Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NEW YORK-Arab Saudi berupaya merancang pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York pekan ini untuk membuat tindakan bersama guna menghukum musuh regionalnya, Iran, setelah terjadi serangan terhadap kilang minyak Aramco.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jika Arab Saudi dapat membuktikan tanpa keraguan bahwa Iran ada di belakangnya (serangan kilang minyak), kekuatan dunia dapat melakukan pengaruhnya-tekanan mereka, alat perdagangan mereka, untuk menghukum Iran," kata seorang diplomat dari negara Teluk kepada Reuters, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Riyadh sedang bersiap untuk memberikan bukti kepada Majelis Umum PBB bahwa Iran berada di balik serangan pesawat nirawak dan rudal pada 14 September lalu. Riyadh mengatakan senjata Iran diluncurkan dari utara saat menyerang fasilitas minyak Aramco di Abqaiq dan Khurais.
Namun upaya Riyadh untuk mencari dukungan dalam pertemuan negara-negara dunia itu diprediksi mengalami kesulitan. "Serangan 14 September adalah eskalasi besar, ada masalah yang jelas. Namun dilema paling besar adalah bagaimana bereaksi tanpa menyebabkan eskalasi lebih jauh di Timur Tengah," ujar seorang diplomat Barat.
Prancis, yang berusaha menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 ketika Iran menimbang kembali komitmennya, telah mendesak deeskalasi. Cina dan Rusia, yang memegang veto di Dewan Keamanan PBB, telah memperingatkan Saudi agar tidak menyalahkan pihak lain tanpa memberikan bukti.
Perpecahan di antara negara-negara Teluk juga tidak menguntungkan Saudi. Riyadh dan sekutunya terkunci dalam perselisihan dengan Qatar yang telah menghancurkan aliansi militer, politik, dan ekonomi Teluk.
Perbedaan juga muncul antara sekutu Riyadh dan Abu Dhabi-mitra utama Arab Saudi dalam pertempuran koalisi militer di Yaman-setelah UEA mengurangi keterlibatannya dalam perang pada Juni lalu dan memoderasi nadanya kepada Iran.
Dukungan untuk Saudi justru datang dari Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. "Kami kira sangat mungkin memang Iran yang bertanggung jawab," tutur Johnson kepada wartawan di pesawat yang menuju New York untuk menghadiri sidang Majelis Umum PBB, kemarin.
Adapun Iran membantah terlibat dan bersumpah membalas jika Teheran diserang. Rezim para Mullah mengkritik tuduhan itu sebagai bagian dari kampanye "tekanan maksimum" yang diluncurkan oleh Presiden Donald Trump terhadap Teheran setelah Amerika menarik diri dari pakta nuklir 2015 pada tahun lalu dan memperluas sanksi untuk menghambat ekspor minyak Iran.
Di Teheran, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan pada Ahad lalu bahwa dirinya akan hadir dalam Majelis Umum PBB untuk memaparkan rencana pengamanan di kawasan Teluk dengan melibatkan negara-negara regional lainnya. Rencana itu diberi nama Hormuz Peace Endeavour.
"Semua negara di sekitar Teluk Persia dan Selat Hormuz serta PBB diundang untuk bergabung," kata Rouhani sebelum bertolak ke New York.
REUTERS | CHANNEL NEWSASIA | AL JAZEERA | SITA PLANASARI AQUADINI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo