Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Puluhan Negara Mau Negoisasi dengan AS, Tarif Trump Ditunda

Tarif Trump ditunda 90 hari karena lebih dari 75 negara menunjukkan niat bernegosiasi, tak memilih jalur balasan, dan ingin solusi damai dagang.

12 April 2025 | 07.50 WIB

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Dok White House Ofiicial
Perbesar
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Dok White House Ofiicial

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump, melakukan penangguhan selama 90 hari terhadap seluruh tarif impor tinggi yang diberlakukan kepada sejumlah negara. Keputusan tersebut diambil karena tingginya semangat sejumlah negara untuk bernegosiasi dengannya ihwal tarif Trump yang menggegerkan tersebut..

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Trump mengungkapkan bahwa lebih dari 75 negara telah mengirimkan delegasi untuk bertemu dengan pihak Amerika Serikat, termasuk Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Faktanya, lebih dari 75 negara telah memanggil perwakilan AS, termasuk Departemen Perdagangan, Departemen Keuangan, dan USTR untuk merundingkan solusi bagi subjek yang dibahas,” ujar Trump. 

Ia menjelaskan bahwa negara-negara tersebut tidak memilih jalur retaliasi. Menurutnya, lebih dari 75 negara telah menjalin negosiasi dengan Amerika Serikat guna membahas beragam isu, mulai dari perdagangan, hambatan dagang, tarif, manipulasi mata uang, hingga kebijakan non-tarif.

Tidak seperti negara lain, Cina justru akan mendapatkan tambahan tarif sebesar 125 persen. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Lin Jian pada Kamis, 10 April 2025 mengatakan Cina menginginkan konfrontasi dalam bentuk perang dagang dan tarif, namun Cina juga tidak akan mundur jika perang semacam itu benar-benar terjadi.

Lebih lanjut, Lin menyatakan bahwa respons tegas terhadap tekanan dari Amerika Serikat bukan semata-mata demi menjaga kedaulatan, keamanan, dan pembangunan Cina, tetapi juga untuk menjunjung kejujuran dan keadilan global, melindungi sistem perdagangan multilateral, serta menjaga kepentingan bersama komunitas internasional.

"Kami tidak akan pernah tinggal diam menyaksikan hak-hak dan kepentingan sah rakyat China dilanggar, dan kami juga tidak akan tinggal diam saat aturan-aturan ekonomi dan perdagangan internasional serta sistem perdagangan multilateral dirusak," kata Lin.

Ia juga menegaskan bahwa jika Amerika Serikat tetap ngotot memicu perang tarif atau perang dagang, China akan berjuang sampai titik akhir.

Menurut Lin, AS mementingkan kepentingannya sendiri di atas kepentingan global dan mengedepankan ambisi hegemoniknya dengan mengorbankan hak-hak sah negara-negara lain di dunia, yang pada akhirnya akan memicu perlawanan yang semakin besar dari komunitas internasional.

Eskalasi Perang Dagang As-Cina

Ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina kian memuncak. Menariknya, ide tentang perang dagang yang digagas oleh Trump sebenarnya bukan hal baru.

Pada tahun 1987, saat masih dikenal sebagai pengusaha properti berusia 41 tahun, Trump pernah memasang iklan satu halaman penuh di The New York Times dan sejumlah surat kabar lainnya. Dalam iklan itu, ia mengkritik sistem global yang dianggap merugikan Amerika Serikat, termasuk pengaruh dolar AS yang kuat terhadap sektor manufaktur, surplus perdagangan Jepang, serta beban biaya bantuan militer bagi negara-negara sekutu.

Ketika menjabat sebagai Presiden AS, Trump mulai merealisasikan pandangannya tentang kebijakan perdagangan yang lebih menguntungkan bagi Amerika. Antara Juli 2018 hingga Agustus 2019, ia mengumumkan rencana pengenaan tarif terhadap produk Cina senilai lebih dari 550 miliar dolar AS. Sebagai respons, Cina juga memberlakukan tarif pada barang-barang asal AS senilai lebih dari 185 miliar dolar AS.

Menanggapi hal itu, Cina melalui Kementerian Perdagangan menyatakan bahwa pemberlakuan tarif Trump yang dikenakan terhadap negaranya merupakan kesalahan besar. Di sisi lain, Trump tetap teguh pada pendiriannya bahwa kebijakan tarif sepihak akan mengurangi defisit perdagangan Amerika Serikat dengan Cina serta mendorong perusahaan manufaktur untuk kembali beroperasi di dalam negeri. Ia juga berkomitmen untuk merundingkan kesepakatan yang lebih menguntungkan dengan Cina demi mendukung daya saing bisnis dan tenaga kerja Amerika.

Haura Hamidah, Melynda Dwi Puspita, dan Antara ikut berkontribusi dalam penulisan artikel tersebut.
Pilihan editor: Pengamat: Nilai Tukar Rupiah Menguat Efek Tarif Trump Ditunda

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus