Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hatem Azzam, penduduk kota Rafah di Gaza selatan mewakili suara rakyat Palestina lainnya. Ia marah dengan pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menyarankan warga Gaza harus pindah ke Mesir atau Yordania. "Trump menganggap Gaza adalah tumpukan sampah, sama sekali tidak," kata pria berusia 34 tahun itu. Ia menyerang pilihan kata-kata Trump saat memberi tahu wartawan pekan lalu tentang rencananya untuk membersihkan semuanya di Gaza.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Azzam menyebut Trump sedang berdelusi. Ia mengatakan bahwa Trump ingin memaksa Mesir dan Yordania untuk menerima migran, seolah-olah mereka adalah ladang pertanian pribadinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baik Mesir maupun Yordania dengan tegas menolak gagasan Trump. Warga Gaza dan negara tetangga lainnya juga kompak menolak usul Trump.
Kemarahan Azzam muncul saat Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu di Washington pada Selasa malam, 4 Januari 2025. Keduanya membahas rencana untuk wilayah Palestina yang porak poranda akibat perang selama lebih dari 15 bulan.
"Trump dan Netanyahu harus memahami realitas rakyat Palestina dan rakyat Gaza. Mereka adalah orang-orang yang berakar kuat di tanah mereka, kami tidak akan pergi," kata Azzam dilansir dari France 24.
Ihab Ahmed, warga Rafah lainnya, menyesalkan bahwa Trump dan Netanyahu masih belum memahami rakyat Palestina dan keterikatan mereka terhadap tanah tersebut. "Kami akan tetap tinggal di tanah ini apa pun yang terjadi. Bahkan jika kami harus tinggal di tenda-tenda dan di jalanan, kami akan tetap bertahan di tanah ini," kata pria berusia 30 tahun itu.
Ahmed mengatakan bahwa warga Palestina telah belajar dari perang tahun 1948 yang terjadi setelah mandat Inggris. Saat itu ratusan ribu warga Palestina diusir dari rumah mereka saat berdirinya Israel, dan tidak pernah diizinkan untuk kembali. “Dunia harus memahami pesan ini, kami tidak akan pergi, seperti yang terjadi pada tahun 1948.”
Dikutip dari Reuters, Donald Trump dan Netanyahu bertemu di Washington pada Selasa, 4 Februari 2025. Dalam pertemuan itu, Trump mengatakan AS akan membangun kembali Jalur Gaza dan menguasai wilayah itu. Trump memuji wilayah Gaza yang sempit tersebut, dan mengatakannya sebagai wilayah yang berpotensi menjadi “Riviera Timur Tengah.”
Netanyahu tidak tertarik membahas usulan tersebut. Namun ia memuji Trump karena mencoba pendekatan baru.