Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan terus memerangi Hamas sampai kelompok milisi itu habis dan tujuan perang lain tercapai. Netanyahu menyatakan hal ini saat membuka rapat kabinet mingguan pada Minggu, 30 Juni 2024 waktu setempat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tujuan perang itu, kata Netanyahu, termasuk pembebasan sandera yang tersisa di Gaza dari tangan Hamas dan memastikan wilayah tersebut tidak lagi menjadi ancaman bagi Negeri Yahudi. Israel juga akan memulihkan keamanan di wilayah yang berbatasan dengan Gaza dan Libanon sehingga warganya dapat pulang ke rumah mereka dengan aman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Kepada siapa pun yang meragukan pencapaian tujuan-tujuan ini, saya tegaskan: Tidak ada yang bisa menggantikan kemenangan. Kami tidak akan mengakhiri perang sampai kami mencapai semua tujuan ini,” kata Netanyahu, seperti dikutip Al Arabiya.
Meskipun Gaza sudah porak poranda dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyatakan bahwa Hamas sudah tidak lagi mampu melawan, Netanyahu tetap berkukuh untuk melanjutkan perang. Netanyahu juga tidak menyodor rencananya mengenai Gaza pasca-perang, seperti siapa nanti yang akan memerintah wilayah itu, apakah Otoritas Palestina atau Israel.
Ibnu Burdah, Guru Besar Kajian Dunia Arab Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, menilai Netanyahu sengaja memperpanjang perang untuk mengamankan posisinya, yang terancam diadili dalam sejumlah kasus korupsi dan suap.
Ketidakjelasan strategi perang Netanyahu ini pula yang mendorong Benny Gantz, bekas Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel yang menjadi pemimpin oposisi, dan Gadi Eisenkot, anggota koalisi partai Gantz, mundur dari kabinet perang pada 9 Juni 2024. Gantz menuduh Netanyahu hanya menjalankan perang ini demi kepentingan pribadi. Bubarnya kabinet perang ini membuat Netanyahu dapat semena-semena mengarahkan perang di Gaza.
Bubarnya kabinet perang Israel—yang merupakan gabungan pemerintah dan oposisi—membuat pemerintahan Netanyahu dianggap tak lagi kredibel. Hal ini memicu demonstrasi besar yang terjadi hampir setiap hari di Israel yang menuntut pembubaran pemerintahan.
Pakistan Observer melaporkan bahwa puluhan ribu warga Israel berkumpul di berbagai kota, termasuk Tel Aviv, untuk menuntut pertukaran tahanan dengan Hamas dan menyerukan pemilihan umum dipercepat pada Minggu malam, 30 Juni 2024. Para demonstran membentangkan spanduk bertulisan “Netanyahu tidak ingin perang berakhir dan para sandera kembali” dan meneriakkan “Kami membutuhkan kepemimpinan baru... Pemilu sekarang.”
Mengapa dan bagaimana dampak pembubaran kabinet perang Netanyahu? Baca selengkapnya: Dampak Pembubaran Kabinet Perang Benjamin Netanyahu