Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Perang Narkotik, Terus Atau Mundur

Komplotan jaringan narkotik di Kolombia menebar teror. Bom meledak di tangga gedung kongres Kolombia-Bogota. Hakim Hector Jimenez Rodriguez, tewas ditembak. Perdagangan obat bius diusulkan dihalalkan.

28 Oktober 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MAFIA narkotik masih di atas angin. Dengan segala upaya mereka menyebarkan aksi teror dan pembantaian untuk membalas perang Presiden Virgilio Barco. Rabu pekan lalu sebuah bom meledak di tangga gedung Kongres Kolombia di Bolivar Plaza, Bogota, ketika di situ sedang ada pembahasan perubahan suatu UU. Seseorang naik tangga gedung menjinjing sebuah tas hitam. Menurut saksi mata, tiba-tiba tas hitam itu meledak. Dua puluh orang terkapar luka-luka, sementara si pembawa tas kontan meninggal. Perut bagian bawah dan kakinya hancur. Dari kartu identitas diketahui pembawa tas itu bernama Reynaldo Castaneda, 26 tahun, asal Envigado -- kota dekat Medellin, basis kartel obat bius itu. Dari sisa-sisa ledakan polisi menyimpulkan, selain membawa bom, orang itu juga membawa sebuah senjata mesin penuh berisi peluru dan sebuah HT. Keras diduga ia akan menyerang anggota Kongres. Jadi, siapa lagi si Envigado ini bila bukan seorang "tentara" mafia. Tampaknya, pihak mafia narkotik mencoba menimbulkan krisis ketidakpercayaan di dalam pemerintahan Kolombia. Dan Selasa pekan lalu siasat itu hampir berhasil. Hari itu lebih dari 17 ribu hakim dan pegawai pengadilan Kolombia mogok kerja selama tiga hari sebagai protes lemahnya aparat pemerintah dalam melindungi keselamatan para hamba hukum itu. Buktinya, kata mereka, Hakim Hector Jimenez Rodriguez mati terbunuh hari itu di Medellin, ketika ia menunggu bis untuk ke kantor. Seseorang turun dari boncengan sepeda motor, lalu dengan cepat mendekat dan menempelkan laras pistol ke jidat hakim yang sudah mengabdi 20 tahun itu. Dan dor, ia pun roboh. Protes para hakim dan pegawai pengadilan itu juga karena janji pembagian jaket antipeluru kepada mereka belum terpenuhi seluruhnya. Sekitar 5.000 hakim masih menunggu kiriman jaket dari Presiden Bush. Dan entah ini tangan jahil mafia narkotik atau bukan, yang jelas banyak kiriman jaket tak sampai di alamatnya. Jaket antipeluru memang menjadi salah satu cara melindungi diri di Kolombia. Beberapa penerbit surat kabar yang prihatin akan keselamatan jiwa anak buahnya pun mulai melengkapinya dengan jaket antipeluru. Bahkan banyak di antara para pemburu berita itu melengkapi dirinya dengan senapan mesin dan kendaraan lapis baja bila bertugas di daerah rawan. Maklum, sejak Perang Narkotik dicanangkan Presiden Barco, Agustus lalu, sudah tujuh karyawan pers dibantai habis, dan dalam 10 tahun ini sudah 46 wartawan melayang jiwanya. Bukan cuma wartawan yang diincar, tapi juga kantor media massa itu jadi sasaran bom. Senin pekan lalu, kantor pusat harian Vanguardia Liberal -- surat kabar yang belum lama ini menurunkan tulisan 16 halaman mengecam mafia narkotik -- dibom hancur. Empat orang karyawan mati. Lalu, dua orang pegawai harian El Espectador ditembak mati oleh penembak gelap yang bersepeda motor. Repotnya, optimisme yang memberi semangat ketika Presiden Barco pertama kali mengumumkan perang terhadap mafia narkotik, tampaknya, mulai memudar. Beberapa politikus Kolombia mulai menciut nyalinya. Mereka menyarankan agar perdagangan obat bius dihalalkan saja. Untunglah, banyak pihak masih memilih menanggung risiko perang daripada dihantui bahaya obat bius: mereka tetap mendukung Perang Narkotik. Ada teori, Kolombia bisa bebas dari mafia narkotik jika membiarkan mereka lari ke Peru, Bolivia, atau Brasil. Tanpa mereka diekstradisikan ke AS, dendam dan kemarahan mafia narkotik terhadap Pemerintah Kolombia bisa direm. Tapi, ini memang hanya memindahkan pusat mafia dan celakanya bukan mustahil para bos itu balik ke Kolombia lagi. Dari sudut itu bisa dipahami niat Presiden Barco untuk perang habis-habisan. Dalam waktu dekat ia akan mengekstradisikan empat bos mafia ke AS. Masalahnya kini, seberapa ketangguhan dan tekad aparat Pemerintah Kolombia kini. DP

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus