Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Rakyat Yordania Bangga Raja Abdullah Menentang Rencana Trump atas Gaza

Banyak warga Yordania kini menyatakan dukungan kepada Raja Abdullah setelah ia menolak rencana Trump untuk memindahkan warga Palestina dari Gaza.

15 Februari 2025 | 03.00 WIB

Presiden Donald Trump berbincang dengan Raja Yordania Abdullah dalam pertemuan di Ruang Oval Gedung Putih di Washington, 25 Juni 2018. REUTERS/Jonathan Ernst
Perbesar
Presiden Donald Trump berbincang dengan Raja Yordania Abdullah dalam pertemuan di Ruang Oval Gedung Putih di Washington, 25 Juni 2018. REUTERS/Jonathan Ernst

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Banyak warga Yordania menyatakan dukungan kepada Raja Abdullah II setelah pertemuannya dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Ia menjadi pemimpin Arab pertama yang mengunjungi Gedung Putih sejak Trump menjabat, The New Arab melaporkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Dalam kunjungannya, raja menegaskan kembali penolakan Yordania terhadap rencana pemindahan warga Palestina.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Kedua pemimpin bertemu pada Selasa, 11 Februari 2025, menyusul komentar eksplosif Trump bahwa AS harus "memiliki" Gaza dan penduduknya harus dipindahkan untuk memungkinkannya mengubah daerah kantong tersebut menjadi "Riviera Timur Tengah".

Meskipun Raja Abdullah tampak pendiam dalam pertemuan tersebut dan menyinggung rencana alternatif yang akan diungkapkan oleh Mesir, ia kemudian mengeluarkan pernyataan yang kuat di X, dengan tegas menegaskan "posisi teguh Yordania menentang pemindahan warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat".

Banyak analis dan komentator menunjukkan bahwa pertemuan dengan Trump terjadi pada saat yang sulit, di tengah-tengah kesepakatan gencatan senjata yang rapuh antara Gaza dan Hamas, yang mungkin menjelaskan keengganan Raja untuk berbicara terlalu banyak di depan media.

Beberapa orang juga berspekulasi bahwa Raja tidak mengetahui bahwa akan ada kehadiran media dalam pertemuan tersebut.

Namun, dengan tetap bersikap diplomatis dalam pertemuan tersebut, pemimpin Yordania itu juga menegaskan bahwa ia akan melakukan apa yang "terbaik" untuk negaranya.

Sikapnya telah dipuji secara luas oleh warga Yordania, yang memuji komentarnya, dan menteri luar negeri Ayman Safadi yang mengatakan bahwa ada rencana Arab yang diusulkan yang akan memastikan pembangunan kembali Gaza tanpa pemindahan penduduknya.

Pergeseran opini

Lamis Andoni, seorang pakar terkemuka dalam urusan Yordania-Palestina yang meluncurkan The New Arab sebagai pemimpin redaksi, mengatakan bahwa telah terjadi pergeseran yang mencolok dalam cara orang Yordania memandang Raja sebagai akibat dari pernyataan-pernyataannya baru-baru ini.

"Selama perang [di Gaza] dia membuat banyak pernyataan, tetapi dia tetap melakukan kesepakatan normalisasi dengan Israel, termasuk berkolaborasi dengan mereka dalam hal ekonomi, bahan bakar, dan perjanjian energi. Warga Yordania tidak merasa bahwa dia melakukan cukup banyak hal, namun kali ini penolakannya terhadap pemindahan warga Gaza ke Yordania dipandang positif," jelasnya.

"Mereka bangga dengan posisi yang ia ambil karena pemindahan warga Palestina di Gaza juga merupakan awal dari pemindahan warga Palestina dari Tepi Barat yang diduduki ke Yordania - dan hal tersebut merupakan ancaman bagi Yordania dalam berbagai tingkatan," lanjutnya.

Andoni lebih lanjut menyoroti bahwa sikap lain dari raja akan mengakibatkan negara tersebut dicap terlibat dalam rencana AS untuk memindahkan secara paksa warga Palestina dari rumah mereka.

"Warga Yordania juga selalu khawatir Israel akan menjadikan negara mereka sebagai tanah air pengganti bagi warga Palestina," ujarnya.

Ia menambahkan bahwa pada awalnya ada beberapa keraguan setelah pertemuan Raja dengan Trump, namun, warga Yordania menyuarakan dukungan mereka ketika pernyataan tentang X diterbitkan, yang menghasilkan curahan dukungan.

Penolakan tegas terhadap rencana Trump telah membuat sikap pemerintah sejalan dengan opini publik, tetapi semua mata masih tertuju pada Raja untuk memastikan dia tidak menyimpang dari komentarnya, jelas Andoni.

"Ada banyak dukungan, tetapi ini adalah masalah menunggu dan melihat," katanya, seraya menambahkan bahwa mungkin ada beberapa tekanan pada negara-negara seperti Arab Saudi, Yordania, dan Suriah untuk menerima kompromi.

Awalnya, tanggapan Raja yang tidak terbuka ini mendapat kecaman di dunia maya, dengan beberapa orang mengecam cara Raja bersikap sebagai "penghinaan dan aib".

Beberapa orang bahkan menyebutnya sebagai "siswa yang gagal", dan menyoroti bahasa tubuhnya.

Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi menyatakan bahwa Amman akan mengambil sikap tegas terhadap Israel jika Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengusir paksa penduduk Gaza.

Dia dikutip mengatakan: "Jika ada upaya untuk memindahkan warga Palestina secara paksa ke Yordania, kami akan menghadapi mereka dengan semua kemampuan kami. Ini adalah deklarasi perang kepada Yordania, dan kami akan menanggapinya."

Komentar dari Safadi ini muncul setelah perang brutal di Gaza yang membuat seluruh penduduknya mengungsi, dan serangan mengerikan di Tepi Barat yang membuat sekitar 40.000 orang mengungsi sejak Januari tahun ini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus