HARGA air minum di Qatar telah meroket jadi US$ 1 per liter -
hampir lima kali harga standar minyak mentah OPEC. Ancaman
kenaikan juga melanda Kuwait, Bahrain, dan negara lain di Teluk
Parsi. Pasalnya: proyek-proyek desalinasi air dari negara-negara
Teluk tersebut dicemari minyak yang meluap dari ladang Iran yang
dihajar tentara Irak. Terakhir Irak melabrak sumur ke-4 di
Norwuz sebagai balasan Operasi Fajar Iran, pekan lalu.
Akibat serbuan Irak atas ladang minyak Norwuz diperkirakan
10.000 barrel minyak mentah meluap ke perairan negara-negara
Teluk perhari. Sebelumnya baru sekitar 7.000 barrel. Tapi luapan
dari tiga sumur, sejak 2 Maret, telah menutupi hampir 31.000 km2
laut di sana. Menteri kesehatan delapan negara Teluk berunding
untuk menatasi pencemaran itu di Kuwait. Tapi gagal mendapatkan
kesepakatan.
"Perundingan menemui jalan buntu karena sikap keras kepala
Iran," kata Dubes Irak untuk Kuwait, Abdul-Jabbar Oman Ghani,
seusai pertemuan, akhir minggu lampau. Negara-negara Arab
mengusulkan gencatan senjata sementara di Noryuz di bawah
pengawasan pasukan PBB. Agar keselamatan tim untuk menutup sumur
yang telah menimbulkan polusi terjamin. Usul itu ditolak Iran
karena Irak, yang dalam posisi unggul di Teluk, menambahkan
syarat supaya ahli mereka diikutsertakan dalam tim, dan
"keseimbangan militer tidak diubah".
Dalih penolakan Iran, yang berhasil menerobos sejauh 30 km di
Provinsi Misan, Irak, mereka bisa mengirim tim sendiri untuk
menutup kebocoran. "Pembentukan tim khusus, aiasan yang
dibuat-buat Irak untuk mencari muka di negara-negara Teluk dalam
menekan Iran," kata pejabat Ketua Parlemen Iran, Hujatulislam
Hashami Rafsanjani, seperti disiarkan Radio Teheran.
Baik Irak maupun Iran sebetulnya punya alasan sendiri-sendiri
memperbesar pencemaran di perairan Teluk. Irak berharap
negara-negara Arab akan memaksakan gencatan senjata untuk
mengakhiri perang yang dimulai 31 bulan lalu itu. Sedang Iran
berharap masalah pencemaran ini akan menimbulkan keretakan
persekutuan Irak Arab Saudi - yang sudah menyalurkan sekitar US$
10 milyar bantuan untuk Irak sejak September 1980.
Campur tangan langsung Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam
Perang Irak-Iran tidak terlalu tampak lagi. Apa yang semula
dicemaskan mereka beberapa tahun silam wilayah Teluk akan
menjadi sumbu peledak kekacauan dunia - tidak terbukti. Eksplosi
sudah terjadi. Toh kekacauan tidak menyeret negara-negara lain.
Kini Irak dan Iran membeli peralatan dan senjata dari RRC.
Teknisi-teknisi Cina merakit pesawat F7 (MiG 21) dan F6 (MiG 19)
di Mesir dan Jordan untuk Irak. Sementara Iran membelinya lewat
Korea Utara. "Dalam waktu dekat RRC mungkin akan menandatangani
kontrak penyerahan langsung F6 ke Iran. Tanpa melalui Korea
Utara lagi," tulis Aviation Week and Space echnology edisi
pekan lalu.
Sampai kapan Perang Irak-Iran akan berlangsung? Sulit
diramialkan.
Yang pasti sumpah kedua kepala negara, Presiden Saddarn Hussein
dan Ayatullah Khomeini, untuk berperang sampai salah satu jatuh
belum dicabut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini