Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pesawat Boeing 737 Ethiopian Airlines sebagai maskapai terbesar se-Afrika ini sedang berada dalam rute penerbangan dari Khartoum, Kenya menuju Addis Ababa, ibu kota Ethiopia dengan nomor ET343, pada Senin 15 Agustus 2022. Saat mendekati landasan bandara, pesawat sempat diberikan peringatan, tetapi belum juga memberikan tanda untuk menukik turun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ternyata, kedua pilot tersebut tertidur lelap dan sistem autopilot membuat pesawat tetap terbang pada ketinggian 37.000 kaki atau setara dengan 11.200 meter dari permukaan laut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir dari avherald, kontrol lalu lintas udara atau air traffic control (ATC) sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menghubungi kedua pilot beberapa kali, tetapi tidak membuahkan hasil. Kedua pilot tetap saja tidak menjawab panggilan tersebut. Alhasil, pesawat tetap terbang di atas landasan yang seharusnya menjadi tempat mendarat.
Saat itu pula, autopilot berhenti dan memicu alarm yang membangunkan pilot. Dengan sigap, pilot langsung mengarahkan pesawat dan mendarat di landasan pacu. Beruntungnya, pesawat mendarat dengan selamat setelah 25 menit kemudian. Sistem autopilot atau pilot otomatis pun berhasil menyelamatkan nyawa penumpang dan awak kabin.
Autopilot adalah sebuah perangkat lunak atau alat yang hanya dapat mengelola pesawat dalam kondisi tertentu dengan menggunakan sistem hidrolik, mekanis, dan elektronik kendaraan. Sistem yang dapat mengikuti flight plan ini dapat menjaga stabilnya kecepatan, ketinggian, dan letak bagian depan pesawat (heading). Biasanya, pesawat melakukan penerbangan dengan kendali autopilot, kecuali ketika lepas landas dan pendaratan.
Lantas, bagaimana cara kerja autopilot?
Pada dasarnya, autopilot adalah sebuah komputer yang cara kerjanya hampir sama dengan GPS. Sistem autopilot digunakan setelah pilot menginput informasi tentang tujuan penerbangan. Lalu, sistem ini akan langsung mengambil data tentang rute, lokasi, dan navigasi penerbangan dengan memanfaatkan teknologi GPS. Dalam kerjanya, autopilot juga mengeluarkan rencana penerbangan yang telah dioptimalkan. Hal Ini bertujuan agar pilot tidak harus mengendalikan sistem kontrol secara terus-menerus selama penerbangan.
Mengutip dari faa.org, sistem autopilot bekerja pada loop umpan balik negatif yang berarti menerima data dari berbagai mekanisme pesawat dan memberikan respon terhadap tindakan lainnya dengan menghambat tindakan tertentu. Misalnya, autopilot diatur untuk menjaga pesawat pada posisi datar.
Jika sayap tidak lagi rata, autopilot akan menerima data sehingga dapat memberi tahu pilot untuk memperbaiki masalah sayap yang tidak rata. Mekanisme ini juga terjadi dalam semua operasi penerbangan, yakni kemudi, kecepatan, ketinggian, dan lain-lain.
Autopilot diaktifkan ketika pesawat telah lepas landas dan dimatikan sebelum mendarat. Sistem ini dapat berguna ketika cuaca buruk yang menyebabkan jarak pandang pilot berkurang atau ketika sistem penerbangan mengalami gangguan. Selain itu, dengan autopilot pesawat dapat mendeteksi dan memperbaiki sudut arah penerbangan dengan waktu yang relatif singkat. Dengan begitu, autopilot dapat mempermudah tugas pilot menjadi lebih efisien.
Pada kondisi tertentu, tidak ada petunjuk khusus kapan pilot harus mematikan autopilot. Namun, terdapat suatu hal yang pasti bahwa otorisasi perangkat lunak ini berbeda dari pesawat yang satu dengan pesawat lainnya.
RACHEL FARAHDIBA R
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.