senat setelah 215 dari 306 anggota parlemen majelis rendah. Penandatanganan gugatan tersebut juga menghadirkan putra presiden, Sandro Marcos.

"Tindakan Duterte selama masa jabatannya dengan jelas memperlihatkan ketidaksetiaannya yang parah terhadap kepercayaan publik dan penyalahgunaan kekuasaan yang kejam," katanya.

Mengenal Sara Duterte

Dilansir dari CNN, Sara Duterte-Carpio merupakan putri mantan Presiden Filipina yang dilantik menjadi Wakil Presiden Filipina ke-15 pada 30 Juni 2022. Duterte berhasil memenangkan pemilu bersama Ferdinand Marcos Jr. yang menjabat sebagai Presiden Filipina. Pasangan Marcos dan Duterte memperoleh kemenangan telak dalam pemilihan tersebut dan membentuk aliansi penting di Filipina.

Mengikuti jejak sang ayah, Duterte berlatih menjadi pengacara sebelum terjun ke dunia politik pada 2007 saat dirinya terpilih menjadi wakil wali kota ayahnya di Davao. Duterte awalnya ingin menjadi dokter, namun akhirnya mengejar karier politik seperti ayahnya. Pada 2010, Duterte juga menggantikan sang ayah menjadi wali kota perempuan pertama di Davao.

Sebagai wakil presiden, Duterte memiliki perbedaan kebijakan dengan Marcos yang membuatnya berseteru dengan Presiden Filipina tersebut sepanjang 2024, termasuk kebijakan luar negeri dan perang mematikan mantan Presiden Rodrigo Duterte untuk melawan narkoba. Hal tersebut meruntuhkan aliansi politik antara Marcos dan Duterte serta memunculkan serangkaian konflik panjang. Sebagai imbas keretakan aliansi kedua pemimpin tersebut, Duterte mengundurkan diri dari kabinet pada Juni 2024.

Alasan Pemakzulan Sara Duterte

Menurut Reuters, pemakzulan tersebut bermula dari tuduhan bahwa Duterte menyalahgunakan dana publik saat menjabat menjadi Wakil Presiden dan menteri pendidikan Marcos. Duterte diduga mengumpulkan kekayaan yang tidak dapat dijelaskan dan mengancam nyawa Presiden Marcos, ibu negara, dan Ketua Majelis Rendah Martin Romualdez. Walaupun demikian, Duterte berulang kali membantah telah melakukan tindakan korupsi tersebut.

Tuduhan korupsi terhadap Duterte muncul dari penyelidikan majelis rendah yang berlangsung selama sebulan dan disiarkan di televisi atas dugaan penyalahgunaan dana rahasia dan intelijen senilai 612,5 juta peso yang diterima oleh kantor Duterte sebagai wakil presiden dan menteri pendidikan. 

Duterte telah meninggalkan jabatannya di bidang pendidikan setelah menemui perbedaan politik yang semakin dalam dengan Marcos. Terkait dengan dugaan tersebut, Duterte gagal melaporkan asal kekayaan yang dimilikinya sebagaimana diharuskan oleh hukum

Pengaduan pemakzulan juga menyampaikan tuduhan terhadap Duterte yang dinilai merusak kebijakan pemerintah Marcos, termasuk soal kegagalan penanganan pemerintah terhadap sengketa wilayah dengan Beijing di Laut Cina Selatan. Duterte dianggap gagal mengecam keras tindakan agresif Tiongkok terhadap pasukan Filipina di Laut Cina Selatan yang bersengketa.

Salah satu peristiwa yang semakin memperbesar alasan dibalik pemakzulan Duterte adalah saat dirinya menyatakan akan membunuh Marcos jika wakil presiden tersebut terbunuh dalam konflik keretakan aliansinya bersama presiden tersebut.  

"Saya sudah bicara dengan seseorang. Saya bilang, kalau saya terbunuh, bunuh saja BBM (Marcos), Liza Araneta (Ibu Negara), dan Martin Romualdez. Tidak bercanda. Tidak bercanda," ujar Duterte. Duterte kemudian melanjutkan, “Saya bilang, jangan berhenti sampai Anda membunuh mereka dan kemudian dia bilang ya."

Pilihan Editor:

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus