Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Cuaca Ekstrem Meningkat di Asia

Badan Meteorologi Dunia (WMO) memperingatkan soal dampak peningkatan cuaca ekstrem dan perubahan iklim di Asia.

30 Juli 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • WMO memperingatkan soal dampak peningkatan cuaca ekstrem dan perubahan iklim di Asia.

  • Parlemen Thailand mengumumkan penundaan sidang pemilihan perdana menteri.

  • Vladimir Putin berjanji mengirimkan bantuan gandum dan bahan pangan lain ke Afrika.

Swiss

Cuaca Ekstrem Meningkat di Asia

BADAN Meteorologi Dunia (WMO) memperingatkan soal dampak peningkatan cuaca ekstrem dan perubahan iklim di Asia, yang tampak antara lain dari kekeringan dan banjir pada 2022. Hal ini disampaikan badan internasional di ranah meteorologi itu dalam siaran persnya pada Kamis, 27 Juli lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut WMO, Asia, benua dengan daratan terluas yang membentang hingga Arktik, mengalami pemanasan lebih cepat dari rata-rata global. Dalam laporan WMO State of the Climate in Asia 2022 yang baru diluncurkan, tren pemanasan di kawasan ini pada 1991-2022 hampir dua kali lipat dari tren pemanasan pada 1961-1990.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WMO mencatat 81 bencana terkait dengan cuaca, iklim, dan air di Asia pada 2022, kebanyakan berupa banjir dan badai. Akibatnya, lebih dari 5.000 orang meninggal dan lebih dari 50 juta orang terkena dampak langsung. Kerugian ekonominya diperkirakan lebih dari US$ 36 miliar atau sekitar Rp 544 triliun.

Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas menyatakan laporan ini merangkum keadaan iklim dan kejadian ekstrem serta dampak sosial-ekonominya di Asia. “Pada 2022, banyak wilayah di Asia mengalami kondisi yang lebih kering dari normal dan kekeringan. Cina, khususnya, mengalami kondisi kekeringan yang berkepanjangan, yang mempengaruhi ketersediaan air dan pasokan listrik. Pakistan, sebaliknya, mengalami bencana banjir,” katanya.


Thailand

Pemilihan Perdana Menteri Ditunda

PARLEMEN Thailand mengumumkan akan menunda sidang pemilihan perdana menteri hingga 4 Agustus mendatang karena kebuntuan politik yang berlanjut. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Wan Muhamad Noor Matha beralasan bahwa undang-undang menyatakan mosi yang sebelumnya ditolak, seperti pencalonan awal Pita Limjaroenrat, tidak dapat diajukan kembali.

Partai Gerakan Maju (Move Forward), partai politik pemenang pemilihan umum pada Mei lalu, mengajukan pemimpinnya, Pita Limjaroenrat, sebagai calon perdana menteri. Dalam sidang parlemen pertama untuk memilih perdana menteri pada 13 Juli lalu, Pita gagal terpilih karena kekurangan suara pendukung. Ambisinya diganjal oleh militer dan politikus pro-kerajaan yang duduk di Senat.

Pita akan maju lagi dalam sidang pemilihan berikutnya, tapi parlemen menolaknya. Ombudsman kemudian meminta Mahkamah Konstitusi mempertimbangkan petisi yang menantang keputusan parlemen yang menolak pencalonan Pita. Ombudsman juga meminta Mahkamah memerintahkan parlemen menangguhkan proses pemilihan perdana menteri hingga keputusan tentang Pita keluar.

Wan Muhamad menyatakan akan menunggu putusan Mahkamah. “(Sidang) terpaksa kami batalkan karena Ombudsman akan mengirim kasus ini ke Mahkamah Konstitusi. Jika kami melanjutkan sidang pada 27 Juli, sebelum Mahkamah memutuskan, itu bisa menimbulkan masalah,” kata Wan Muhamad, Kamis, 27 Juli lalu, seperti dikutip VOA.


Rusia

Putin Janjikan Bantuan Gandum ke Afrika

Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara pada sesi KTT Rusia-Afrika di Saint Petersburg, Rusia, 27 Juli 2023. Sputnik/Pavel Bednyakov/Pool via Reuters

PRESIDEN Rusia Vladimir Putin mengumumkan akan mengirimkan bantuan gandum dan bahan pangan lain ke Afrika dalam tiga-empat bulan ke depan. “Dalam beberapa bulan mendatang, kami akan dapat memberikan pengiriman gratis sebanyak 25-50 ribu ton biji-bijian ke Burkina Faso, Zimbabwe, Mali, Somalia, Republik Afrika Tengah, dan Eritrea,” kata Putin, seperti dikutip Le Monde, saat membuka Konferensi Tingkat Tinggi Rusia-Afrika di Saint Petersburg, Rusia, Kamis, 27 Juli lalu.

Kebijakan Putin ini keluar setelah Rusia mundur dari Black Sea Grain Initiative atau Kesepakatan Gandum Laut Hitam, perjanjian antara Rusia dan Ukraina yang memungkinkan Ukraina mengekspor 32,9 juta gandum dan bahan pangan lain melalui Laut Hitam ke 45 negara. Ekspor ini terhenti setelah Rusia menginvasi negara tetangganya tersebut pada 2022. Rusia mundur karena sejumlah persyaratan yang diminta tak dipenuhi. “Tidak satu pun dari persyaratan perjanjian mengenai pengiriman biji-bijian dan pupuk Rusia telah dipenuhi,” ujar Putin.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus