PEKAN lalu Shah Iran yang berada di Maroko dikabarkan punya
niat: ia akan kembali ke negerinya. Ia mau mendamaikan Perdana
Menteri Bakhtiar dengan Ayatullah Khomeini . . .
Banyak orang tak tahu pasti apa ini termasuk lelucon yang gila.
Shah Iran, yang meninggalkan negerinya sebulan yang lalu,
dianggap tak bakal bisa kembali pulang. Lagipula buat apa?
Khomeini pasti akan menyuruh pengikutnya buat menangkapnya.
Sebab kata sang ayatullah "Shah telah meninggalkan Iran dengan
darah rakyat di tangannya serta uang curian memenuhi sakunya. Ia
harus dipulangkan ke Iran untuk diadili." Dan sang ayatullah
kedengarannya bukan termasuk orang yang menganut asas
"pra-anggapan tak bersalah" terhadap musuh-musuhnya.
Tapi Shah Iran nampaknya bukan seperti Pangeran Sihanouk yang
baru saja lari dari Kamboja dan menyatakan capek dengan politik.
Raja Iran itu terkenal tak gampang mundur, dan agak angkuh.
Ketika pernah kepadanya disebutkan bahwa ia kurang dicintai
rakyatnya ia menjawab "Dicintai? Apakah Raja Cyrus dan Presiden
Direktur IBM harus dicintai? Saya tak menyibukkan diri dengan
cinta, tapi dengan produksi nasional!"
Hari-hari ini ternyata raja yang tak peduli dengan cinta rakyat
itu akhirnya kehilangan rakyat -- dan kehilangan produksi
nasional juga. Tapi tak berarti ia akan kehilangan kemakmuran
dari dekatnya. Menurut banyak laporan, Shah pribadi memiliki
saham di berbagai perusahaan di Barat. Yang diketahui dengan
pasti ialah saham Shah sebesar 10% pada perusahaan alat-alat
listrik dari General Motor (AS), juga sejumlah besar saham di
pabrik baja Jerman, usaha real estate di pantai Barat AS serta
sejumlah gedung bertingkat di New York.
Sumber-sumber keuangan itu pasti berguna buat tinggalnya di
pengasingan yang ia sebut sebagai "istirahat" itu kini. Dia
sendiri belum memastikan nampaknya, akankah ia hidup di AS
seperti ibu kandungnya dan puteranya Reza yang belajar
penerbangan. Ia dikabarkan kecewa terhadap pemerintah AS.
Mungkin ia tak mengharapkan AS akan membantunya lagi seperti
dulu di tahun 1953 (lihat hal 11). Ia juga nampaknya enggan
diperlakukan sebagai pengungsi.
Padahal sebagai pengungsi, tentu hidupnya berbeda dengan
pengungsi Vietnam yang sekarang terdampar di sana-sini. Dan raja
pengungsi cukup banyak. Selain Sihanouk, yang dikabarkan berubah
niat setiap kali (terakhir mau meneruskan perjuangan pembebasan
Kamboja, setelah ia ketemu Wakil PM Cina Deng Xiao-ping di AS),
ada sederet nama lain korban pergolakan politik di negeri
masing-masing. Umumnya cukup kaya, tapi ada juga yang jadi
miskin.
Raja Idris dari Lybia, yang digulingkan oleh Muammar Ghadafi,
kini tinggal di Kairo. Umurnya 90 tahun. Ia tak ingin lagi
memerintah. Sebaliknya Rechad dari Tunisia. Ia masih berumur 32
tahun. Waktu umurnya baru 10, ia pergi ke Beirut -- dan
tiba-tiba singgasananya direnggutkan. Kini di Tunisia memerintah
Habib Bourgiba yang sudah sakit-sakitan dan hampir uzur. Rechad,
yang suka pulang-balik antara rumahnya di Paris dan London,
cukup kaya. Ia punya bank. Ia yang berasal dari deretan raja
yang memerintah Tunis sejak 1705, masih ingin jadi raja. Dan
konon bukan mustahil.
Yang agak jelek nasibnya ialah SuItan Zanzibar. Dia hidup di
Inggeris. Waktu terbang dari negerinya ke Menchester, ia cuma
membawa 50 anggota keluarga dan pelayan dan sebentuk cincin
kesultanan -- dengan mata intan setengah inci. Ia tadinya
merencanakan hidup bagaikan dalam istana di pengasingan, tapi
kemudian datang berita buruk: harga rumah di Inggeris tinggi
sekali. Tak sanggup bayar, ia kini tinggal di Portsmouth. Ia
hidup dari uang ? 100.000 yang ditanam buat dirinya oleh Kantor
Persemakmuran. Anaknya lima. Ia ikut mengurus rumah tangga dan
belanja.
Yang tergolong paling kaya kabarnya Raja Konstantin dari Yunani.
Ia bersama Ratu dan tiga anaknya tinggal dl Inggeris sejak
1976. Raja yang masih muda dan tampan ini cukup banyak dikenal
di London. Ia mengendarai sendiri mobil Range Rovernya,
bertindak sebagai major domo untuk Shah waktu raja Iran itu
berkunjung ke Inggeris, dan sering muncul dalam ruangan gossip
di surat kabar. Ia juga pernah didengar pendapatnya tentang
masalah Yunani di Senat AS. Dulu ia digulingkan oleh junta
militer Papadopoulos. Ketika junta itu jatuh, Konstantin rupanya
tak berhasil kembali ke singgasananya.
Mungkin ia masih berharap. Seperti kata keturunan terakhir Tsar
Rusia yang kini tinggal di Sepanyol: "Orang dalam posisi seperti
kami ini membenarkan diri sendiri dengan berharap."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini