BERATNYA turun sampai sekitar 10 kilo. Mungkin jurubicaranya
melebih-lebihkan ini, tapi bekas Syah Iran yang kini tinggal di
Panama memang nampak kurus sekali. Dalam umurnya yang 60 tahun,
ia malah kalah segar dibanding musuh besarnya, Ayatullah
Khomeini yang 79. Tapi juru bicaranya menandaskan, kesehatan
Syah baik.
Adakah jiwanya juga sesehat itu dan tak menderita sindrom orang
yang hilang kuasa, tak jelas. Waktu tinggal di wisma Angkatan
Udara AS di San Antonio, Texas, sebelum ke Panama, ia
diperlakukan sebagai VIP. Di hari kedatangannya ia pesan makan
malam, daging sapi terbaik. Ketika yang disajikan kurang dari
itu, karena juru masak sudah pulang, ia menolak.
Ia agaknya merasa pemerintah Carter kurang ramah kepadanya.
Hubungannya hanya hangat dengan bekas Menteri Luar Negeri Henry
Kissinger dan bekas Presiden Nixon. Kedua tokoh itu sering
mengunjunginya waktu ia masih tinggal di Cuernavaca, Meksiko. Di
San Antonio, Kissinger juga yang sering berhubungan dengannya
via telepon.
Dalam bukunya, The White House Years, Kissinger memuji Syah
--terutama sebagai sekutu AS yang setia. Karena itu dialah yang
paling menyesali cara Presiden Carter memperlakukan bekas
penguasa Iran itu. Seakan-akan AS telah melalaikan teman.
Syah sebaliknya memuji Kissinger dan Nixon. Mereka "telah
menunjukkan, bahwa. ada orang-orang Amerika yang tetap setia
pada persahabatan mereka." Itu diucapkannya dalam memoarnya,
Jawaban Kepada Sejarah yang baru mulai tersiar bagian-bagiannya
di majalah Inggris Now ! dan majalah Prancis l 'Express.
Memoar ini memang menyiratkan kekecewaannya kepada pemerintahan
Carter, yang tak membantunya menjelang revolusi menggulung
dirinya. Bahkan bekas raja itu merasa bahwa pemerintah Carter,
yang mengirim Jenderal AU Robert Huyser di hari-hari terakhir
kerajaan, ikut mempersiapkan kejatuhannya.
Tak syak lagi, Jawaban Kepada Sejarab adalah sebuah pembelaan.
Yang menarik ialah bahwa Syah tak pernah menyebut Ayatullah
Khomeini dengan namanya. Sang Ayatullah yang kini menghendaki
nyawanya itu hanya ia sebut sebagai "sang tokoh", "yang
terhormat" dan, dengan kata yang lebih tajam, "si tua".
Berikut ini kutipan dari memoar itu, diringkas di sana-sini:
JENDERAL HUYSER DAN TIKUS
Awal Januari 1979, saya menerima berita yang mengejutkan
"Paduka, Jenderal Huyser ada di Teheran sejak beberapa hari
ini!" Jenderal Huyser bukan orang sembarangan. Ia wakil komandan
NATO, yang sudah pernah datang ke Teheran beberapa kali dan
setiap kali ia selalu minta ketemu. Kali ini tentu bukan hanya
kunjungan biasa saja. Acara Jenderal Huyser biasanya
direncanakan sejak awal. Kali ini tidak. Sepi total.
Kedatangannya sungguh-sungguh rahasia, penuh misteri.
Saya bertanya kepada jenderal-jenderal saya. Mereka juga tak
tahu apa-apa. Lalu apa sebenarnya yang hendak dilakukan jenderal
itu di Iran Kehadirannya sungguh-sungguh tak biasa. Seseorang
yang punya tanggungjawab besar seperti dia tak mungkin main
umpet-umpetan tanpa alasan serius.
Saya hanya ketemu dia sekali saja selama kunjungannya itu. Ia
mendampingi Dubes (AS) Sullivan ketika saya bertemu terakhir
kali dengan Dubes ini. Yang mereka ingin tahu dari saya adalah
kapan hari dan jam kepergian saya dari Iran.
Jenderal Huyser mengajukan usul kepada Jenderal Ghara-Baghi
untuk melakukan perundingan dengan Mehdi Bazargan. Ghara-Baghi
memberitahukannya kepada saya. Lalu keputusan apa yang hendak
diambilnya? Yang saya tahu hanyalah bahwa Ghara-Baghi
menggunakan kekuasaannya untuk menempatkan para perwira tinggi
di bawah perintahnya untuk tidak bergerak. Dan satu demi satu
jenderal-jenderal itu kini telah dibunuh. Kecuali Ghara-Baghi
yang berhasil diselamatkan oleh Bazargan.
Jenderal Huyser tinggal di Iran sampai beberapa hari setelah
kepergian saya. Setelah mengatur agar para perwira tinggi
meninggalkan Dr. Shapour Bakhtiar, pemimpin pemerintahan koalisi
yang dibentuk untuk menjaga negeri di saat-saat krisisnya, maka
yang tinggal agar missinya tercapai adalah pemenggalan tentara
Iran.
Huyser dengan segera dapat dipuaskan. Satu demi satu para
jenderal dihukum mati . . . Di hadapan parodi yang mau meniru
sebuah pengadilan, Jenderal Amir Hussein Rabii, panlima AU
Iran, ditanyai peran apa yang dijalankan Jenderal Huyser. Ia pun
menjawab kepada para hakim: "Jenderal Huyser melemparkan raja
dari negeri ini seperti mencampakkan seekor tikus mati."
SAVAK DAN OPOSISI
Orang dengan seenaknya saja menyebutkan bahwa jutaan orang -
yang bekerja pada SAVAK (dinas mata-mata Iran red). Sebuah
dugaan yang tolol, sebab di SAVAK hanya ada 3.000 petugas di
awal 1978 dan sampai 4.000 pada akhir tahun itu. SAVAK dibentuk
di negeri kami untuk melawan subversi komunis. Saya tak berhak
menilai sikap orang Barat terhadap orang-orang komunis di negeri
mereka, karena mereka tak berbatasan langsung dengan Rusia.
Menurut para "informan", para "tahanan politik" dalam penjara
kami berjumlah 25.000 sampai 100.000. Tapi dalam penerbitan
gelap berjudul "Kronik Penindasan" yang dicetak di Iran dan di
pihak oposisi untuk menyerang SAVAK, dinyatakan bahwa dari 1968
sampai 1977 jumlah orang yang "ditangkap dengan alasan politik"
adalah 3.164 orang
Di Iran, SAVAK berhubungan langsung dengan perdana menteri.
Kepala negara hanya ikut campur atas permintaan menteri
kehakiman dalam hal pemberian grasi. Saya tak membuat
kekecualian dalam hal ini. Maka saya sangat terharu, ketika saya
mengetahui bahwa Amir Abbas Hoveyda, bekas PM, Jenderal Hassan,
Pakravan, Nassiri dan Moghdam, semuanya bekas kepala SAVAK,
telah meyakinkan sebelum disiksa dan dibunuh bahwa mereka tak
pernah menerima perintah macam apa pun dari saya mengenai
perlakuan terhadap seorang tertuduh atau terhukum.
Tak seorang pun yang bisa menyebutkan kepada saya seorang tokoh
politik yang telah "dibereskan " oleh SAVAK. Bulan November
1978, Jenderal Azhari, PM saya waktu itu, telah menangkap bekas
kepala SAVAK Jenderal Nassiri dan sekitar 30 orang petugas di
biro itu.
KISSINGER
Sekarang kepada saya dikatakan, bahwa saya seharusnya
memberlakukan hukum perang dengan lebih keras. Ini akan dapat
mengurangi kerugian negeri saya, tidak sebesar anarki berdarah
yang kini ada di sana. Tapi seorang raja tak dapat menyelamatkan
singgasananya dengan menumpahkan darah orang-orang senegerinya.
Dalam pembuangan di Cuernavaca, saya merasa senang mendapat
kunjungan dari Henry Kissinger dan bekas Presiden Nixon. Dengan
kunjungan mereka itu, Tuan Kissinger serta Tuan Nixon telah
menunjukkan bahwa ada beberapa orang Amerika yang tetap setia
dalam persahabatan mereka -- dan bukan seperti mereka yang
"melemparkan raja dari negerinya seperti mencampakkan seekor
tikus mati."
Sejauh mana pembelaan Syah yang sudah jatuh ini akan dipercaya
orang ramai? Sejumlah saksi tentang penyiksaanoleh SAVAK --
termasuk dalam ha mencambuk dan mencabut kuku tahanan -- sudah
banyak didengar. Salah satu saksi ialah penyair Iran yang pernah
di tahan 102 hari, Reza Barahemi.
Beberapa agen SAVAK dalam penga dilan revolusi Iran awal 1979
juga menyebutkan bahwa Syah sendiri ikut memerintahkan
pembunuhan para tahanan, untuk menghindari bukti tentang
penindasan terhadap oposisi. Hanya barangkali jumlah korban agak
dilebih-lebihkan oleh musuhnya.
Dalam wawancaranya dengan Oriana Falacci Oktober 1973 Syah
mengatakan "Ketika Castro berkuasa (di Kuba red), ia membunuh
sekurang-kurangnya 10.000 orang, sementara yang kalian serukan
ialah Bravo, bravo, bravo ! Yah, dalam arti tertentu ia memang
berhak mendapatkan tepuk tangan itu, sebab ia kini masih
berkuasa. Tapi saya juga masih berkuasa. Dan saya berniat tetap
di sini dengan menunjukkan bahwa dengan kekuatan orang dapat
melakukan banyak hal . . . "
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini