Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Perang saudara di aljazair

Aljazair di ambang perang saudara, menyusul pembatalan kemenangan fis oleh pemerintah. sedikitnya 40 orang tewas akibat kerusuhan di berbagai sudut kota imam-imam masjid ditangkap.

15 Februari 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JUMAT, 7 Februari. Sesudah salat Jumat, kerusuhan mulai menyebar di kota-kota termasuk di Aljier, ibu kota Aljazair. Di luar dugaan, penjagaan ketat tentara ternyata bobol. Banban mobil menyala yang digelindingkan di jalan-jalan, mobil-mobil yang dibakar, dan bom-bom molotov yang dilemparkan ke arah tentara menyetop gerak pasukan keamanan itu untuk sementara. Inilah kemarahan pendukung partai Front Penyelamatan Islam atau FIS (Front Islamique du Salut), setelah tentara beroperasi masuk masjid dan menangkapi para imam dan pembantunya pada harihari sebelumnya. Di Taher, kota kecil di timur Aljier, menurut Radio Aljier, terjadi perlawanan sengit setelah tentara masuk masjid dan menangkap dua imam masjid yang akrab dengan warga kota kecil itu. Di Batna, 14 orang tewas dan lebih dari 60 orang luka-luka dalam bentrokan setelah salat Jumat. Dibeberapa kota lain pun diberitakan beberapa orang mati. Bila di Aljier tak terjadi bentrokan di Jumat pekanpekan sebelumnya, kerusuhan terberat terjadi di ibu kota ini Jumat pekan lalu. Sampai Jumat malam masih terdengar tembakan-tembakan. Ketika itulah imam Masjid Sunna, Abdelqader Moghni, ditangkap di rumahnya. Tokoh ini adalah wakil FIS dalam parlemen. Kabar ini tampaknya segera menyebar, dan mungkin inilah yang menyulut bentrokan besar esok harinya. Sabtu, 8 Februari. Ibu kota bangun pagi dan menyaksikan warga pendukung FIS berbaris di jalanjalan membentuk barikade. Wartawan Reuters melaporkan, batubatu pun melayang dan segera terjadi bentrokan ramai dengan pasukan keamanan. Tembakan-tembakan dan bom-bom molotov kembali menyala. Inilah pesta kematian, tulis Reuters. Dan kata penyiar televisi Aljier, "Aljazair di ambang perang saudara. Darah orang-orang Aljazair tumpah di jalanjalan." Bukan cuma Aljier. Di Tlmecen dan Barika, dua kota di timur Aljier, para demonstran membakar gedung pengadilan, kata Radio Aljier. Di Tiaret dan Batna, bentrokan berlangsung sampai malam. Malamnya televisi memberitakan Mohamad Boudiaf, Ketua Dewan Negara, mengadakan pertemuan darurat dengan Dewan Keamanan Tinggi yang anggotanya adalah perdana menteri, menteri pertahanan, menteri dalam negeri, dan panglima angkatan bersenjata. Ada kemungkinan diterapkan keadaan darurat, kata televisi pula. Dan diberitakan, bentrokan-bentrokan masih terus berlangsung di Aljier dan banyak kota hingga larut malam. Ahad, Februari. Aljier bagaikan kota mati, kata seorang sopir taksi. Menurut siaran radio, bentrokan dua hari di berbagai kota menewaskan sedikitnya 40 orang dan lebih dari 200 orang cedera. Tentara tetap bertahan di posisiposisi kunci, di pusat-pusat konsentrasi pendukung FIS. Hari belum siang benar ketika pihak FIS menyebarkan pernyataan yang diteken oleh Abderrazak Rajam, salah seorang pemimpin FIS yang dicari-cari tentara. "Kekuasaan yunta berlawanan dengan kehendak rakyat karena menggunakan pasukan keamanan yang menindas, menggenangi negera ini dengan darah, air mata, dan nestapa," kata pernyataan itu. Dan "krisis ini akan terus berlanjut selama yunta masih berkuasa." Tak lama sesudah pernyataan FIS disebarkan, tentara menduduki markas besar FIS di Aljier dan menyegelnya. Lima orang yang kebetulan berada di situ, termasuk dua orang anggota majelis sura FIS. Dan terjadilah itu, malam hari, Mohamad Boudiaf menyatakan Aljazair dalam keadaan darurat. Mungkin keadaan ini akan berlangsung selama setahun, penyiar televisi berkomentar. Menurut Kantor Berita Aljazair APS, keadaan darurat memberi kekuasaan kepada menteri dalam negeri untuk menumpas para perusuh, memerintahkan penangkapan, penggeledahan rumah siang maupun malam, melarang orang berkumpul, dan menutup tempat-tempat tertentu. Juga mengadakan penggantian pejabat. APS juga mengutip Menteri Dalam Negeri Larbi Belkheir yang menilai FIS "membahayakan undang-undang dan masyarakat, dan telah melakukan banyak pelanggaran hukum." Dalam waktu dekat, nasib FIS akan ditentukan, kata Belkheir. APS menulis, itu tak bisa lain daripada pembubaran FIS. Di Konstantin, salah satu kota besar, ratusan orang berkumpul di timur kota. Sebentar terjadi bentrokan, dua orang meninggal. Selanjutnya tentara menguasai keadaan. Kata seorang diplomat Barat, "Bentrokan itu akan terus terjadi dalam waktu lama." Dja'far Bushiri (Kairo) dan Liston P. Siregar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus