Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Xiaogunzhu, perempuan asal Cina, sudah sangat mengidam-idamkan seorang anak, namun jodoh belum juga datang. Perempuan 39 tahun itu lalu memutuskan mencari donor sperma demi memenuhi keinginannya punya anak, meski belum bersuami.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari asiaone.com, perempuan yang belum menikah di Cina dilarang mengakses bank-bank sperma dan melakukan in-vitro fertilisasi (IVF) atau bayi tabung. Kondisi ini memaksa mereka terbang ke luar negeri demi bisa mengakses bank sperma.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ilustrasi sperma. Shutterstock
Pada tahun lalu, Xiaogunzhu mengambil keputusan untuk menggunakan donor sperma 14471 yang ada di sebuah situs di bank sperma di California, Amerika Serikat. Donor sperma itu milik laki-laki asal Prancis. Program bayi tabung itu syukurnya berhasil, dia melahirkan bayi laki-laki yang dinamai Oskar.
"Ada banyak perempuan yang memutuskan tidak menikah, jadi mereka mungkin tidak bisa memenuhi misi fundamental biologis ini. Namun sekarang, saya merasa sebuah jalan baru telah terbuka,” kata Xiaogunzhu, yang menggunakan nama samara untuk menghindari pandangan negatif.
Rata-rata angka pernikahan di Cina dalam lima tahun terakhir menurun. Pada tahun lalu, perbandingannya hanya 7,2 dari seribu orang yang menikah. Sosiolog, Sandy To, mengatakan perempuan berpendidikan dan bekerja profesional menghadapi diskriminasi ketika mencari pasangan hidup. Sebab laki-laki biasanya sulit menerima tingginya pendidikan perempuan atau kemapanan ekonomi mereka.
Sejumlah bank-bank sperma Amerika – Eropa mengatakan jumlah klien mereka dari Cina meningkat. Cryos Internasional, sebuah klinik donor sperma dan indung telur, bahkan sampai membuat situs dalam bahasa mandarin dan menambah staf yang pandai berbahasa mandarin.