Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Komunisme Bukan Lagi Panglima

Sebutan nama "Republik Rakyat Hongaria" diganti "Republik Hungaria". dengan modifikasi konstitusi, semua partai sejajar & dijamin adanya sistem multi partai. Terjadi pembaruan ekonomi & politik.

28 Oktober 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAAT ini merupakan titik balik bagi komunisme. Proses perubahan itu sudah berjalan, dan tak mungkin disetop.... Sosialisme, menurut Marxisme, sudah gagal. (Milovan Jilas, novelis Jugoslavia, dalam Newsweek). Dan Senin pekan ini, di Hungaria, peringatan 33 tahun perlawanan terhadap komunisme diadakan. Di hari ini pula diumumkan bahwa sebutan negeri diubah bukan lagi Republik Rakyat Hungaria, tapi Republik Hungaria saja. Itu merupakan konsekuensi keputusan parlemen, Rabu pekan lalu, yang sepakat mengubah konstitusi gaya Stalin yang dibuat pada 1949. UUD lama itu menyebutkan bahwa kekuasaan negara di tangan para buruh dan anggota partai komunis yang bernama Partai Pekerja Sosialis Hungaria (partai yang, dua pekan lalu, dibubarkan dan diganti dengan nama Partai Sosialis Hungaria saja). Kini, dalam UUD yang baru -- yang berlaku sampai pemilihan anggota parlemen, tahun depan -- disebutkan bahwa Republik Hungaria menampung "nilai-nilai demokrasi borjuis dan sosialisme demokratik." Lebih dari bergelindingnya perestroika dan glasnost di Uni Soviet, negeri induk sosialisme, di Hungaria pembaruan ekonomi dan politik terus berputar merontokkan segala yang berbau merah. Dan bibitnya memang sudah ada sejak 9 tahun setelah negeri ini dibebaskan dari Jerman, dan kemudian menjadi komunis pada 1947. Memang, pada 1956 itu pihak komunis yang didukung pasukan dari Soviet menang, setelah jatuh 25 ribu korban tewas, dan 150 ribu luka-luka. Dua tahun kemudian, pemimpin pemberontakan itu, Imre Nagy, dihukum gantung. Tapi, Janos Kadar, yang naik jadi Sekjen, ternyata tetap menjalankan ekonomi yang lebih berbau kapitalistis. Sekitar tiga puluh tahun kemudian, yakni pada 1987, sebuah kasus unik dalam tubuh Partai Pekerja Sosialis Hungaria terjadi. Lebih kurang 40.000 anggota Partai mundur suka rela karena menganggap kebijaksanaan Partai sudah terlalu liberal. Di tahun itu juga muncul partai-partai oposisi, 15 partai, antara lain Forum Demokratik Hungaria dan Persatuan Demokrat Bebas. Puncaknya, tentu saja, dua pekan lalu yang, seperti sudah disebutkan, membubarkan Partai itu. Meski kritik partai oposisi itu didengarkan oleh pemerintah maupun parlemen, secara konstitusional tak ada artinya. Partai-partai oposisi itu tak terdaftar sebagai partai politik. Itulah kelemahannya. Barulah pekan lalu, dengan modifikasi konstitusi, semua partai -- termasuk Partai Sosialis Hungaria -- sejajar. Dimodifikasinya konstitusi juga punya konsekuensi bahwa Partai Sosialis Hungaria, yang dahulu berkuasa, tanggal kekuasaannya. Sudah ada perintah dari komite sentral -- yang dipasang di instansi di luar kantor pemerintah dan angkatan bersenjata -- untuk menarik anggota-anggota Partai Sosialis, paling lambat 90 hari sebelum pemilu bebas (pertama sejak 1947) diadakan tahun depan. Dan dari kantor pemerintah, penarikan itu dijadwalkan selambatnya akhir tahun depan, serta akhir tahun 1991 untuk penarikan dari angkatan bersenjata. Hal yang oleh kelompok moderat yang dipimpin Nyers, akhirnya terpaksa diterima.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus