SEHARI setelah gempa, San Fransisco di pantai barat AS bagaikan kota yang baru kejatuhan bom nuklir. Lalu lintas mati. Kereta kabel yang termasyhur di kalangan turis juga tak jalan. Semua jembatan, termasuk Golden Gate yang terkenal itu, ditutup. Jalan-jalan berantakan, banyak bagian jalan layang patah dan runtuh. Ribuan orang, terutama pegawai-pegawai kantor terkurung di dalam kota, tak bisa pulang. Mereka bergerombol bersama dengan ribuan orang lain yang kehilangan tempat tinggal. Orang-orang diminta tak pergi keluar rumah, atau bangunan tempat mereka saat itu berada. Ambulans dan mobil-mobil barisan penyelamat meraung-raungkan sirenenya sepanjang jalan. Untung, hubungan telepon tak seluruhnya putus, dan ratusan orang antre di telepon-telepon umum untuk memberitahukan kepada orang rumah bahwa mereka selamat. Selasa petang pekan lalu, San Francisco California, salah satu kota terindah di daratan Amerika. Di salah satu bagian timur kota, di Pasar Swalayan Price Club, di Richmond, suasana sama saja seperti hari-hari biasa -- sibuk. Tampak seorang ibu rumah tangga, hamil tujuh bulan mendorong kereta belanja, sibuk memasukkan makanan dan keperluan rumah tangga lainnya. Di pusat perbelanjaan dengan harga miring itu barang-barang diatur dalam gang-gang setinggi sampai 4,5 meter. Tiba-tiba, tepat pada pukul 5.05 sore itu terasa ada getaran keras. Lampu-lampu yang tergantung di langit-langit bergoyang. Barang-barang yang terususun di rak-rak dan yang ditumpuk bubar berantakan. Botol-botol saus tomat dan mayonnaise bergelintiran di lantai, dan lampu neon yang ada di langit-langit pun berjatuhan. Pecahan kaca menyebar ke mana-mana. Orang-orang segera sadar bahwa getaran kuat itu tak lain dari gempa bumi. Lalu terdengar jeritan. Tiap orang panik. Mereka lari ke arah kasir, karena itulah satu-satunya jalan untuk keluar dari pasar ini. Orang-orang di pasar swalayan itu termasuk beruntung: tak ada yang jadi korban. Hanya ada beberapa orang luka kena pecahan kaca. Padahal, itulah gempa kedua terbesar dalam sejarah gempa Amerika Serikat: wilayah itu bergoyang sekitar 15 detik dengan kekuatan 6,9 dalam skala Richter. Sebuah ukuran gempa yang sanggup mematahkan jembatan dan jalan layang yang, konon, sudah direncanakan tahan gempa. Gempa ini hanya diungguli oleh gempa di wilayah yang sama yang terjadi pada 1906 yang makan korban 2.500 tewas, yang membuat San Francisco bak neraka. Dan karena itulah, segera saja muncul perhitungan bahwa jumlah korban pasti besar. Muncul angka di atas 270. Sebab pada saat itu diperkirakan lalu lintas sibuk. Angka itu pun sudah memperhitungkan bahwa jalan sedikit sepi karena waktu itu ada pertandingan baseball, hingga banyak warga San Francisco yang lebih suka nongkrong di rumah. Tapi, enam hari kemudian, dari catatan regu penolong, cuma ada 55 korban yang tewas (belum diketahui berapa ribu yng luka parah). Keajaiban terjadi di mana-mana. Seorang anak ternyata masih bernapas, meski untuk mengeluarkannya dari mobil yang kejatuhan jalan layang, kedua kakinya terpaksa diamputasi. Seorang lelaki bertahan hidup, meski dua hari terkurung oleh dinding beton jalan yang runtuh membentuk piramid. Seorang bapak selamat, meski mobilnya ringsek menjadi setinggi 50 cm dihimpit patahan jalan. Tak berarti derita yang ditanggung daerah yang dikenai gempa (wilayah sepanjang 160 km, meliputi sebagian dari Kota San Francisco, Oakland, Berkeley, daerah pegunungan sekitar Santa Cruz, dan pantai Pasifik sepanjang 45 km ke selatan) lalu tak berarti. Hingga awal pekan ini tercatat lebih dari 8.000 orang (dari sekitar 6 juta penduduk metropolitan itu) kehilangan tempat tinggal. Ada yang karena rumahnya runtuh, ada yang terbakar. Meski instalasi listrik mati, kebocoran gas di berbagai tempat menyebabkan api marak. Sementara itu, kerugian yang lain: gedung runtuh, jalan patah, jembatan anjlok, rusaknya jaringan listrik, telepon, dan pipa gas belum dihitung. Diduga, korban terbesar terjadi di Jalan Bebas Antarnegara Bagian No. 880, di seberang timur Teluk San Francisco. Di sana ada satu kilometer jalan layang roboh dan menimpa mobil-mobil. Sementara itu, sebagian dari jembatan bertingkat dua yang dikenal dengan nama Jembatan Teluk, menghubungkan San Francisco dengan East Bay, juga ambrol. Paling tidak, dua bagian jalan di kawasan Santa Cruz juga roboh. Di jembatan itu, kebanyakan para korban jatuh bersama dengan mobilnya ke laut, terperangkap dalam air yang dikenal sangat dingin. Sebenarnya, sudah lama para ahli gempa memperkirakan sebuah gempa besar akan menimpa San Francisco dan Los Angeles -- daerah yang rawan gempa -- paling lambat pada awal abad mendatang. Lewat siklus gempa di daerah-daerah yang sering digoyang, para ahli menduga akan terjadinya gempa dalam waktu yang relatif panjang, misalnya 25 tahun yang akan datang. Cara itu memang belum akurat. Sulit dipastikan, tempat dan kapan terjadinya gempa. Tapi bahwa gempa itu akan terjadi, para ahli sepakat bahwa kemungkinannya besar. Kini, para ahli berupaya mencari pusat gempa. Sebuah tim geologi berangkat ke Santa Cruz pada Rabu pekan lalu, tempat sumber gempa tersebut. Tapi, mereka tak berhasil menemukan gerakan tanah yang ditaksir berada sedalam satu kilometer di bawah tanah. Padahal, mereka mengharapkan bisa menemukan perubahan tanah itu paling tidak sepanjang 30 mil. Atas dasar itu, mereka berasumsi bahwa pusat gempa tersebut boleh jadi terkubur sampai 18 hingga 30 km di dalam tanah. Karenanya, perhatian mereka beralih ke arah lain, yakni dua lekuk lain di sekeliling kawasan itu, yang diberi nama Zayante dan Sargent. Sementara itu, tentang sifat gempa itu sendiri jadi perdebatan para ahli. Menurut geolog Lucille Jones dari Dinas Survei Geologi Pasadena, beberapa pola tertentu gempa San Francisco menunjukkan suatu gerakan vertikal sepanjang lekuk tak dikenal, yang terkubur di bawah palung San Andreas. Tapi, para geolog lain umumnya menolak anggapan itu. Mereka mengatakan bahwa gempa ini lebih merupakan suatu gempa horisontal. Tapi, teori-teori ini pun tak bisa dibuktikan, lantaran bukti-buktinya tak kelihatan. Para ahli sepakat bahwa suatu penelitian lebih rinci perlu diadakan. Yang dikhawatirkan sekarang ini apabila asumsi, bahwa goyangan itu berasal dari Lekuk San Andreas, ternyata salah. Sebab, bila demikian, itu berarti gempa Selasa pekan lalu bukan merupakan gempa yang masuk dalam ramalan para ahli, yakni gempa yang disebut big shaker, guncangan besar. Dengan kata lain, sampai dengan awal abad ke-21 nanti -- lebih kurang 10 tahun lagi -- kemungkinan besar sebuah gempa dahsyat bakal mengguncang wilayah ini. Ramalan para ahli gempa yang ditunggu ini berkekuatan 8,0 pada skala Richter, atau sebelas kali lebih besar daripada gempa pekan lalu itu. A. Dahana (Jakarta) dan P. Nasution (Washington)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini