Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Protes Untuk Nobel

Prof. D. Stehelin memprotes hadiah nobel yang diberikan untuk Dr. J. Michael Bishop & Dr. Harold E. Varmus. Pemerintah Cina protes hadiah nobel untuk dalai lama, karena urusan negerinya dicampuri.

21 Oktober 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HADIAH Nobel bisa juga menimbulkan kontroversi. Setidaknya tahun ini, Hadiah Nobel untuk Perdamaian dan untuk Kedokteran mengundang reaksi dari pihak yang merasa dirugikan. Pekan lalu Institut Karolinska di Stockholm, Swedia, menunjuk dua orang periset Amerika, Dr. J. Michael Bishop dan Dr. Harold E. Varmus, sebagai pemenang Hadiah Nobel Kedokteran. Kedua periset di Sekolah Tinggi Kedokteran Universitas California di San Francisco itu dinilai berjasa membuka rahasia kanker. Kedua ilmuwan Amerika itu mengadakan riset dasar tentang sel yang menyebabkan kanker sejak dasawarsa 1970. Pada 1976 mereka mempublikasikan kesimpulan riset mereka dalam majalah ilmiah Nature. Tumor, tulis mereka, terjadi setelah sebuah sel normal mengalami perubahan yang disebabkan oleh gangguan. Pembuktian ini meruntuhkan anggapan sebelumnya, yang menduga kanker disebabkan oleh virus. Penemuan itu menjadi penting sehubungan dengan pengobatan kanker. Bila hadiah ini ada yang memprotes, bukan karena penemuan itu ternyata keliru. Tapi karena ada yang mengaku bahwa dialah sebenarnya yang menemukannya. Profesor Dominique Stehelin, seorang spesialis kanker Prancis, menyatakan telah terlebih dulu meneliti hal tersebut. Ia mengaku telah mengerjakan riset tersebut sejak 1970-an. Karena itu, ia merasa bahwa hadiah itu adalah miliknya. "Sayalah yang mengerjakan riset tersebut mulai dari A sampai Z," kata Stehelin. Ia mengaku mengerjakan penelitian tersebut selama tiga tahun di laboratorium tempat kedua sarjana Amerika itu bekerja. Lebih dari itu, dia pun menyatakan sebagai penulis utama artikel dalam majalah ilmiah Nature tersebut. Mengapa Stehelin berani melakukan protes? Menurut Erling Norrby, juga anggota komite Hadiah Nobel, nama Stehelin memang termasuk ke dalam tim yang menyusun artikel yang terbit pada 1976. "Tapi tugas dia lebih pada teknik riset, bukannya pada pemikiran dan gagasan yang menyebabkan Bishop dan Varmus mendapat hadiah." kata Norrby. Ia juga menyebut nama Peter Vogt, seorang Jerman yang juga terlibat dalam penelitian itu. Bahkan, tambah Norrby, peran Vogt lebih besar ketimbang Stehelin. Hingga awal pekan ini belum ada reaksi Stehelin, adakah ia puas dengan jawaban pihak komite Hadiah Nobel. Dalam hal Hadiah Nobel Perdamaian, reaksi lebih bersifat politis. Itulah reaksi dari pihak Pemerintah RRC. Komite pemilih memutuskan untuk memberikan hadiah itu kepada-Dalai Lama, pemimpin spiritual Tibet yang sejak pertengahan 1950-an menyingkir bersama dengan sebagian pengikutnya di India. Itu karena pada 1953 Cina menduduki Negara Atap Dunia itu dengan kekerasan senjata. Alasan komite memilih Dalai Lama karena "ia menolak penggunaan kekerasan, menganjurkan jalan keluar damai atas dasar toleransi dan saling menghormati" dalam memecahkan masalah Tibet. Ketika diumumkan namanya sebagai pemenang, Tenzin Gyatso -- begitulah nama asli yang dipercaya sebagai penjelmaan Avalokitecvara atau Budha Maha Pengasih yang ke-14 ini -- berada di California, AS. Ia pun tetap menjawab dengan "damai" ketika mendengar protes Pemerintah RRC lewat kedutaan neeri itu di Oslo, Norwegia. RRC menganggap dipilihnya Dalai Lama sebagai pemenang Nobel adalah "mencampuri urusan dalam negeri Cina". Sementara itu, kata Dalai Lama, kini 53 tahun, "Kami tak menuntut Tibet lepas sama sekali dari Cina, melainkan hanya diberikannya demokrasi dan kebebasan." Tapi, sementara itu, penjelmaan Budha Maha Pengasih ini pun meramalkan, dalam dua tahun mendatang di Cina akan terjadi suatu perubahan penting yang positif. Lantaran katanya lagi, sistem totaliter sangat berlawanan dengan kemanusiaan, dan tak relevan lagi. Yang menarik, hadiah Nobel Perdamaian sebesar US$ 445.000 ternyata cuma memberikan kesulitan bagi penerimanya, seorang "pemimpin Budhis yang sederhana". Meski ia diakui sebagai pemimpin Tibet, ternyata tak terpikir sedikit pun untuk menggunakan hadiah itu bagi Negeri Atap Dunia itu. Yang pertama kali terpikir adalah menyumbangkan uang itu bagi mereka yang kelaparan. Meski para pengungsi Tibet membutuhkan uang, katanya, mereka tak terancam bahaya kelaparan, sebagaimana misalnya sebagian orang Afrika. Tapi tak lama kemudian Dalai Lama pun berpikir, baik juga uang itu dipakai menyumbang lembaga perdamaian. Atau diberikan kepada lembaga pendidikan yang menyiapkan "kasih dan sayang bagi generasi mendatang". Untuk bidang-bidang lain, nampaknya tak akan ada gugatan atau kontroversi. Untuk fisika, hadiah itu jatuh ke tangan Profesor Norman F. Ramsey, 74 tahun, dari Universitas Harvard, atas jasanya menciptakan jam atom untuk keperluan standar waktu internasional. Ia mesti membagi hadiah kepada dua orang lain, yakni Dr. Hans G. Dehmelt, sarjana kelahiran Jerman, 67 tahun, yan bekeria di Universitas Washington, Seattle, dan Dr. Wolfgang Paul, 76 tahun, dari Universitas Bonn. Dua orang Amerika lain, Thomas Cech dan Sidney Altman, juga ketiban rezeki berkat penelitian kimia mereka tentang materi genetik RNA. Hadiah di bidan ekonomi direbut oleh ekonom Norwegia Trygve Haavelmo. Karya Haavelmo yang diterbitkan pada 1940 dalam bidang ekonometri telah menyebabkan perubahan dramatis. Ia menyimpulkan cara untuk menarik kesimpulan dari angka-angka statistik, dan itu telah melahirkan suatu metode observasi tentang bagaimana unsur-unsur ekonomi saling mempengaruhi. Ekonomi adalah ilmu eksakta, dan metodologi yang ditemukan oleh Prof. Haavelmo, menyebabkannya lebih eksak. A. Dahana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus