BAGAI film cerita bersambung yang tiap episode menyajikan kejutan, skandal pemasokan senjata AS ke Iran -- yang ternyata transaksi jual beli -- semakin lama kian seru dan ruwet. Kejutan terakhir terjadi Selasa pekan lalu, ketika Presiden Reagan dan Jaksa Agung Edwin Meese muncul bersama mengungkapkan skandal penyelewengan dana hasil keuntungan transaksi senjata AS-Iran. Gawatnya, dana itu disalurkan ke pemberontak Nikaragua, Contra, secara rahasia, tentunya. Kasus yang semakin berkembang ini membawa Reagan pada krisis paling buruk selama enam tahun pemerintahannya. Posisi presiden AS yang tercatat paling populer ini kian terpojok, setelah departemen kehakiman AS, akhirnya, turun tangan akan mengadakan penyelidikan khusus atas skandal tersebut. Pengusutan khusus ini untuk pertama kalinya dilakukan lagi, sejak 1974 tatkala hasil penyelidikan khusus skandal Watergate akhirnya membawa kejatuhan Presiden Nixon. Langkah penyelidikan awal departemen itu dilakukan setelah Jaksa Agung Edwin Meese -- atas desakan DPR AS mengajukan permohonan kepada pengadilan federal di Washington agar menunjuk seorang jaksa khusus yang independen untuk menyelidiki kasus itu. "Jika mereka memutuskan badan yang independen diperlukan, saya akan menyambut baik penunjukan itu," ujar Reagan, Senin pekan ini, mengomentari upaya penyelidikan khusus gaya Watergate itu. Pihak Komisi Intel Senat AS dan Biro Penyelidik Federal AS, FBI, juga sudah memulai penyelidikannya. Bahkan, kabarnya, FBI telah mengirim utusan ke Israel untuk mengusut keterribatan negara itu dalam kasus penjualan senjata ke Iran serta menyelidiki peran Israel dalam mengatur penyaluran dana hasil penjualan itu untuk membantu kelompok Contra, pemberontak Nikaragua yang didukung AS. Peran Israel jelas-jelas disebutkan Meese dalam pengumumannya Selasa pekan lalu. Menurut Meese, dalam upaya kontak rahasia AS-Iran, pemerintah AS sejak awal 1986 telah mengirimkan senjata bernilai sekitar US$ 12 juta kepada Israel, yang kemudian diJual kepada Iran. Dalam transaksi itu "wakil Israel" selain merundingkan harga juga menerima pembayaran Iran. "Wakil Israel" itu kemudian membayarkan harga yang sebenarnya, kepada departemen pertahanan AS, lewat Badan Intel AS, CIA. Sedang sisanya -- diperkirakan bernilai US$ 10 juta sampai 30 juta -- disalurkan ke beberapa rekening bank di Swiss yang dimiliki kelompok Contra. Sejak terbongkarnya kasus "kontak rahasia AS-Iran" awal November lalu, Israel sedari awal dituding berperanan penting di situ. Diduga, gagasan kontak itu sendiri berasal dari para pengusaha senjata Israel yang berpengalaman berdagang dengan Iran, pada 1985. Usul ini kemudian disampaikan ke PM Israel (ketika itu) Shimon Peres, yang kemudian mengutus Dirjen Departemen Pertahanan David Kimche ke Gedung Putih. Di sini Kimche ditemui Robert McFarlane Penasihat Keamanan Nasional Presiden AS saat itu. Gagasan ini disambut McFarlane. Sejak itu dimulailah kontak rahasia AS-Iran -- setelah mendapat persetujuan Reagan tentunya -- yang kemudian berkembang menjadi transaksi penjualan senjata dan pembebasan tiga orang sandera AS di Libanon yang serba misterius itu. Operasi ini berjalan mulus sampai majalah Libanon Al Shiraa, akhir Oktober lalu, membocorkan penjualan senjata AS ke Iran. Kasus itu semakin terkuak setelah ketua parlemen Iran, Ali Akbar Rafsanjani, mengungkapkan soal kunjungan McFarlane ke Teheran. Setelah bungkam selama tiga minggu, Rabu pekan lalu pemerintah Israel mengakui peranannya dalam "membantu" AS. Namun, pemerintahan PM Shamir tetap membantah terkaitnya Israel dengan penyaluran dana ke kelompok Contra. "Ini bukan operasi Israel. Israel hanya diminta membantu tanpa menerima keuntungan. Kami tak ikut campur soal dana untuk Contra," kata Menlu Shimon Peres, Kamis pekan lalu, di muka parlemen Israel. Presiden Reagan sendiri mengaku tidak mengetahui adanya dana yang diselewengkan ke kelompok Contra. Hal ini dibenarkan Meese, yang menyebut Penasihat Keamanan Nasional John Poindexter sebagai pejabat pemerintah Reagan tertinggi yang mengetahui masalah itu. Selain itu Meese juga menyebut staf tepercaya Poindexter, Letnan Kolonel Oliver North, sebagai orang yang memimpin operasi terselubung itu di Dewan Keamanan Nasional AS (NSC). Dalam pernyataannya Selasa pekan lalu itu, Reagan juga mengumumkan pengunduran diri Poindexter dan pemecatan North dari NSC. Pengakuan Reagan, bahwa ia tidak mengetahui sepenuhnya operasi penjualan senjata ke Iran, membuat kredibilitasnya diragukan. Kemampuannya mengendalikan pemerintahan juga dipertanyakan. Kebanyakan rakyat AS, menurut poll yang dilakukan jaringan TV AS, ABC Rabu lalu (setelah pengumuman bersama Reagan-Meese), meragukan pengakuan Reagan itu. Masyarakat AS menganggap Reagan sejak awal mengetahui jalannya operasi, termasuk menyalurkan dana ke Contra. Presiden Reagan tetap bersikeras bahwa kebijaksanaannya mengupayakan kontak hubungan baik dengan Iran -- dengan menjual senjata sekalipun tidaklah salah, karena niatnya baik. Dalam wawancara dengan Time pekan lalu ia pun memuji North, yang telah dipecatnya, sebagai pahlawan nasional AS. Ia juga menolak menyalahkan Poindexter. Banyak pihak di AS yang meragukan North bertindak sendiri dalam melakukan operasi yang menghebohkan itu. Kabarnya, "anak emas Presiden Reagan", demikian salah satu sebutan North, telah memusnahkan segala dokumen penjualan senjata itu. Konon, ini dilakukan untuk menghilangkan jejak pejabat lain yang terlibat di dalamnya. Bekas Menlu dan Penasihat Keamanan Nasional Presiden Nixon, Kissinger, serta bekas penasihat Presiden Carter, Brezenzki, merupakan sebagian dari yang meragukan "peran solo" North. "Sukar dipercaya," kata Kissinger. Selain itu, kepercayaan luar biasa Reagan pada NSC untuk menjalankan kebijaksanaan luar negeri banyak dikecam. Reagan dikatakan telah membuat langkah yang belum pernah dilakukan sebelumnya: menggunakan NSC sebagai tangan operasional rahasia Gedung Putih, yang mengesampingkan DPR, Deplu, dan departemen pertahanan AS. Untuk mengusut peranan NSC dalam kasus senjata ke Iran itu, Reagan telah menunjuk Tim Penyelidik 3 orang yang mewakili Senat, DPR, dan departemen pertahanan AS. Tim itu memulai tugasnya Senin pekan ini. Sementara itu, terbetik berita dari Athena, Yunani, bahwa transaksi jual-beli senjata AS-Iran sebenarnya bernilai US$ 1,3 milyar. Ini, menurut sebuah koran Yunani, diketahui dari rekaman yang disadap suatu kelompok di Iran -- sewaktu McFarlane ke Teheran. Ini menguatkan ucapan Rafsanjani Rabu pekan lalu, yang mengatakan nilai senjata AS ke Iran lebih banyak dari yang disebutkan Meese, sehari sebelumnya. "Untuk nilai rudal antitank Hawk-nya saja jumlah itu tidak mencukupi," komentar Rafsanjani. Menurut Meese, AS telah mengirim 2.008 rudal TOW (Tube-Launched Optically tracked, Wire guided), dan 235 rudal antitank Hawk, yang oleh AS dinilai berharga US$ 12 juta. Horison skandal penjualan senjata rahasia ke Iran bertambah luas, setelah Arab Saudi juga dianggap terlibat di dalamnya. Menurut sumber Israel, Arab Saudi, melalui pedagang senjata kaya ternama Adnan Kashosi, membawa senjata AS itu ke Iran. Konon, ini dilakukan untuk memperbaiki hubungan Saudi-Iran. Saudi selama ini dikenal memihak dan memberi bantuan tak sedikit pada Irak dalam Perang Teluk. Terakhir diberitakan, Uni Soviet diam-diam juga telah mengirim senjata ke Iran. Motifnya, sama dengan AS, untuk mengadakan pendekatan agar terjalin hubungan baik dengan Iran. Farida Sendjaja Laporan P. Nasution (Whashington) & kantor-kantor berita.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini