Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Putra Mahkota Kerajaan Kelantan, Malaysia, Tengku Muhammad Faiz Petra, 45 tahun, menikahi perempuan asal Swedia, Sophie Louise Johansson, 33 tahun, pada Jumat, 19 April 2019 di Kerajaan Kelantan, Malaysia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pasangan sejoli ini berjumpa ketika Johansson yang sorang sarjana jurusan bahasa Inggris dan sosiologi dari Inggris, bekerja sebagai asisten. Tak banyak informasi yang disebar ke publik, mereka hanya mengatakan pertemuan itu terjadi beberapa tahun lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pernikahan Muhammad Faiz dan Johansson dilakukan hanya berselang tiga bulan setelah kakak Muhammad Faiz yang juga mantan Raja Malaysia, Sultan Muhammad V, 49 tahun, menikah dengan Ratu Kecantikan asal Rusia, Oksana Voevodina, 25 tahun.
Putra Mahkota Kerajaan Kelantan, Malaysia, Tengku Muhammad Faiz Petra, 45 tahun, menikahi perempuan asal Swedia. Sumber: Instagram/dailymail.co.uk
Pernikahan Muhammad Faiz dan perempuan asal Swedia, juga menambah panjang daftar keluarga kerajaan Malaysia yang menikah dengan orang asing.
Sebelumnya, Aminah Sultan Ibrahim, satu-satunya putri Sultan Johor, menikah dengan pemain sepak bola dari Belanda bernama Muhammad Abdullah pada 2017. Dan lebih dari 10 tahun silam, putra termuda pangeran Kelantan bernama Tengku Muhammad Fakhry Petra, 41 tahun, menikahi model berdarah Indonesia-Amerika Serikat Manohara Odelia Pinot. Saat dinikahi Tengku Muhammad Fakhry usia Manohara baru 16 tahun.
Pernikahan Tengku Muhammad Fakhry dan Manohara berakhir dengan perceraian. Manohara yang sekarang berusia 27 tahun, mencalonkan diri menjadi anggota DPR dalam pemilu 17 April lalu.
Sejumlah pengamat menilai, pernikahan multi-budaya di keluarga kerajaan Malaysia ada sangkut-pautnya dengan sejarah negara-negara di Asia Tenggara yang pernah menjadi jajahan Portugal, Belanda dan Inggris. Pernikahan lintas-budaya ini juga dipengaruhi oleh dinamisnya ras pada era modern seperti sekarang, dimana dalam satu negara terdapat banyak budaya dan agama. Segala perbedaan ini, sekarang sudah lebih diterima dan tanpa kontroversi.