Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin, Senin, 16 September 2024, memerintahkan penambahan 180.000 tentara menjadi 1,5 juta tentara, yang merupakan ketiga kalinya ia menambah jumlah tentara sejak mengirim militer ke Ukraina pada Februari 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam sebuah dekrit yang dipublikasikan di situs web Kremlin, Putin memerintahkan agar jumlah keseluruhan angkatan bersenjata ditingkatkan menjadi 2,38 juta orang, di mana 1,5 juta di antaranya adalah prajurit aktif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Putin sejak 2022 sebelumnya telah memerintahkan dua kali peningkatan resmi jumlah pasukan tempur - masing-masing sebanyak 137.000 dan 170.000.
Selain itu, Rusia mengerahkan lebih dari 300.000 tentara pada September dan Oktober 2022 dalam sebuah latihan yang mendorong puluhan ribu pria usia wajib militer untuk meninggalkan negara itu.
Kremlin mengatakan bahwa tidak ada mobilisasi baru yang direncanakan untuk saat ini, dan bahwa idenya adalah untuk terus mengandalkan sukarelawan yang mendaftar untuk bertempur di Ukraina dengan kontrak yang menguntungkan.
Dalam arahannya, Putin juga memerintahkan pemerintah Rusia untuk memberikan dana yang dibutuhkan Kementerian Pertahanan untuk melaksanakan keputusan tersebut, yang secara resmi meningkatkan total kekuatan angkatan bersenjata menjadi 2.389.130 orang.
Sebelumnya, Presiden Putin meningkatkan jumlah pasukan Rusia karena "perang proksi" Barat terhadap Moskow, menurut juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. "Keamanan negara kita harus dipastikan, tentu saja," kata Peskov pada saat itu.
"Ini terkait dengan perang yang dilancarkan oleh negara-negara Barat secara kolektif. Perang proksi, yang mencakup elemen partisipasi tidak langsung dalam aksi militer dan elemen perang ekonomi, perang keuangan, perang hukum, melampaui kerangka hukum, dan sebagainya."
Kementerian Pertahanan Rusia juga mengumumkan pada saat itu bahwa pasukannya akan ditambah dengan orang-orang yang secara sukarela mengabdi berdasarkan kontrak.
Lebih lanjut dinyatakan bahwa keputusan untuk meningkatkan jumlah personel dimotivasi oleh bahaya yang ditimbulkan oleh ekspansi NATO yang sedang berlangsung. Blok ini telah secara dramatis meningkatkan kehadiran militernya di sepanjang perbatasan Rusia, mengerahkan lebih banyak sistem pertahanan udara dan senjata serang.
"Peningkatan tambahan kekuatan tempur dan jumlah angkatan bersenjata merupakan respons yang memadai terhadap aktivitas agresif blok NATO," jelas Kementerian Rusia.
Senjata Jarak Jauh
Keputusan itu muncul di tengah perdebatan sengit mengenai kemungkinan penggunaan senjata jarak jauh yang dipasok AS dan Inggris oleh Ukraina untuk melawan Rusia.
Hal ini akan mendorong Moskow untuk mempertimbangkan negara-negara NATO untuk berperang secara "langsung" dengan Rusia jika pembatasan penggunaan senjata jarak jauh terhadap Ukraina untuk menyasar negara tersebut dicabut, Duta Besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Vassily Nebenzia mengatakan pada hari Jumat.
"Jika keputusan untuk mencabut pembatasan benar-benar diambil, itu berarti bahwa sejak saat itu negara-negara NATO melakukan perang langsung dengan Rusia," kata Nebenzia dalam sebuah pertemuan Dewan Keamanan PBB yang diminta oleh Rusia mengenai masalah penyediaan senjata oleh negara-negara Barat ke Kiev.
"Dalam hal ini, kami harus mengambil, seperti yang Anda pahami, keputusan yang relevan dengan semua konsekuensi yang akan ditanggung oleh para agresor Barat," tambahnya.
Diplomat Rusia itu juga menyatakan bahwa Amerika Serikat berusaha mengalihkan semua kesalahan ke pihak lain, tetapi tidak akan berhasil karena ada "informasi intelijen dari satelit AS dan Uni Eropa."
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy akan membahas pelonggaran pembatasan penggunaan senjata Barat oleh Ukraina dalam kunjungan mereka ke Kiev yang dimulai hari Rabu.
Kunjungan ini bertepatan dengan tekanan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terhadap sekutu-sekutu Baratnya untuk menyediakan lebih banyak senjata dengan pembatasan yang lebih sedikit.
REUTERS | AL MAYADEEN