Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI Kremlin, perjanjian pengurangan senjata nuklir diteken. Di perbatasan Pakistan-India, pecahnya perang nuklir tinggal menunggu komando. Setelah terjadi penyerangan sekelompok orang bersenjata terhadap tentara India di Kashmir, pekan lalu, India dan Pakistan masing-masing mengerahkan sejuta tentara ke perbatasan itu. Pertempuran sporadis di antara kelompok-kelompok kecil sudah terjadi. Di-ramalkan, bila bharatayuda ini meledak, dunia bakal terguncang. India dan Pakistan, yang dulu adalah satu, masing-masing memiliki senjata nuklir—inilah yang dicemaskan bakal mengguncangkan dunia itu.
Biasanya, bila terjadi insiden bersenjata di Kashmir, India menuduh gerilyawan militan Kashmir sebagai pelakunya. Tapi, pada penyerangan terbaru ini, India tak berhenti menuduh gerilyawan Kashmir, melainkan meneruskan tuduhan itu ke arah pasukan Pakistan.
Pakistan membantah tuduhan itu, bahkan menyatakan kesediaannya menerima tim investigasi internasional agar persoalannya jelas. Tapi India, hingga akhir pekan lalu, tak menyahut. Maka Pakistan menarik tentaranya yang bertugas di perbatasan Afganistan dan mengalihkannya ke perbatasan India. Di samping itu, sekitar 4.000 tentara Pakistan yang sedang bertugas menjaga perdamaian di Sierra Leone pun dipanggil pulang.
India juga menarik pasukan yang dikerahkan buat memadamkan kerusuhan antar-agama di Negara Bagian Gujarat untuk ditempatkan di sepanjang perbatasannya dengan Pakistan. Negara yang angkatan laut dan udaranya lebih kuat daripada Pakistan ini mulai mengancam lewat perdana menterinya, Atal Behari Vajpayee. Telah tiba saatnya untuk berperang dan India harus keluar sebagai pemenang, begitu Vajpayee berujar.
Menyimak sejarah, banyak yang cemas perang segera meletus. Sejak berpisah menjadi India-Pakistan pada 1947, dua negara Asia Selatan itu telah tiga kali terlibat dalam perang terbuka: pada 1948, 1965, dan 1971. Sebenarnya Pakistan menunjukkan keseriusannya untuk mem-buka dialog dan negosiasi. Islamabad pun meminta PBB menekan India agar bersedia mengadakan negosiasi. Presiden Pakistan Pervez Musyarraf juga menyatakan bahwa negerinya telah memutuskan hubungan dengan kelompok-kelompok militan anti-India selama ini.
Perang India-Pakistan dalam kondisi sekarang bakal mengundang campur tangan negara-negara besar. Setidaknya Amerika Serikat kini sangat khawatir perang baru di Asia Selatan membuat perang melawan terorismenya terbengkalai. Perang itu membuka kesempatan bagi anggota Taliban dan Al-Qaidah berjuang di sisi Pakistan. Bila AS lalu terlibat—inilah yang sangat dicemaskan itu—terbuka peluang bahwa India bakal nekat menggunakan senjata nuklir. Bila itu terjadi, siapa menjamin Pakistan tak bakal "menghunus" nuklirnya pula?
Ifs (AFP, Reuters, International Herald Tribune)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo