Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Perjalanan Seorang Jenderal Pendiam

Sonthi Boonyaratkalin bukan sosok yang menonjol selama ini. Penunjukan dirinya sebagai KSAD tahun lalu adalah hasil kompromi Thaksin dan Raja Bhumibol Adulyadeij.

2 Oktober 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Semua berawal ketika rumor-rumor terbang tinggi, Juli-Agustus tahun ini. Ketika, menurut seorang sumber Tempo di Thailand, Perdana Menteri Thaksin berencana menempatkan kawan-kawan angkatannya di akademi kepolisian Angkatan X dalam mutasi besar Oktober mendatang.

Kabar ini menggusarkan para perwira tinggi di semua angkatan bersenjata, termasuk Kepala Staf Angkatan Darat Thailand, Jenderal Sonthi Boonyaratkalin. ”Mana boleh sipil mencampuri militer,” kata sumber itu, sosok yang merasa perlu merahasiakan identitasnya karena khawatir akan reaksi junta.

Tentara geram, kendati KSAD Sonthi berulang-kali menyatakan pasukannya tak akan terlibat urusan politik. Sonthi mulai protes ketika terbit kabar bahwa bekas wakil KSAD dan Panglima Regional di salah satu provinsi muslim di Thailand Selatan ini akan didepak dari jabatannya. ”Raja terpukul atas masalah politik nasional,” kata Sonthi waktu itu. Sonthi membalas. Ia mengkonsolidasikan 129 orang tentara yang selama ini diduga sebagai loyalis Thaksin.

Saat itu di Thailand ada empat kelompok yang berhadapan: kelompok Thaksin, angkatan bersenjata, oposisi, dan Raja, tapi Jenderal Sonthi tak perlu bersusah-payah mencari dukungan. Ia telah mendapat restu dari Raja, dan itu sudah cukup.

Selama ini Raja memang tak suka melihat polah Thaksin. Pengamat militer Asia dari Universitas Indonesia dan Universitas Pro Patria, Andi Widjojanto, melihat bahwa itulah modal terbesarnya. Di mata Andi kedekatan Sonthi dengan raja dan kepemimpinannya di dalam tubuh militer tidak disebabkan oleh kenyataan bahwa ia seorang muslim. Faktor agama menjadi cukup menentukan ketika ia ditunjuk, kata Andi, untuk membuka dialog dengan tokoh-tokoh muslim di Thailand Selatan, daerah dengan tiga provinsi, Yala, Pattani, dan Narathiwat. Kala itu ia panglima regional (panglima kodam).

”Militer di Thailand itu tentara profesional,” ujar pengamat militer Salim Said. Tentara kembali profesional setelah kudeta militer yang gagal pada 1992. Salim membandingkan kemusliman Sonthi di tengah mayoritas Budha Thailand dengan Benny Moerdani, bekas KSAD Indonesia yang Katolik.

Salim mengingatkan, meskipun muslim, Sonthi tidak tumbuh dari Thailand Selatan yang kebanyakan menggunakan nama muslim. ”Ia dari Thailand Tengah yang sudah membaur dengan masyarakat Buddha.” Karena itu, keluarga Sonthi memilih menggunakan nama Thailand agar hidup tenteram dengan masyarakat Buddha.

Sonthi, 59 tahun, bukan figur yang menonjol, tapi ia dikenal sebagai orang yang lembut tutur katanya. Ada cerita yang menyebut ia merebut kekuasaan untuk mendahului rencana Thaksin. Skenarionya, kerusuhan akan pecah di Bangkok, lalu Thaksin memproklamasikan keadaan darurat dan mengambil alih kepemimpinan militer lewat sebuah dekrit. Entah bagaimana kebenarannya, yang terang Sonthi tidak banyak dikenal selama ini, dan ia telah menambah panjang catatan kudeta militer di Negeri Gajah Putih–18 kudeta militer sejak 1932.

Duta Besar RI untuk Thailand, Ibrahim Yusuf, melihat, publik baru mengenalnya setelah ia menjadi KSAD pada 9 September tahun lalu. ”Tiba-tiba saja dia muncul,” katanya. Ibrahim sendiri baru mengenalnya dua bulan lalu setelah main golf bersama. ”Orangnya pendiam,” katanya.

Istiqomatul Hayati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus