Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sebuah kompromi yang rapuh

Pemerintah filipina menandatangani gencatan senjata dengan pemberontak komunis dan berlaku 60 hari. perunding pemerintah diwakili ramon mitra dan dari pihak komunis diwakili satur ocampo & a.zumel.(ln)

6 Desember 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GENCATAN senjata dengan pemberontak komunis akhirnya tercapai juga, tiga hari sesudah Juan Ponce Enrile dibebastugaskan dari jabatannya sebagai menhan. Disaksikan 300 orang lebih, penandatanganan gencatan senjata berlangsung Kamis, 27 November, tepat pada hari ulang tahun ke-54 Almarhum Benigno "Ninoy" Aquino, suami Presiden Corazon Aquino. Inilah sebuah sukses, yang mungkin juga merupakan awal ke arah terciptanya stabilitas politik di Filipina. Sebelumnya, banyak yang pesimistis, tidak yakin perundingan akan berhasil. Mereka ragu karena aksi-aksi kekerasan yang terus dilancarkan gerilyawan komunis NPA terakhir mereka membantai politikus pengusaha David Puzon. Di samping itu, ada yang memang tidak bisa percaya pada ketulusan pemberontak. Di antaranya termasuk Kastaf AFP (angkatan bersenjata Filipina) Jenderal Fidel Ramos, yang tiap kali menandaskan, "Ketulusan komunis masih harus dibuktikan." Di bawah "tekanan" Ramos, Cory menetapkan batas akhir perundingan, 30 November 1986. Ia juga mengultimatum, kalau deadline itu tidak terpenuhi, pemerintah akan berpaling pada militer. Ternyata, Cory memperoleh apa yang diinginkannya. Juru runding NDF, sayap politik CPP (Partai Komunis Filipina), Satur Ocampo dan Antonio Zumel membubuhkan tanda tangan mereka di kertas perjanjian gencatan senjata pada 27 November. Tanggal "keramat" ini memang sudah dijadwalkan Cory jauh sebelumnya, tapi pihak komunis semula kurang berminat. Mereka berteguh pada tanggal 10 Desember, karena itu hari hak-hak asasi internasional. Sejak perundingan antara pemerintah dan komunis dimulai, Agustus berselang, usaha damai terancam gagal total ketika pemimpin buruh militan Rolando Olalia terbunuh, 13 November silam. Perunding Ocampo dan Zumel kontan menolak berunding dengan dalih keselamatan jiwa mereka tidak terjamin. Lebih dari itu, pemerintahan Aquino juga dianggap tidak punya kontrol terhadap AFP. Mereka hanya sedia berunding lagi kalau pembunuh Olalia bisa diseret ke pengadilan. Tapi pihak komunis rupanya bisa juga berkompromi, dan pemerintah ternyata bisa luwes. Gencatan ditandatangani tepat 27 November, sesuai dengan keinginan Cory, tapi mulai berlaku 10 Desember, persis seperti yang diharapkan pemberontak. Disetujui juga gencatan berlaku 60 hari, 30 hari lebih lama dari tempo yang diajukan pemerintah, 40 hari lebih cepat dari yang diusulkan Ocampo dan Zumel. Kompromi berikutnya: masa gencatan bisa diperpanjang lebih dari 60 hari, tergantung perundingan berikutnya. Perunding pemerintah, Menteri Pertanian Ramon Mitra, meramalkan, "Perundingan tahap lanjut pasti lebih sulit." Sebaliknya, Ocampo berjanji menjalin kerja sama dengan pemerintah, terutama karena gencatan senjata adalah, "Satu kemenangan dalam perjuangan menciptakan perdamaian." Retorika? Ocampo memang bekas wartawan, dan ia menyadari bahwa gencatan senjata setidaknya membawa keuntungan bagi komunis. Tidak saja keselamatan dan imunitasnya terjamin, tapi tim perunding NDF itu kini diizinkan membuka kantor dan membina hubungan dengan media massa. Singkatnya, ruang gerak mereka lebih besar. Di pihak lain, pemerintah berhak menghentikan pemungutan pajak tidak legal, yang selama ini dilakukan NPA terhadap rakyat jelata. Pemerintah juga bisa menindak suplai senjata gelap untuk pemberontak. Yang tidak jelas ialah bagaimana kalau bentrok senjata terjadi. Senin pekan ini, misalnya, kantor berita nasional Filipina, PNA, melaporkan bagaimana pemberontak komunis menembaki kendaraan yang ditumpangi Wali Kota Nazario Omandac hingga sembilan orang terluka, termasuk wali kota itu dan tiga orang polisi. Juru bicara militer di Davao mengakui serangan komunis soal biasa tapi, "Masalahnya bisa lain jika peristiwa itu terjadi sesudah gencatan senjata berlaku." Dan karena gencatan baru berlaku 10 Desember depan, berbagai serangan bersenjata bisa saja terjadi sebelum jatuh waktu. Sekali pun begitu, Menhan Letjen (pur) Rafael Ileto mengharapkan "Janganlah memperhitungkan bahwa gencatan itu pasti gagal." Diakuinya, terlalu banyak rintangan untuk keberhasilan gencatan, juga masih banyak perwira yang tidak menyetujui hasil perundingan. Tapi, sebaiknya, "Kita semua mendukung satu garis kebijaksanaan yang menyangkut keamanan nasional." Pemecatan Enrile dan gencatan senjata adalah dua sukses besar Cory. Cory tiba-tiba saja membuktikan ia cukup kuat dan tegas untuk menyingkirkan Enrile. Dalam satu diskusi TV, kolumnis Francisco Tatad sempat menyindir ketidaktegasan Cory yang menjadi sumber ketidakpastian dan salah-salah bisa berakhir pada chaos. Di mata kolumnis terkenal Max Soliven, Cory adalah seorang fatalis yang cenderung menyerahkan segalanya pada Tuhan. Padahal, "Negeri ini terancam perpecahan dan perang saudara." Kekhawatiran mereka sirna Ahad silam, ketika Jenderal Ramos lagi-lagi menggagalkan plot kudeta. Terlepas dari masalah apakah plot kudeta itu memang ada atau tidak, nyatanya, Enrile bersedia mundur. Dalam upacara serah terima jabatan Jumat silam, Enrile tampil tenang dan sangat terkendali. Tak lupa ia berterima kasih pada Presiden Aquino -- yang berhalangan hadir -- dan Jenderal Ramos, khususnya untuk ketangguhan dan patriotisme mereka. Jika jubir Malacanang Teodoro Benigno menilai pemecatan Enrile sebagai usaha menepiskan pisau belati yang terhunjam ke jantung pemerintah, Ileto justru tidak sependapat. Ia menyanjung Enrile sebagai pemimpin revolusi Februari. Enrile sendiri, dalam gaya merendah, berkata, "Saya telah mengabdikan diri pada pemerintah hampir 20 tahun. Saya meninggalkan jabatan ini tanpa sesal, dengki, ataupun dendam." Apa yang direncanakannya untuk masa depan yang dekat, masih tanda tanya besar. Isma Sawitri, Laporan Reuters

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus