Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Presiden Blusukan dari Kuba

Miguel Diaz-Canel menjadi Presiden Kuba pertama setelah dinasti Castro. Harapan baru perubahan negeri itu.

27 Mei 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DENGAN baju polo warna khaki dan celana cokelat muda, Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel menginjakkan kakinya ke hutan kecil di dekat Bandar Udara Jose Marti, Havana, Jumat tengah hari waktu setempat, dua pekan lalu. Pria 58 tahun itu datang satu jam setelah menerima kabar kecelakaan pesawat penumpang Cubana de Aviacion.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sesaat setelah lepas landas, pesawat tua itu mendadak jatuh dan tersuruk ke hutan tersebut. Pesawat berusia 40 tahun itu pun hancur berkeping-keping. Sebanyak 110 penumpang dan kru meninggal. Tiga perempuan berkebangsaan Argentina selamat, tapi dalam keadaan kritis dan langsung dibawa ke rumah sakit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sepanjang akhir pekan, Miguel berkali-kali membesuk korban di rumah sakit dan menemui keluarga mereka, penyelidik forensik, serta pejabat penerbangan. Pada Ahad pagi, dia muncul dengan mengenakan topi staf penanggulangan bencana untuk melihat latihan persiapan menghadapi musim badai. "Saya pikir di tengah segenap duka dan kecemasan ada banyak solidaritas, dan solidaritas itu bisa dilihat dari dukungan yang diberikan kepada keluarga dan ditunjukkan dalam keefisienan penanganan masalah ini," kata Miguel.

"Miguel muncul di muka umum agar masyarakat dapat melihatnya. Fokusnya bukanlah deklarasi ideologis, melainkan lebih ke hal-hal praktis," ujar Jose Raul Viera, mantan Wakil Menteri Luar Negeri Kuba, kepada Associated Press.

Sebulan setelah dilantik menjadi presiden, Miguel langsung blusukan ke mana-mana. Dia berbicara kepada masyarakat tentang perbaikan truk pengangkut sampah dan transportasi publik serta memeriksa kafetaria dan klinik kesehatan negara. Dia tidak seperti presiden sebelumnya, Raul Castro, bekas tentara yang lebih banyak bekerja di belakang layar.

Namun belum tampak tanda-tanda bagaimana Miguel menangani negara yang ekonominya mandek dan dikuasai penuh oleh Partai Komunis Kuba itu. Dia telah meninjau berbagai program dan kinerja pemerintah, tapi belum ada pengumuman kebijakan baru. Dia pun belum membentuk kabinet. Dia memutuskan untuk menjalankan pemerintah bersama Raul sampai Juli nanti.

Miguel dianggap sebagai presiden pertama Kuba yang tidak berasal dari dinasti Castro. Sebenarnya tak persis demikian. Setelah revolusi pada 1959, Kuba pernah dipimpin Manuel Urrutia Lleo dan Osvaldo Dorticos Torrado secara bergantian sampai 1976. Tapi tak banyak orang yang mengingatnya karena pemegang kursi kepresidenan tak berdaya bila tak mengontrol partai dan militer.

"Dia bukan orang yang muncul tiba-tiba atau hasil improvisasi," kata Raul saat memperkenalkan Miguel sebagai penggantinya secara terbuka. Majelis Permusyawaratan Rakyat memilih Miguel sebagai presiden pada awal April lalu.

Pemilihan itu menandai era baru negeri yang selama hampir enam dekade dipimpin keluarga Castro ini. Jenderal Raul Castro menyerahkan kursi kepresidenan pada usia 86 tahun. Fidel Castro, yang berkuasa selama 1976-2006, berumur 81 tahun saat menyerahkan kursi kepemimpinan kepada adiknya, Raul. Miguel diangkat menjadi presiden pada usia 58 tahun, tapi pengalaman politiknya panjang. Kakak-adik Castro-lah mentor politiknya.

Di era Perang Dingin, Miguel adalah aktivis muda. Pada 1987, ketika remaja di seluruh dunia asyik menonton video musik di MTV, Miguel, yang baru berusia 27 tahun, menjadi penghubung antara Partai Komunis Kuba dan Nikaragua untuk bersekutu dengan Uni Soviet. Sejak itu, dia tak pernah jauh dari keluarga Castro.

Kala Kuba dan Amerika Serikat di bawah pemerintah Barack Obama bersepakat untuk memulihkan hubungan diplomatik, tirai penutup Kuba perlahan mulai terbuka. Tapi sosok Miguel masih misterius. Ketika sejumlah anggota Kongres Amerika berkunjung ke Kuba pada 2015, mereka berbincang dengan Miguel, yang saat itu menjadi wakil presiden.

"Apa pendapat Anda tentang revolusi yang membentuk politik pulau ini dan tempatnya di panggung dunia?" demikian pertanyaan para anggota Kongres itu, seperti dikutip The New York Times.

"Saya lahir pada 1960, setelah revolusi. Saya bukan orang yang tepat untuk menjawab pertanyaan Anda," Miguel menjawab.

Miguel Mario Diaz-Canel Mermudez-nama lengkap Miguel-lahir pada 20 April 1960 di Placetas, Provinsi Villa Clara, sekitar tiga jam dari Havana. Ibunya, Aida Bermudez, seorang guru. Adapun ayahnya, Miguel Diaz-Canel, pegawai mekanik pabrik di Santa Clara, ibu kota Villa Clara. Dia berkuliah di jurusan teknik elektro Universitas Pusat Las Villas. Setelah lulus pada 1982, dia mengajar di kampus itu.

Miguel lalu masuk Angkatan Bersenjata Revolusioner Kuba dan berdinas di unit misil anti-pesawat terbang selama tiga tahun sebelum menjadi pengawal Raul Castro. Dia lalu bergabung dengan Partai Komunis Kuba dan menjadi Ketua Serikat Komunis Muda di Villa Clara dan Holguin. Pada 2003, dia direkrut menjadi anggota Politbiro Partai Komunis.

Juan Almeida, 52 tahun, mengingat nama Miguel disebut ayahnya pada 1993. Saat itu ayahnya, yang termasuk tokoh Partai Komunis Kuba, pulang dari rapat partai yang membahas pemimpin masa depan negeri itu.

Dalam rapat itu Ramon Machado Ventura, anggota Politbiro yang juga bekas gerilyawan pasukan pimpinan Ernesto "Che" Guevara dan Fidel Castro, menyodorkan daftar pemimpin muda. Nama Miguel tercantum di situ. "Raul menanggapi, 'Dia dapat dipercaya, tapi terlalu muda'," tutur Juan, mengutip cerita ayahnya. "Itu pertama kali saya mendengar nama Miguel Diaz-Canel," katanya kepada The New York Times.

Sejak itu, nama Miguel makin bersinar. Dia diangkat sebagai Menteri Pendidikan Tinggi periode 2009-2012, lalu menjadi wakil presiden mendampingi Raul sejak 2013. Miguel punya dua anak dari istri pertamanya, Martha, dan sekarang tinggal bersama istri keduanya, Lis Cuesta, guru besar budaya Kuba di sebuah universitas yang juga bekerja di agen wisata Paradiso. "Dia bergaul dengan kelas intelektual, menonton konser, dan dekat dengan anak muda," ucap Juan Almeida, disiden yang "menyeberang" ke Amerika Serikat.

Di Santa Clara, Miguel terkenal dengan gayanya yang santai: berambut panjang dan bercelana pendek Bermuda. Miguel juga mendukung El Mejunje, satu-satunya klub gay di sana. Dia pun populer sebagai pejabat yang suka menggenjot sepeda ke mana-mana. Dia memilih bersepeda ketimbang naik mobil dinas berpenyejuk udara.

Guillermo Farinas, pembangkang terkenal Kuba asal Villa Clara, ingat ketika pada 1990-an listrik rumah sakit padam suatu malam dan dia sedang dirawat selepas aksi mogok makan.

Pada pukul tiga pagi, Miguel datang mengunjungi kamar pasien satu per satu untuk meminta maaf atas pemadaman itu. Ketika ia tiba di depan kamar Guillermo, pengawalnya mencegahnya masuk. "Itu kamar musuh revolusi," kata si pengawal. Tapi Miguel tetap masuk dan menyalami Guillermo. "Mari membicarakan hal yang bukan politik," ujar Miguel seperti ditirukan Guillermo.

Tapi Guillermo juga ingat bagaimana Miguel bergabung dalam kampanye nasional melawan "kecenderungan negatif" di Kuba. "Mereka mencoba meyakinkan rakyat bahwa jika Anda bukan komunis sungguhan, Anda harus diberi sanksi," ucap Guillermo kepada The New York Times. "Dia sangat aktif, sangat militan, dan sangat loyal tanpa syarat kepada rezim."

Rezim Castro menahan hampir 10 ribu pembangkang pada 2016. Sebanyak 498 di antaranya ditangkap selama kunjungan Presiden Obama ke pulau itu. Setelah dilantik menjadi presiden, Miguel berpidato di depan parlemen. "Saya tekankan kepada majelis ini bahwa kamerad Raul akan mengarahkan keputusan bangsa untuk sekarang dan masa depan," katanya, seperti dikutip media pemerintah, Granma.

Raul Castro menyatakan Miguel akan memimpin untuk dua periode kepresidenan. Setelah itu, kata Raul, dia menginginkan Miguel mengambil alih kepemimpinan partai pada 2021, saat dia pensiun. Itulah yang menerbitkan spekulasi bahwa akan ada perubahan kepemimpinan di Kuba setelah era Castro.

Iwan Kurniawan (Associated Press, The New York Times, Granma)

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus