Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sampai kening berkeringat

Diakui, buruh jepang adalah pekerja keras ketimbang orang as. pm kiichi miyazawa, 72, menganggap pekerja as kehilangan etik kerja. mutu barangnya kalah, di bawah kwalitas barang jepang.

15 Februari 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UCAPAN Perdana Menteri Jepang Kiichi Miyazawa dan buntutnya mengingatkan orang pada Perang Dunia II. Dulu, mula-mula Jepang menyerang Amerika dengan mengebom Pearl Harbour. Amerika marah, membalas, sampai menang. Hal itu juga yang terjadi pekan lalu. Miyazawa, Senin pekan lalu, di hadapan Diet (parlemen Jepang) mengatakan, "Sudah lama saya rasakan, tampaknya orang Amerika kehilangan etik kerja." Di Amerika, langsung ucapan ini ditafsirkan sebagai serangan bahwa para pekerja Amerika malas dan pekerja Jepang rajin. Kesimpulan itu tampaknya tak salah, karena bekas Menteri Perdagangan Jepang Kabun Muto mendukung ucapan Miyazawa. Kata Muto, pada hakikatnya para pekerja pabrik mobil Amerika hanya bekerja tiga hari dalam seminggu. Hari Senin mereka masih malas-malasan karena habis libur akhir pekan. Hari Jumat, mereka juga malas-malasan karena sibuk merencanakan libur akhir pekan besoknya. Sebelumnya, sesudah kunjungan Presiden Bush ke Jepang bulan lalu, para politikus Jepang memberikan komentar kenapa, dalam berdagang dengan Amerika, Jepang surplus. Sebab, kata mereka, mutu barang Amerika di bawah kualitas barang Jepang. Suasana inilah yang membuat Miyazawa mencetuskan komentar yang memancing kemarahan itu. Tapi esoknya, di depan parlemen juga, Miyazawa menjelaskan bahwa ucapannya sudah disalahtafsirkan. Ia tak bermaksud mengkritik pekerja Amerika. "Saya berbicara tentang filosofi kerja yang menekankan pada bekerja sampai kening berkeringat," katanya. Maksudnya, suatu sikap yang memprioritaskan kerja di atas segala-galanya. Namun, penjelasan Miyazawa, 72 tahun, itu malah memancing komentar lebih lanjut. Sebuah artikel di International Herald Tribune mengatakan bahwa yang dituntut Miyazawa sudah ketinggalan zaman. Sikap memprioritaskan kerja adalah sikap generasi tua Jepang angkatan Miyazawa, yang kini usianya 70-an tahun. Mereka dahulu hidup di tengah Jepang yang miskin sehabis Perang Dunia II dan harus kerja keras tujuh hari seminggu untuk membangun kembali Jepang. Tapi generasi muda Jepang kini? "Tak ada lagi sikap kerja yang berbeda antara Amerika dan Jepang," kata Masaru Takagi, ekonom dari Institut Riset Fuji. "Generasi muda kami pun kini menginginkan lebih banyak waktu santai." Ini logis saja. Setelah Jepang menjadi negeri makmur, orang-orangnya pun, terutama generasi muda, ingin menikmati hidup sebagai orang berduit. Bahkan, di sejumlah perusahaan dan lembaga pemerintah sudah dijalankan lima hari kerja dalam seminggu. Kementerian Perburuhan Jepang kini sedang mengolah rencana undang-undang untuk mengurangi jam kerja untuk "meningkatkan kualitas hidup orang Jepang". Kritik Miyazawa tentang banyaknya orang Amerika lulusan universitas yang lebih suka mencetak uang di Wall Street (pasar bursa) daripada di sektor industri sebenarnya juga merupakan kritik terhadap generasi muda Jepang. Cuma, kecenderungan ini di Jepang baru terasa sejak akhir 1980-an, di Amerika sudah dari awal 1980-an. Yang harus diakui, peningkatan produksi di Jepang dari tahun 1970-an sampai akhir 1980-an memang tinggi. Yakni rata-rata lebih dari 5%, sedangkan Amerika hanya lebih dari 3%. Mungkin kesan dari pesatnya pertumbuhan itulah yang menyebabkan ada anggapan bahwa orang Jepang lebih bekerja keras daripada orang Amerika. Itu tercermin dari pengumpulan pendapat majalah Time. Hampir 95% dari 1.000 responden Amerika menilai para buruh Jepang adalah pekerja keras. DP

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus