Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Raja-raja Yang Terusir

Nasib raja-raja yang hidup dalam pembuangan, seperti Shah Iran, raja Idris dari Libya, Rechad dari Tunisia, Sultan Zanzibar, Raja Konstantin dari Yunani. (ln)

10 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEKAN lalu Shah Iran yang berada di Maroko dikabarkan punya niat: ia akan kembali ke negerinya. Ia mau mendamaikan Perdana Menteri Bakhtiar dengan Ayatullah Khomeini . . . Banyak orang tak tahu pasti apa ini termasuk lelucon yang gila. Shah Iran, yang meninggalkan negerinya sebulan yang lalu, dianggap tak bakal bisa kembali pulang. Lagipula buat apa? Khomeini pasti akan menyuruh pengikutnya buat menangkapnya. Sebab kata sang ayatullah "Shah telah meninggalkan Iran dengan darah rakyat di tangannya serta uang curian memenuhi sakunya. Ia harus dipulangkan ke Iran untuk diadili." Dan sang ayatullah kedengarannya bukan termasuk orang yang menganut asas "pra-anggapan tak bersalah" terhadap musuh-musuhnya. Tapi Shah Iran nampaknya bukan seperti Pangeran Sihanouk yang baru saja lari dari Kamboja dan menyatakan capek dengan politik. Raja Iran itu terkenal tak gampang mundur, dan agak angkuh. Ketika pernah kepadanya disebutkan bahwa ia kurang dicintai rakyatnya ia menjawab "Dicintai? Apakah Raja Cyrus dan Presiden Direktur IBM harus dicintai? Saya tak menyibukkan diri dengan cinta, tapi dengan produksi nasional!" Hari-hari ini ternyata raja yang tak peduli dengan cinta rakyat itu akhirnya kehilangan rakyat -- dan kehilangan produksi nasional juga. Tapi tak berarti ia akan kehilangan kemakmuran dari dekatnya. Menurut banyak laporan, Shah pribadi memiliki saham di berbagai perusahaan di Barat. Yang diketahui dengan pasti ialah saham Shah sebesar 10% pada perusahaan alat-alat listrik dari General Motor (AS), juga sejumlah besar saham di pabrik baja Jerman, usaha real estate di pantai Barat AS serta sejumlah gedung bertingkat di New York. Sumber-sumber keuangan itu pasti berguna buat tinggalnya di pengasingan yang ia sebut sebagai "istirahat" itu kini. Dia sendiri belum memastikan nampaknya, akankah ia hidup di AS seperti ibu kandungnya dan puteranya Reza yang belajar penerbangan. Ia dikabarkan kecewa terhadap pemerintah AS. Mungkin ia tak mengharapkan AS akan membantunya lagi seperti dulu di tahun 1953 (lihat hal 11). Ia juga nampaknya enggan diperlakukan sebagai pengungsi. Padahal sebagai pengungsi, tentu hidupnya berbeda dengan pengungsi Vietnam yang sekarang terdampar di sana-sini. Dan raja pengungsi cukup banyak. Selain Sihanouk, yang dikabarkan berubah niat setiap kali (terakhir mau meneruskan perjuangan pembebasan Kamboja, setelah ia ketemu Wakil PM Cina Deng Xiao-ping di AS), ada sederet nama lain korban pergolakan politik di negeri masing-masing. Umumnya cukup kaya, tapi ada juga yang jadi miskin. Raja Idris dari Lybia, yang digulingkan oleh Muammar Ghadafi, kini tinggal di Kairo. Umurnya 90 tahun. Ia tak ingin lagi memerintah. Sebaliknya Rechad dari Tunisia. Ia masih berumur 32 tahun. Waktu umurnya baru 10, ia pergi ke Beirut -- dan tiba-tiba singgasananya direnggutkan. Kini di Tunisia memerintah Habib Bourgiba yang sudah sakit-sakitan dan hampir uzur. Rechad, yang suka pulang-balik antara rumahnya di Paris dan London, cukup kaya. Ia punya bank. Ia yang berasal dari deretan raja yang memerintah Tunis sejak 1705, masih ingin jadi raja. Dan konon bukan mustahil. Yang agak jelek nasibnya ialah SuItan Zanzibar. Dia hidup di Inggeris. Waktu terbang dari negerinya ke Menchester, ia cuma membawa 50 anggota keluarga dan pelayan dan sebentuk cincin kesultanan -- dengan mata intan setengah inci. Ia tadinya merencanakan hidup bagaikan dalam istana di pengasingan, tapi kemudian datang berita buruk: harga rumah di Inggeris tinggi sekali. Tak sanggup bayar, ia kini tinggal di Portsmouth. Ia hidup dari uang ? 100.000 yang ditanam buat dirinya oleh Kantor Persemakmuran. Anaknya lima. Ia ikut mengurus rumah tangga dan belanja. Yang tergolong paling kaya kabarnya Raja Konstantin dari Yunani. Ia bersama Ratu dan tiga anaknya tinggal dl Inggeris sejak 1976. Raja yang masih muda dan tampan ini cukup banyak dikenal di London. Ia mengendarai sendiri mobil Range Rovernya, bertindak sebagai major domo untuk Shah waktu raja Iran itu berkunjung ke Inggeris, dan sering muncul dalam ruangan gossip di surat kabar. Ia juga pernah didengar pendapatnya tentang masalah Yunani di Senat AS. Dulu ia digulingkan oleh junta militer Papadopoulos. Ketika junta itu jatuh, Konstantin rupanya tak berhasil kembali ke singgasananya. Mungkin ia masih berharap. Seperti kata keturunan terakhir Tsar Rusia yang kini tinggal di Sepanyol: "Orang dalam posisi seperti kami ini membenarkan diri sendiri dengan berharap."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus